"Pergi! Aku mohon, hikshikshikshiks," aku menangis.Â
Aku memejamkan mata sangat dalam. Komat-kamit mulutku berdoa. Lalu ketika kuintip dari sela-sela jari. Huft, untung saja, sosok itu telah pergi.Â
Aku duduk bersandar nakas. Mengatur nafas supaya kembali normal. Di mana aku? Tadi sangat menyeramkan sekali. Tengkorak yang berdarah-darah itu mengerikan betul. Melayang di depanku. Memandangiku dengan mata merah berdarahnya. Aku takut sekali. Aku merinding.Â
Aku harus keluar. Keluar dari sini. Aku mulai berjalan menyusuri kamar gelap ini. Sampai ketika tanganku meraba-raba tembok, aku menyentuh gagang pintu. Aku buka pintu ini.Â
Di ujung sana ada cahaya. Aku akan menghampirinya.Â
Geebbbrrukkk!Â
Aku tersandung benda yang lonjong. Tak keras. Tapi macam tubuh manusia dibungkus kain. Aku tak bisa melihat apa-apa. Hanya sangat gelap. Aku takut sekali. Aku yakin, tadi pocong yang sedang terbaring!Â
Aku berdiri lalu berjalan mundur.Â
Geebbbrruuukkk!Â
Kali ini kepala manusia! Tanpa ada jasadnya, seperi bola saja. Lalu aku terjatuh di atas tumpukan! "Aaakkkhhhhh, ibu!" Lantas aku bangkit lalu segera berlari menggapai cahaya itu. Seram sekali. Aku terjatuh ditumpukan pocong.Â
Ya Tuhan. Siapa yang telah mengirimku ke sini? Ayolah kembalikan aku! Nanti Bu Laksmi akan marah kepadaku dan gajiku bisa bermasalah. Aku tak ingin terjebak di tempat mengerikan ini.Â