Mohon tunggu...
Rosul Jaya Raya
Rosul Jaya Raya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pasca Sarjana

Cerpen pertamanya "Bentuk Sebuah Barokah" memenangkan lomba cerpen se-kabupaten tingkat santri. Cerpennya "Putri Kuning" memenangkan lomba cerpen nasional tingkat mahasiswa. Cerpennya "Mengapa Perempuan Itu Melajang" terbit di media nasional Kompas.id (Rabu, 16 Oktober 2024). Cerpennya "Hutan Larangan Cak Badrun" terbit di Instagram Cerpen Sastra. Tiga kali juara sayembara cerpen di Kompasiana yang diadakan Pulpen. Penikmat sastra (novel; cerpen; esai). Instagram: @rosuljayaraya24

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Cerpen: Tumbal

9 Juni 2023   19:50 Diperbarui: 9 Juni 2023   20:06 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walau lelah bekerja di warung makan Bu Laksmi, karena pelanggannya selalu membeludak. Setiap hari. Tapi, kesibukan itu sangat kusukai. Dengan begitu, aku bisa melupakan masa lalu kelam, membuang jauh-jauh bayangan Mas Tegar. 

Jujur, aku masih mencintai Mas Tegar. Ingin hidup bersamanya sampai akhir hayat. Di lain sisi membencinya. Semenjak memerintahku untuk menggugurkan darah dagingku sendiri. 

Aku bisa menahan sakit pukulan yang dia berikan kalau sedang marah. Tapi, saat kehamilanku yang pertama, memerintahkan demikian, aku jadi membencinya. 

"Anak bisa nanti saja! Sekarang yang kita butuhkan uang!" Macam itu hardik Mas Tegar. 

Puncak kebencian saat dia memaksaku menggugurkan kandungan. Hampir dua bulan kehamilan. Lantas aku harus merelakan buah hati pertamaku tak lahir ke dunia ini. Sejak itu aku sering bertengkar dengan Mas Tegar. Kala Mas Tegar menjatuhkan talak 3, aku merasa senang karena terbebas dari cengkeramannya serta sedih sebab masih mencintainya. 

Lalu pengembaraan hidupku selanjutnya, aku bertekad mandiri. Ingin hidup melajang dulu. Sehingga sampailah aku pada warung makan Bu Laksmi. Kala aku butuh, kebetulan warung itu membuka lowongan pegawai. Serta-merta aku pun melamar di sana lantas diterima. 

Nyatanya tak ada yang spesial pada warung makan itu. Rasa masakannya pun biasa-biasa saja. Menunya sebagaimana warung makan pada umumnya. Tak ada ciri khas unik yang melekat. Tak terlalu besar tapi juga bukan warung yang kecil.

Namun, saban harinya pelanggan selalu membeludak. Kami, pegawai yang berjumlah 5 orang pasti kewalahan. Tak ayal kalau Bu Laskmi menjadi kaya. Sehingga berjejer kontrakan di belakang rumahnya. Di salah satu kamar kontrakan itulah aku tinggal. 

Aku terus berlari menyibak gelap. 

Bbbbuuukkkkk. 

Tubuhku terempas. Aku menabrak sesuatu. Sepertinya hantu lagi! Tubuhnya besar. Aku juga merasakan dia berbulu. Lantas dua bola mata merah di tengah kegelapan terlihat begitu jelas. Mengarah ke arahku! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun