"Okeee...!" jawab para siswa perempuan serempak, lalu mereka tertawa riuh. Mungkin mendengar Brian berbicara, menyejukkan hati mereka. Tampaknya Brian lebih mencuri perhatian dibanding Richie. Menatap wajahnya ataupun mendengar suaranya, akan membuat hati orang menjadi senang. Itulah Brian!
"Nah, para siswa sekalian, adakah bangku kosong untuk Brian dan Richie?' tanya Ibu Guru mengalihkan suasana yang ribut.
"Ada, Bu! Ada!" jawab beberapa orang siswa sambil mengangkat tangan.
"Brian, sini Brian!" terdengar suara beberapa orang siswa saling berebutan memanggil Brian agar duduk di dekat mereka.
Brian mengalihkan pandangannya ke seluruh kelas, melihat banyaknya siswa yang melambaikan tangan padanya, Richie malah tidak ada yang memanggil. Akhirnya Brian berjalan ke bangku yang paling belakang, yaitu bangku yang amat dekat dengan tempat duduk Violetta, hanya dipisahkan oleh sebuah lorong sebagai jalan. Sedangkan Richie sendiri memilih duduk di bangku paling depan, tepat di samping Clarissa.
"Hai!" Richie yang berpembawaan ramah itu menyapa Clarissa yang meliriknya sekilas dan menggeser tempat duduknya ketika melihat kedatangannya.
"Hai!" Clarissa membalas pendek sambil tersenyum dikit.
"Eh..., aku Richie," Richie berusaha merilekskan suasana dengan mengulurkan tagannya pada Clarissa yang dirasanya bersifat pendiam. "Kalau boleh tahu, kamu...?"
"Aku Clarissa," jawab Clarissa sambil mengangguk dan menyambut uluran tangan Richie. "Kalau ada yang tak mengerti, tanya saja," katanya ramah.
"Oh, terima kasih," balas Richie merasa lega. Ia bersyukur karena mendapat teman sebangku yang tidak sombong. (Bersambung).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H