"He-eh'," Violetta mengeluarkan HP-nya dari dalam tas, lalu mengecek kalau-kalau ada panggilan tak terjawab. Maklumlah, teman-temannya sangat banyak dan sering mengajaknya ke sana kemari. Cocoklah, karena Violetta memang hobinya kelayapan.
Nah, tadi malam saja sudah ada enam panggilan tak terjawab. Masing-masing dari Mike, Rob, John, Stella, Stacy, dan Erick. Belum lagi pagi ini, ada satu, dua, ...
"Selamat pagi, anak-anak." Keasyikan Violetta memerika HP-nya, terusik oleh suara guru perempuan yang masuk dengan membawa dua orang siswa laki-laki. Seisi kelas langsung heboh, karena kedua siswa laki-laki itu berwajah amat mirip, dan ya ampun, Violetta langsung membelalakkan matanya. Apakah ia sedang bermimpi? Rasanya, seperti melihat dua orang pangeran berkuda putih yang baru datang dari langit, alangkah tampannya!
Bukan hanya Violetta saja yang terbelalak, karena suasana kelas yang langsung ricuh, terutama oleh suara para siswa perempuan yang saling berbisik-bisik, ikut menandakan kalau mereka juga terpengaruh.
"Halo... halo... halo...!" Ibu Guru yang berdiri di samping kedua siswa laki-laki itu memukul-mukul papan tulis untuk mendiamkan suasana kelas yang ribut. Setelah suasana agak tenang, barulah Ibu Guru itu berkata, "Ini adalah teman baru kita yang akan duduk di kelas ini. Mereka baru pindah dari luar kota. Mari kita persilakan mereka memperkenalkan diri." Ibu Guru mengangguk kepada kedua siswa baru itu, sebagai isyarat agar mereka berbicara.
Salah seorang di antara kedua siswa baru itu maju selangkah ke dapan, menganggukkan kepalanya sekali, lalu membuka mulut. "Hai, teman-teman." Ia melambaikan tangan dengan sopan. "Nama saya Richie, umur 19 tahun, dan ini adalah kakak kembar saya, namanya Brian."
Walaupun mereka amat mirip, bertubuh tinggi atletis, dan sama-sama berwajah tampan, tapi begitu menatap mereka, akan langsung mengetahui perbedaan di antara keduanya. Karena yang berbicara tadi adalah yang berwajah lebih ramah dengan senyum manis, sedangkan yang satunya lagi, sang kakak yang bernama Brian, bertampang cool dan hanya sebentar saja tadi tersenyum agak dingin.
Violetta merasakan hatinya berdebar ketika menatap sang kakak yang sampai sekarang belum membuka mulut. Siapa namanya tadi? Brian? Ah, sungguh sebuah nama yang spesial dan seketika menggetarkan hatinya ketika melihatnya untuk pertama kali. Entah mengapa, mungkin merasa diperhatikan, sang kakak yang bernama Brian itu langsung melemparkan pandangannya ke bangku belakang. Pandangannya yang tajam seolah menghunjam ke wajah Violetta. Seketika Violetta yang biasanya selalu santai dan tidak pernah salah tingkah menghadapi makhluk yang namanya cowok, menjadi tegang. Tapi Violetta masih berusaha membalas tatapan dari Brian dengan berani, padahal degup-degup di jantungnya sudah tak terkendali lagi. Aduh! Kenapa ini? Biasanya ia tidak pernah begini.
Brian tersenyum sekilas padanya, lalu mengalihkan pandangnnya ke tempat lain. Violetta menahan napas, karena merasakan jantungnya seperti copot menerima senyuman dari Brian tadi. Senyuman yang benar-benar berbeda dari senyuman dingin yang tadi, karena senyuman ini, dirasakan Violetta seperti sengaja ditujukan untuknya.
Richie melirik Brian yang masih berdiri dengan santai. Tiada tanda-tanda hendak membuka mulut. Ditariknya siku tangan Brian agar maju selangkah ke depan, lalu ia berbisik di dekat telinganya, "Bicaralah sepatah dua patah kata, Brian. Mereka sedang memandangmu dari tadi, nanti dikiranya kamu sombong."
Teguran dari Richie itu menyadarkan Brian. Seketika ia berusaha tersenyum manis. "Hai, semuanya!" ia melambaikan tangan dengan rileks. "Saya Brian, kakak kembarnya Richie, mohon petunjuknya, okey?"