Mohon tunggu...
Rossa Indah Mawarni
Rossa Indah Mawarni Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

keharmonisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

memperkuat integritas nasional dengan memanfaatkan generasi muda dan teknologi

18 Desember 2024   18:14 Diperbarui: 19 Desember 2024   07:24 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memperkuat Integrasi Nasional Dengan Memanfaatkan Generasi Muda dan Teknologi
 
Abstract
 
Integration is a process that has been going on since ancient times until now. This process has important continuities and has a significant impact on humans and society as a whole. This article aims to assess whether a sense of nationalism still exists in today's generation. The method used is a qualitative study based on literature studies with data collection from relevant journals with the title "Strengthening National Integration through National Generation and Technology in Citizenship Education Learning." From the results of this study, it can be concluded that the importance of the spirit of nationalism must still be strengthened in the nation's generations. The current era is marked by rapid technological progress throughout the world, so it is increasingly important to remind each other to keep the spirit of struggle high. If not, a national integration crisis could arise in Indonesia in the 21st century. Therefore, technology can be an effective tool in building strong integration in various fields through Citizenship Education (PKN) learning.
 
Keywords: National Integration, Technology, Young Generation.
Abstrak
 
Integrasi merupakan suatu proses yang telah berlangsung sejak zaman dahulu hingga saat ini. Proses ini memiliki kesinambungan yang penting dan berdampak signifikan pada manusia dan masyarakat secara keseluruhan. Tulisan ini bertujuan untuk menilai apakah rasa nasionalisme masih ada dalam diri generasi bangsa pada zaman sekarang. Metode yang digunakan adalah studi kualitatif berdasarkan studi literatur dengan pengumpulan data dari jurnal-jurnal yang relevan dengan judul "Memperkuat Integrasi Nasional Melalui Generasi Bangsa Dan Teknologi Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan." Dari hasil kajian ini, dapat disimpulkan bahwa pentingnya semangat nasionalisme tetap harus diperkukuhkan dalam diri generasi bangsa. Zaman sekarang ditandai oleh kemajuan teknologi yang pesat di seluruh dunia, sehingga menjadi semakin penting untuk saling mengingatkan agar semangat perjuangan tetap tinggi. Jika tidak, dapat timbul krisis integrasi nasional di Indonesia pada abad ke-21 ini. Oleh karena itu, teknologi dapat menjadi alat yang efektif dalam membangun integrasi yang kuat dalam berbagai bidang melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).
 
Kata Kunci: Integrasi Nasional, Teknologi, Generasi Muda.
 
PENDAHULUAN
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang kaya akan keberagaman, termasuk dalam hal kebiasaan, etnis, adat istiadat, dan agama berbagai pulau-pulunya. Namun, keberagaman ini sering kali dihadapkan pada tantangan dalam bentuk kebiasaan buruk dari berbagai daerah. Sebaliknya, keberagaman ini seharusnya menjadi sebuah kekayaan yang bisa diadaptasi dengan baik, tetapi sering kali pengaruh dari luar malah menggeser identitas bangsa kita. Hal ini mengakibatkan generasi muda kehilangan akar budaya dan identitasnya. Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi konflik dan perpecahan akibat perbedaan yang ada. Keberagaman masyarakat Indonesia sebenarnya bisa menjadi modal untuk membangun bangsa yang kuat, terutama jika kita memegang erat semboyan kebersamaan yang kuat. Namun, untuk menyatukan masyarakat yang beragam ini, kita perlu memupuk sikap saling menghargai antarkebudayaan.
Generasi muda harus memiliki peran penting dalam memikirkan cara-cara mengembangkan rasa kepedulian dan persatuan melalui pemanfaatan teknologi (Apryanto, 2022). Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi kunci dalam hal ini. TIK dapat diartikan sebagai alat atau media untuk menyimpan, mengambil, mengolah, mengirim, dan menerima data atau informasi dalam bentuk digital. 

Dalam hal sosial, teknologi ini memiliki dampak yang besar di setiap daerah di Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan teknologi harus diarahkan pada membangun kepedulian dan persatuan antarbudaya.
Penggabungan kelompok sosial atau budaya yang beragam adalah kunci untuk membentuk identitas nasional suatu negara. Masalah integrasi nasional merupakan tantangan yang dihadapi oleh banyak negara, termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. Sejak kemerdekaan hingga saat ini, Indonesia terus menghadapi sejumlah masalah, salah satunya adalah menyatukan penduduk yang memiliki latar belakang etnis yang berbeda. Dengan demikian, kita harus menghadapi kenyataan bahwa dalam proses pembangunan negara ini, konflik antar kelompok atau individu seringkali muncul. Masalah integrasi nasional di Indonesia harus diatasi bersama-sama. Integrasi nasional adalah konsep penting yang harus dipahami oleh semua warga negara.

Seperti yang dijelaskan oleh Widiatmaka (2016) manusia memiliki hak untuk mengingat atau melupakan peristiwa tertentu. Dengan menciptakan integrasi nasional yang kuat dan terstruktur, Indonesia sebagai negara berkembang dapat menjauhkan diri dari potensi konflik yang mungkin muncul akibat pengaruh asing atau tekanan dari luar. sal-usul Pancasila sebagai dasar negara dapat dilihat dari banyak nilai maupun faktor yang terkandung dalam bangsa Indonesia yadan ditinjau dari pandangan hidup bangsa indonesia. Hal ini yang menjadikan kedudukan pancasila sebagai dasar negara (Sari & Najicha, 2022). Pancasila, sebagai dasar negara yang bermakna apabila pancasila dapat menjadi pedoman dalam tingkah laku masyarakat, memiliki peran penting sebagai alat pemersatu dan sebagai cerminan berbagai budaya yang ada di Indonesia (Rizqullah & Najicha, 2022). Pancasila sebagai pedoman bangsa memiliki kedudukan tertinggi di Negara Indonesia (Tarigan & Najicha, 2022). Pentingnya Pancasila tak bisa dipisahkan dari berbagai perdebatan dan perhatian yang selalu mengelilinginya. sal-usul Pancasila sebagai dasar negara dapat dilihat dari berbagai faktor dan nilai-nilai yang terkandung dalam bangsa Indonesia yang kemudian ditinjau dari pandangan hidup bangsa indonesia. Pancasila merupakan komponen penting dalam kehidupan setiap warga negara yang berperan sebagai patokan atau arahan untuk menjalani kehidupan sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila atau sebagai warga negara yang bertanggung jawab (Hayqal & Najicha, 2023). Masih banyak kelompok masyarakat yang berharap agar Pancasila dapat diimplementasikan secara lebih luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbagai isu strategis kembali mengemuka, yang menyoroti peran Pancasila dalam menjaga eksistensi negara ini.
Perjalanan panjang Indonesia, yang melibatkan gejolak, tantangan, dan isu-isu seputar integrasi nasional, akan terus menyertai kita seiring dengan perkembangan dan kemajuan negara ini. Generasi muda Indonesia memiliki peran penting dalam merumuskan, mengamalkan, dan memperjuangkan prinsip-prinsip Pancasila. Dalam hal ini, kita harus berhati-hati agar tidak tumbuhnya egoisme dan chauvinisme yang dapat mengancam keberagaman, yang pada akhirnya merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan negara dan persoalan persatuan. Sejak pertama kali Islam masuk ke Nusantara, generasi muda, seperti yang terlihat pada gerakan Sumpah Pemuda, selalu memegang peran sentral dalam setiap perubahan sosial-politik di Indonesia. Namun, kita juga perlu mengakui bahwa persatuan sepenuhnya dalam arti sejati mungkin sulit dicapai, dan konflik antar sesama warga negara tidak selalu dapat dihindari. Oleh karena itu, merupakan hal penting bagi kita untuk memperkuat jiwa kebersamaan dengan menggalakkan kegiatan seperti gotong royong dan saling menghargai satu sama lain.
Seperti yang diungkapkan oleh Filosof Isaiah Berlin, dalam masyarakat yang beragam, lebih penting untuk memiliki saling pengertian daripada mencari kesamaan atau kesepakatan yang sulit dicapai. Pergeseran dari sikap gotong royong tradisional ke individualisme harus diperhatikan. Paper ini bertujuan untuk memberikan beragam sudut pandang mengenai integrasi nasional dalam era teknologi saat ini dan untuk membuka wawasan tentang bagaimana pandangan generasi muda terhadap masalah-masalah yang tengah dihadapi. Diharapkan artikel ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan ide-ide yang bermanfaat, terutama bagi pembaca, khususnya mahasiswa.


METODE
Metode yang digunakan adalah studi kualitatif berdasarkan studi literatur dengan pengumpulan data dari jurnal-jurnal yang relevan dengan judul "Memperkuat Integrasi Nasional Melalui Generasi Bangsa dan Teknologi". Adapun
 
sumber-sumber yang didapatkan berasal dari berbagai referensi yang berasal dari buku, jurnal, maupun artikel. Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis dan diolah oleh penulis untuk memperoleh penulisan dan kesimpulan yang tepat dan akurat.


HASIL DAN DISKUSI
Hasil
Howe dan Strauss dalam bukunya yang berjudul "Generations: The History of America's Future, 1584 to 2069," mengulas mengenai pola siklus generasi yang telah terjadi dalam sejarah Amerika, dengan rentang waktu yang dimulai sejak tahun 1584. Mereka kemudian melanjutkan penelitian ini dalam karya mereka yang berjudul "The Fourth Turning," yang diterbitkan pada tahun 1997. Selanjutnya, mereka mengembangkan teori ini dengan fokus pada empat jenis generasi yang berulang dan periode suasana (mood) yang juga berulang dalam sejarah Amerika. Konsep ini semakin meluas dalam berbagai publikasi mereka. Teori Generasi Howe dan Strauss menjadi perbincangan hangat dalam berbagai bidang penelitian setelah buku berjudul "Generational Theory" karya Graeme Codrington diterbitkan oleh Penguin pada tahun 2001. Codrington menjadikan hasil penelitian Neil Howe dan William Strauss sebagai dasar tesisnya dan mengaplikasikannya dalam konsep lima generasi dengan karakteristik khas pada masing-masing generasi.


Salah satu generasi yang dibahas dalam teori ini adalah Generasi Baby Boomers (1946-1964). Generasi ini lahir setelah berakhirnya Perang Dunia II dan dikenal sebagai generasi yang memiliki beban tanggung jawab besar. Walaupun demikian, mereka juga sering dianggap kurang toleran terhadap kritik. Generasi berikutnya adalah Generasi X (1965-1980), yang merupakan anak-anak dari Generasi Baby Boomers. Mereka mirip dengan generasi sebelumnya dalam hal disiplin dan kerja keras, namun terkadang sulit beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Generasi Y, atau yang lebih dikenal sebagai Generasi Milenial (1981-1994), adalah generasi yang pertama kali merasakan perkembangan teknologi seperti ponsel genggam, komputer, dan internet sejak awal diperkenalkan ke publik. Mereka dikenal sebagai generasi yang sangat tertarik pada teknologi, memiliki tingkat rasa ingin tahu yang tinggi, dan kreativitas yang mencolok. Namun, Generasi Y sering kali juga diidentifikasi dengan sifat ambisius dan ego yang kuat. Generasi Z (1995-2010) merupakan generasi yang tumbuh dalam era internet dan teknologi digital. Mereka sedang dalam proses mencari identitas dan ciri khasnya. Generasi ini memiliki kemampuan untuk multitasking yang tinggi, namun juga cenderung cepat putus asa. Sementara Generasi Alpha (2011-2025) adalah generasi yang tumbuh dalam era gadget. Kehidupan mereka selalu terhubung dengan perangkat gawai, yang memunculkan kekhawatiran bahwa mereka mungkin menjadi generasi yang kurang mandiri dan bertanggung jawab.


Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa setiap generasi memiliki karakteristiknya sendiri yang akan mempengaruhi cara mereka berinteraksi dalam masyarakat. Perilaku, preferensi, dan nilai-nilai generasi ini membentuk kepribadian mereka yang akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seperti pekerjaan, agama, keluarga, peran gender, gaya hidup, dan partisipasi dalam masyarakat. Generasi milenial dan generasi-generasi yang mengikuti mereka memiliki potensi untuk membawa perubahan besar dalam hal Indonesia.


Pada tahun 1952, Mannheim sebenarnya telah memperkenalkan konsep tentang generasi, dan kemudian penelitian lebih lanjut mengenai konsep ini dilakukan oleh Howe dan Strauss, yang telah mengembangkannya menjadi teori yang relevan hingga saat ini. Mannheim mengklasifikasikan generasi berdasarkan beberapa faktor, termasuk lokasi, aktualisasi diri, dan unit. Dalam hal pengelompokan berdasarkan lokasi, Mannheim mengacu pada sekelompok individu yang berbagi pengalaman serupa dalam masyarakat dan sejarah, yang secara kronologis dikelompokkan berdasarkan tahun kelahiran mereka. Pengelompokan ini menciptakan kesamaan dalam pemikiran, keyakinan, nilai-nilai, perilaku, dan karakteristik tertentu di antara mereka. Selain itu, Mannheim juga menggolongkan generasi berdasarkan cara kelompok tersebut merespons perubahan sosial yang terjadi dan bagaimana perubahan tersebut membentuk kepribadian mereka.


Ciri-ciri yang membedakan setiap generasi digunakan untuk membentuk pola umum dalam berbagai aspek kehidupan, seperti sikap terhadap pekerjaan, perilaku sosial, orientasi politik, pola konsumsi, kualitas di lingkungan kerja, dan pandangan terhadap keluarga. Para ahli demografi, media, budaya populer, peneliti pasar, sosiolog, dan anggota dari generasi itu sendiri berkontribusi dalam mendefinisikan ciri-ciri, nilai-nilai, dan keyakinan yang dimiliki oleh generasi tersebut. Perilaku generasi dalam hal kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki dampak yang signifikan.


Generasi milenial, yang juga merupakan bagian dari Generasi Y, merupakan salah satu generasi yang paling menonjol. Generasi milenial saat ini memiliki anggota yang berusia antara 25 hingga 40 tahun. Mereka tumbuh dalam era di mana teknologi komputer telah merasuki seluruh aspek kehidupan mereka. Mereka dikenal sebagai individu yang mahir dalam penggunaan komputer dan internet, mampu melakukan multitasking, dan memiliki pandangan yang lebih global. Beberapa mengenal mereka sebagai "Generasi N" (Net) atau "Generasi D" (Digital), atau lebih dikenal sebagai "digital natives" atau "penduduk asli digital". Generasi milenial sangat responsif terhadap bahasa visual dan terpengaruh oleh berbagai bentuk media. Mereka cenderung menyukai pengalaman permainan, dan nilai-nilai penting bagi mereka adalah kerja sama, pencapaian, kesederhanaan, dan perilaku etis. Generasi ini tumbuh dalam era globalisasi dan percepatan kapitalisme sebagai hal yang biasa. Beberapa ahli teori yang mengamati dampak Generasi Milenial percaya bahwa mereka memiliki potensi besar sebagai generasi yang proaktif dan berorientasi pada tindakan.
Digitalisasi telah menjadi faktor utama yang memengaruhi perubahan dalam praktik partisipasi (Agir & Mohd Matore, 2022). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keterbukaan dan kebebasan dalam berpartisipasi dalam hal politik membawa banyak manfaat dalam memberikan pendidikan politik kepada warga negara. Namun, karakteristik komunikasi politik dalam dunia maya juga menghasilkan dampak negatif yang signifikan. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan yang sebelumnya bertujuan untuk membekali warga negara dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi warga yang baik, demokratis, dan beradab, sekarang dianggap tidak cukup.
Generasi milenial adalah salah satu kelompok utama yang aktif berpartisipasi dalam dunia maya, dan bentuk partisipasi yang mereka praktikkan akan berdampak pada dinamika demokrasi (Baharudin & Mahadir Naidu, 2021). Penting untuk memahami bahwa praktik partisipasi yang efektif harus mematuhi aturan dan memperhitungkan dampaknya terhadap masyarakat.


Perubahan zaman yang disertai dengan kemajuan teknologi informasi telah membentuk karakteristik baru dalam masyarakat. Dalam hal kewarganegaraan, telah muncul tipe warga negara baru yang disebut sebagai "warga negara digital" (digital citizens). Warga negara digital memiliki perilaku khusus yang terkait dengan teknologi, sebagaimana dijelaskan oleh (Roza, 2020) dalam konsep "kewarganegaraan digital" (digital citizenship). Hal ini mencerminkan transformasi dalam cara masyarakat berinteraksi dengan dunia maya dan teknologi dalam hal kewarganegaraan.


Kewarganegaraan digital, seperti yang dijelaskan oleh (Istiqomah & Dewi, 2021) berkaitan dengan norma-norma perilaku yang patut diikuti oleh warga negara dalam penggunaan teknologi di era digital, dengan penuh tanggung jawab. Konsep ini mencakup berbagai aspek kehidupan dan dikenal sebagai "sembilan elemen kewarganegaraan digital" (the nine elements of digital citizenship). Dalam praktiknya, kewarganegaraan digital adalah tentang berpikir kritis dan membuat pilihan etis dalam hal konten yang dipublikasikan, dilihat, ditulis, dan dikomunikasikan melalui media digital, serta memahami dampaknya terhadap diri sendiri, orang lain, dan masyarakat. Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap cara kita berinteraksi, bekerja, belanja, dan hidup sehari-hari. Terdapat sembilan elemen perilaku digital yang penting untuk dipahami dan diinternalisasi dalam menghadapi dunia digital yang terus berkembang. Elemen-elemen ini membantu individu untuk berpartisipasi dengan bijak dan bertanggung jawab dalam ekosistem digital yang semakin kompleks.


Akses digital adalah dasar dari partisipasi yang adil dalam era digital. Memastikan kesempatan terbuka bagi semua warga negara untuk berpartisipasi dalam dunia digital dengan efisien dan efektif adalah kunci. Ini melibatkan pemberian akses yang adil ke infrastruktur dan teknologi digital, serta pendidikan yang memadai tentang cara menggunakan perangkat dan teknologi tersebut. Akses digital yang merata memastikan bahwa semua individu memiliki kesempatan untuk mengejar peluang dalam kemajuan teknologi yang dapat memberikan manfaat signifikan bagi semua aspek kehidupan.
Perdagangan digital adalah elemen penting dalam ekonomi modern. Memahami karakteristik dan prosedur transaksi bisnis secara daring sangat penting dalam era di mana e-commerce telah tumbuh pesat. Keamanan dalam berbelanja dan berjualan online juga menjadi fokus penting, mengingat banyak transaksi melibatkan transfer dana dan informasi pribadi. 

Dengan pemahaman yang baik tentang perdagangan digital, individu dapat melindungi diri mereka sendiri dan berpartisipasi dengan percaya diri dalam ekonomi digital.
Komunikasi digital adalah fondasi dari cara kita berinteraksi dalam dunia maya. Memahami berbagai bentuk media digital dan dampak penggunaannya merupakan kunci untuk berkomunikasi secara efektif. Keterampilan dalam menggunakan platform media sosial, email, dan alat komunikasi digital lainnya dengan bijak dan efektif sangat penting dalam dunia yang semakin terhubung secara digital.
Literasi digital adalah kemampuan untuk menguasai perangkat, media, tujuan, dan dampak dari interaksi di dunia digital secara bijak. Ini mencakup pemahaman tentang bagaimana mengenali berita palsu, mengamankan perangkat dari ancaman siber, dan membedakan antara informasi yang sah dan palsu. Dengan literasi digital yang baik, individu dapat mengambil keputusan yang cerdas dalam lingkungan digital dan mencegah masalah yang dapat timbul akibat ketidakpahaman.
Etika digital adalah panduan tentang perilaku yang diharapkan dalam penggunaan teknologi digital. Ini melibatkan mengikuti standar dan aturan yang menciptakan keharmonisan dalam komunikasi online. Etika digital membantu mencegah konflik dan menjaga komunikasi yang positif di lingkungan digital.


Hukum digital mencakup pemahaman tentang tanggung jawab hukum dalam penggunaan media digital. Ini mencakup aspek-aspek hukum seperti hak cipta, privasi, dan perlindungan data. Mempahami hukum digital membantu individu dan bisnis untuk beroperasi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, mencegah masalah hukum, dan melindungi hak mereka dalam dunia digital yang kompleks.


Hak dan kewajiban digital adalah elemen penting dalam berkomunikasi di dunia digital. Ini melibatkan kesadaran tentang hak individu untuk privasi, kebebasan berbicara, dan hak untuk tidak diserang secara online. Di sisi lain, kewajiban mencakup menghormati hak orang lain tanpa mengancam atau merugikan mereka. Mempahami hak dan kewajiban digital membantu menciptakan lingkungan digital yang sehat dan saling menghormati.


Kesehatan dan kesejahteraan digital melibatkan pemanfaatan teknologi digital untuk mendukung kesehatan jasmani dan rohani. Aplikasi kesehatan digital, pelacakan kesehatan, dan sumber daya kesehatan online dapat memberikan manfaat besar bagi individu. Namun, penting untuk menggunakan teknologi ini dengan bijak dan seimbang, sehingga tidak membahayakan kesejahteraan individu.
Terakhir, keamanan digital adalah elemen kunci dalam dunia yang semakin terhubung secara digital. Melindungi informasi pribadi dan data yang dibagikan di dunia maya adalah sangat penting untuk mencegah akses yang tidak sah atau penyalahgunaan. Ini mencakup penggunaan sandi yang kuat, pemahaman tentang ancaman siber, dan tindakan untuk melindungi diri dari serangan online. Dengan keamanan digital yang baik, individu dapat merasa lebih aman dan nyaman saat beroperasi dalam lingkungan digital yang penuh dengan risiko.


Sembilan elemen perilaku digital ini saling terkait dan saling mendukung. Mereka membentuk dasar bagi individu untuk menghadapi tantangan dan peluang dalam dunia digital yang terus berkembang. Dengan memahami dan menginternalisasi elemen-elemen ini, kita dapat berpartisipasi dalam dunia digital dengan bijak, bertanggung jawab, dan produktif, serta membantu menjaga lingkungan digital yang positif untuk semua. Pendidikan dan kesadaran tentang perilaku digital ini merupakan langkah penting menuju masyarakat yang lebih kompeten dalam menghadapi dunia digital yang terus berubah. Karena itu, pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya kehati-hatian dan keamanan dalam menggunakan media digital sangat diperlukan. Ini termasuk langkah-langkah seperti melindungi akun pribadi, menjaga data yang sensitif, tidak berbagi informasi yang dapat disalahgunakan, dan tindakan lain yang mencegah risiko pelanggaran hukum. Semua pengetahuan dan keterampilan ini menjadi keharusan bagi warga negara digital.

Selain pemahaman umum ini, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendidikan kewarganegaraan perlu memasukkan konten yang lebih khusus terkait dengan partisipasi dalam hal demokrasi partisipatif. Partisipasi warga digital dalam ruang publik telah memberikan dampak positif yang signifikan. Namun, kita juga tidak boleh mengabaikan dampak negatif yang dapat mengancam kelangsungan demokrasi.

 
Dalam hal ini, (Sa'odah et al., 2020) mengusulkan bahwa kewarganegaraan digital harus mencakup konsep baru dalam kurikulum pendidikan. Peserta didik perlu memahami konsep penting terkait penggunaan teknologi digital agar dapat mengantisipasi perubahan dalam praktik partisipasi dalam era digital ini. Terdapat tujuh konsep utama yang perlu dikuasai oleh warga negara digital, termasuk empati, pemahaman tentang fungsi internet, pengertian data pengguna internet, literasi komputer/internet, pemahaman terhadap kesenjangan akses teknologi, praktik keharmonisan dalam berpartisipasi di dunia digital, serta penggunaan media baru ini dengan aman. Dengan pemahaman dan keterampilan ini, warga negara digital dapat berpartisipasi secara efektif dalam era digital yang terus berkembang.
 
Pembahasan


Menurut Yron Weiner, integrasi adalah suatu proses penggabungan seluruh komponen kehidupan suatu bangsa, yang mencakup aspek-aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Cara untuk memperkuat integrasi nasional dalam masyarakat adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip seperti gotong royong, di mana individu membantu tetangga di sekitarnya. Selain itu, berpartisipasi dalam kegiatan sosial juga dapat memupuk rasa empati dan simpati terhadap sesama manusia, sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak boleh dilupakan bahwa lagu kebangsaan "Indonesia Raya" memiliki peran penting dalam memupuk rasa nasionalisme dan persatuan. Lagu ini adalah hasil karya musik yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan sikap masyarakat Indonesia. Lagu ini adalah simbol negara Indonesia dan memiliki fungsi yang sangat penting, yakni menggambarkan semangat perjuangan nasional. Membahas mengenai "Indonesia Raya" adalah juga membicarakan tentang kesatuan dan persatuan yang menjadi tujuan bersama.
Integrasi juga mencakup aspek-aspek psikologis, seperti kepuasan suatu suku atau kelompok dalam suatu negara. Hal ini berhubungan dengan pandangan dan posisi suku bangsa dalam hal integrasi nasional. Integrasi nasional adalah konsep yang sangat penting dalam membentuk dan mempertahankan keberlanjutan negara dan masyarakat. Proses penggabungan seluruh komponen kehidupan suatu bangsa, yang mencakup aspek-aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya, menjadi fondasi yang kuat untuk mencapai kesatuan dan persatuan di dalam suatu negara. Untuk memperkuat integrasi nasional dalam masyarakat, kita perlu menerapkan prinsip-prinsip yang mempromosikan solidaritas, gotong royong, dan identitas nasional yang kuat. Sebagai warga negara Indonesia, kita memiliki peran penting dalam membangun integrasi nasional dengan menerapkan semangat "Bhineka Tunggal Ika," yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Ini berarti kita harus menghargai perbedaan, seperti perbedaan agama, bahasa, ras, dan suku bangsa, karena perbedaan ini saling melengkapi dan memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk menanamkan rasa persatuan dan kesatuan ini kepada generasi muda sejak dini.
Generasi Emas merupakan istilah yang menggambarkan generasi muda yang energetik, multitalenta, aktif, dan memiliki dimensi spiritual yang kuat. Mereka juga terampil dalam menghadapi tantangan teknologi modern. Tahun 2012 hingga 2035 dianggap sebagai periode penting untuk menanamkan karakteristik Generasi Emas di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus berfokus pada program pendidikan selama periode ini.
Periode bonus demografi Indonesia dari tahun 2010 hingga 2035 menandakan bahwa sebagian besar penduduk berada dalam usia produktif, yang dapat memberikan potensi besar bagi kemajuan negara. Namun, untuk memanfaatkan potensi ini, investasi besar dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) diperlukan. Generasi Emas harus memiliki akses yang luas ke pendidikan dengan pengetahuan teknologi dan nilai-nilai moral yang kuat.
Mahasiswa dan Generasi Emas memiliki peran penting dalam memupuk rasa persatuan dan kesatuan melalui media digital. Mereka dapat memberikan edukasi tentang menghargai perbedaan dan menciptakan media pembelajaran yang mendukung nilai-nilai keberagaman Indonesia. Dalam era digital, kreativitas dan inovasi dalam memanfaatkan teknologi dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Mahasiswa juga harus menjadi agen perubahan dalam mempertahankan nilai-nilai nasionalisme dan persatuan, terutama di tengah pengaruh globalisasi. Mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk menjaga komunikasi dengan teman-teman yang berada di berbagai daerah Indonesia, saling bertukar informasi, dan mendukung upaya-upaya menjaga persatuan. Semboyan "Bhineka Tunggal Ika" dan prinsip Pancasila harus menjadi pedoman dalam membangun persatuan dalam keberagaman. Mahasiswa memiliki peran sebagai garda terdepan dalam menjaga persatuan, dan melalui semangat dan tekad yang kuat, mereka dapat membantu memperkuat integritas nasional dan menjaga kedaulatan negara dari berbagai ancaman.


Generasi Emas diharapkan dapat menjaga ketahanan ideologi negara Indonesia dan tidak mudah terpengaruh oleh perubahan dari luar negeri. Tantangan-tantangan yang datang dari luar, seperti ancaman terorisme dan radikalisme, memerlukan kewaspadaan nasional. Generasi Emas harus tetap teguh pada nilai-nilai Pancasila dan menjaga integritas nasional. Kewaspadaan ini tidak hanya terkait dengan ancaman fisik tetapi juga dampak psikologis yang dapat timbul dari insiden terorisme. Korban yang selamat dari serangan terorisme seringkali mengalami trauma yang mendalam, baik secara fisik maupun mental. Generasi muda memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung pemulihan korban terorisme. Tantangan terorisme dan radikalisme adalah masalah global yang memerlukan kewaspadaan nasional yang tinggi. Generasi Emas harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Pancasila, yang merupakan ideologi dasar negara Indonesia, serta bagaimana ideologi ini meresap dalam kehidupan sehari-hari dan pilar-pilar pembangunan negara. Mereka harus mampu membedakan antara ideologi yang sejalan dengan nilai- nilai Pancasila dan yang bertentangan dengan ideologi tersebut. Dengan pemahaman yang kuat tentang ideologi negara, mereka dapat menjadi penjaga dan pembela ideologi Pancasila yang sejati.
Untuk menghadapi tantangan dari luar, generasi muda perlu berperan aktif dalam membangun rasa kepedulian sosial. Namun, fenomena individualisme yang semakin marak di masyarakat menjadi hambatan. Oleh karena itu, nilai-nilai seperti "Bhineka Tunggal Ika" harus terus ditekankan sebagai panduan dalam hidup bersama. Penting bagi generasi Emas untuk memahami bahwa semakin banyak ancaman dari luar, semakin besar tanggung jawab mereka dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Pembangunan karakter bangsa adalah suatu proses yang memerlukan waktu yang cukup lama dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Akar dari banyak tindakan jahat dan perbuatan buruk, termasuk perbuatan kriminal, dapat ditelusuri hingga hilangnya karakter yang kuat pada individu dan masyarakat. Karakter yang kuat merupakan dasar yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam harmoni sebagai bangsa dan negara. Kita harus selalu menghormati dan mempertahankan nilai-nilai yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan kita sepanjang sejarah. selain itu mahasiswa juga harus memiliki akhlakul khatimah, seperti pada metode pembelajaran unissula yang mengedepankan akhlak, unissula juga berkomitmen dalam bidang teknologi dan pendidikan. 


Teknologi adalah alat yang telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita hidup dan berinteraksi. Teknologi seringkali dikaitkan dengan mesin dan otomatisasi, dan telah membawa banyak kemudahan dalam kehidupan manusia. Teknologi telah memungkinkan komunikasi yang lebih dekat, memungkinkan kita untuk terhubung dengan teman-teman dari berbagai pulau dan tempat yang jauh. Penggunaan teknologi ini sebaiknya dimanfaatkan untuk memperkuat hubungan sosial dan berbagi pengetahuan positif yang memperkaya integritas bangsa. Dengan cara ini, masyarakat dapat belajar bagaimana menghadapi perbedaan dengan menghargai satu sama lain, yang pada akhirnya akan membantu menciptakan cita-cita bangsa yang aman dan damai. Penggunaan teknologi juga dapat membantu meredakan konflik di lingkungan kita, seperti ketika ada ketidakpuasan di antara warga desa A. Dengan menggunakan teknologi, kita dapat lebih baik memahami perspektif mereka dan berupaya mencari solusi yang adil dan toleran. Penting bagi generasi bangsa untuk mengimplementasikan nilai-nilai ini dan tidak bersikap acuh tak acuh terhadap perbedaan. Meskipun penggunaan teknologi memiliki kelebihan dan kekurangan, kita harus tetap menghargai dan memahami lagu "Indonesia Raya" serta menjadikannya lebih mudah diakses oleh warga. Lagu kebangsaan ini adalah simbol persatuan dan kebangsaan, dan kita dapat memanfaatkan teknologi untuk menghadirkannya dalam berbagai bentuk media yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Dengan demikian, kita dapat terus mengingatkan diri kita tentang pentingnya persatuan dalam keragaman dan bagaimana teknologi dapat menjadi alat yang mendukung pesan tersebut.


Dalam dunia yang semakin terhubung dan kompleks, penggunaan teknologi yang bijak dan berorientasi pada nilai-nilai positif sangat penting. Teknologi dapat menjadi alat yang memungkinkan kita untuk memperkuat hubungan sosial, mempromosikan nilai-nilai seperti toleransi, keragaman, dan persatuan, serta membantu meredakan konflik dalam masyarakat. Generasi muda, sebagai pemegang estafet pembangunan, memiliki peran kunci dalam memastikan bahwa teknologi digunakan untuk mencapai tujuan sosial dan moral yang lebih besar, sambil tetap menghormati dan merayakan integritas bangsa. 


Bagi generasi muda Indonesia, kita merupakan tulang punggung peradaban yang akan meneruskan perjuangan bangsa untuk memperkuat persatuan dan kesatuan dalam negara, serta untuk mewujudkan nilai-nilai dan cita-cita yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945. Saat ini, partisipasi aktif dari kita sangat diperlukan, karena kehilangan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda dapat memiliki konsekuensi yang serius dan sulit untuk diperbaiki, karena dalam membentuk jiwa nasionalisme diperlukan pemahaman dan pengimplementasian Pancasila pada generasi muda (Puspita Ratri & Najicha, 2022). Oleh karena itu, teknologi memiliki peran penting dalam menggugah semangat persatuan dan memperkuat semboyan yang telah menjadi pedoman hidup kita selama bertahun-tahun. Dengan bantuan teknologi, kita dapat mengedepankan kedamaian dan membangun dunia yang dipenuhi dengan kebaikan serta moralitas, di mana kekerasan dan perilaku tidak bermoral dapat dihindari. Pendidikan melalui teknologi juga merupakan sarana untuk membangun kesadaran diri di antara individu-individu dalam suatu bangsa atau negara dengan cara yang efektif dan efisien.
 
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, peran generasi muda, atau yang sering disebut sebagai "Generasi Emas," sangat penting dalam membangun dan mempertahankan persatuan, kesatuan, serta nilai-nilai nasionalisme di Indonesia. Generasi Emas harus mampu menghadapi perubahan dan tantangan yang datang dari luar negeri tanpa mengorbankan integritas budaya dan moral bangsa.
Pemanfaatan teknologi dalam hal ini adalah salah satu kunci untuk menggalang persatuan dan kebersamaan. Teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman antarwarga negara tentang perbedaan budaya dan menghargai keragaman yang ada. Selain itu, teknologi juga dapat menjadi alat yang efektif untuk pendidikan dan penyuluhan terkait nilai-nilai nasionalisme, toleransi, serta rasa kepedulian terhadap sesama.
 
DAFTAR RUJUKAN
Agir, N., & Mohd Matore, M. E. @ E. (2022). Literasi dan Kewarganegaraan Digital: Konsep dan Strategi Implementasi dalam Pendidikan di Malaysia. Malaysian Journal of Social Sciences and Humanities (MJSSH), 7(3), e001367. https://doi.org/10.47405/mjssh.v7i3.1367
Apryanto, F. (2022). Peran Generasi Muda Terhadap Perkembangan Teknologi. Media Husada Journal of Community Service, 2(2), 130--134.
Baharudin, N. H., & Mahadir Naidu, N. B. (2021). The application of the REP concept of digital citizenship among students in Universiti Pendidikan Sultan Idris as digital citizens. EDUCATUMJournalofSocialSciences,7(1),30--44. https://doi.org/10.37134/ejoss.vol7.1.4.2021
Hayqal, M. R., & Najicha, F. U. (2023). Peran Pendidikan Pancasila sebagai Pembentuk Karakter Mahasiswa. Jurnal Civic Education: Media Kajian Pancasila dan Kewarganegaraan, 7(1), 55--
62. https://ejurnal.unima.ac.id/index.php/civic-edu/index
Istiqomah, Y. Y., & Dewi, D. A. (2021). Memperkuat Integrasi Nasional Melalui Generasi Bangsa Dan Teknologi Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Journal of Education, HumanioraandSocialSciences(JEHSS),4(1),272--277. https://doi.org/10.34007/jehss.v4i1.639
Puspita Ratri, E., & Najicha, F. U. (2022). Urgensi Pancasila Dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Pada Generasi Muda Di Era Globalisasi. Jurnal Global Citizen : Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan, 11(1), 25--33. https://doi.org/10.33061/jgz.v11i1.7455
Rizqullah, T. M., & Najicha, F. U. (2022). Pegimplementasian Ideologi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara. Jurnal Kewarganegaraan, 6(2), 2630--2633.
Roza, P. (2020). Digital citizenship: menyiapkan generasi milenial menjadi warga negara demokratis diabaddigital.JurnalSosioteknologi,19(2),190--202. https://doi.org/10.5614/sostek.itbj.2020.19.2.4

 
 
Sa'odah, S., Sapriya, S., & Dwi Haryanti, Y. (2020). Perspektif Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar Di Era Digital. Jurnal Elementaria Edukasia, 3(2). https://doi.org/10.31949/jee.v3i2.2445
Sari, R., & Najicha, F. U. (2022). Memahami Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam Kehidupan Masyarakat. Harmony: Jurnal Pembelajaran IPS dan PKN, 7(1), 53--58. https://doi.org/10.15294/harmony.v7i1.56445
Tarigan, B. P., & Najicha, F. U. (2022). Pendidikan Pancasila Sebagai Upaya Membentuk Karakter Milenial Yang Bertanggung Jawab BORNEO Law Review. Jurnal Borneo, 7(1), 37--51.
Widiatmaka, P.-. (2016). PERAN ORGANISASI KEPEMUDAAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER PEMUDA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KETAHANAN PRIBADI
PEMUDA (Studi Pada Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor di Kabupaten Sukoharjo ProvinsiJawaTengah).JurnalKetahananNasional,22(2),180.
https://doi.org/10.22146/jkn.12002

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun