Mohon tunggu...
Rose Marz
Rose Marz Mohon Tunggu... Tutor - Unlimited Love Edition :) Kesederhanaan dalam Kebersamaan Itu Penting Bacalah, Menulislah, Bacalah, Tuliskan, maka itu akan mengantarkan ke depan pintu-pintu gerbang kebahagiaan hidup sepanjang hayat

Alumni SMAN 7 Padang Alumni FBBS UNP Guru Motivator Literasi 2021 Guru Penggerak 2023 Pld (Penggerak Literasi Daerah) 2024 Kota Padang Keep Writing On ;)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

BBM Naik, Peperangan antara Rakyat Jelata Semakin Sengit!

11 September 2022   17:41 Diperbarui: 21 Oktober 2022   11:51 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harga barang dan BBM terus-terusan naik

Harga BBM naik

Setelah harga bahan pangan, tepung, bawang, cabe, mie instan, pada tanggal 7 september 2022 telah berlaku tarif baru untuk Bbm. Bbm resmi naik lagi! Seingat saya dari semula harga 9.200 menjadi 12.500 kemudian naik lagi menjadi 14.500 untuk minyak jenis pertamax. 

Pembeli yang ingin membeli Bahan bakar minyak jenis pertamax juga harus merongoh kocek dengan menambahkan 350rupiah lagi karena si petugas pertamina akan memotong uang sebanyak 14.850 rupiah perliternya.

Saya heran, sewaktu harga minyak Pertamax 9.200 rupiah, maka petugas hanya memotong 9.200 rupiah lalu kenapa harga net yang dikeluarkan pemerintah adalah 12.500, uang pembeli dipotong menjadi 12.850. 

Sekarang menjadi 14.500 harga yang diluncurkan pemerintah maka si pembeli harus bayar menjadi 14.850 rupiah.

Maka saya pada satu kesempatan bertanya kepada teman sejawat, lah kok begitu ya?,,”iya,, itukan harga pemerintah, kalau harga ke konsumen ya  sebanyak itu..,”ooh,, berarti di pertamina juga sudah menerapkan harga eceran untuk minyak, yang mana harga ecer tentu lebih mahal dibanding harga grosiran,, seperti itukah?,, 

Sulit bagi saya yang rakyat jelata ini mensederhanakan konsep pemikiran tersebut? Sejak kapan begitu, bukankah pertamina sudah semena-mena? Bukankah di pertamina sebelumnya kita mendapatkan harga pemerintah atau harga yang bukan ecer.

Harga Minyak Kios Ecer

Saya selalu berpikiran sebelumnya, kalau mau harga minyak murah ya beli di pertamina, bukan di kios minyak ecer. Sudah termaktub dalam benak saya bahwa harga pertamina adalah harga yang bersahabat dan sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah. 

Kalau harga ecer diluar yang orang jual di kios-kios pertamini kalau harganya lebih mahal dari harga yang ditetapkan pemerintah, itu masuk akal.

Yang sudah kita ketahui selama ini, ketika harga bensin dulu 6500 rupiah, maka di kios eceran mereka jual 10.000 rupiah. Sedangkan untuk pertalite di pertamina waktu itu 7.650 maka mereka  jual ecer juga 11.000 dan untuk pertamax 12.000. serta pertamax turbo 15 000. 

Nah itu adalah harga ecer sebelum harga BBM Naik. Kebayangkan gimana harga BBM sekarang di kios eceran? Berapa puluh ribu lagi mereka naikkan?

Nasib rakyat jelata

Saya tercenung mengingat kakak saya yang tinggal nun jauh dari perkotaan. Di tempat beliau station BBM Pemerintah  sangat jauh jaraknya. Mungkin ada skitar 35 kilometeran lebih baru bertemu pertamina atau station BBM resmi. 

Jadi si kakak adalah pelanggan kios ecer minyak.

Dimana di saat orang masih bisa menikmati bensin harga 6400 rupiah si kakak harga minyaknya sudah 10000rupiah. Ya karena tidak bisa membeli minyak yang jauh di pertamina dengan harga pemerintah, tentu membeli minyak di kios eceran. Kalau beli ke pertamina ya itu jarak tempuh saja juga sudah menghabiskan sekian liter minyak pula.

Di sekitar tempat tinggal si kakak mayoritas petani, dan pengupah jasa  kebun pohon kelapa sawit. Terbayang betapa banyak bensin yang habis untuk melansir buah dan pergi ke kebun yang berkilo meter jarak dari rumah dengan kondisi jalan PT, menanjak dan area perbukitan..?

Dulu sewaktu masih belum naik BBM dan bahan pangan kehidupan di sana sudah sedemikian susah. Masyarakat kelas bawah mengalami kesulitan ekonomi dan keterbatasan fasilitas pelayanan akibat pembangunan yang tidak merata.

Lalu sekarang? Bbm naik lagi. Kehidupan miris dan wajah-wajah sakit semakin bermunculan. Yang miskin semakin miskin, yang hidup dipelosok semakin tersudut. 

Bantuan pemerintah? Subsidi pakai aplikasi?,, tidak tahukah pemerintah bahwa untuk mengkases aplikasi itu saja mereka tidak punya, tidak bisa. Pengaruh geografis tempat tinggal mereka yang pemerataan listrik tidak sempurna, pemakaian bergilir, mati lampu mati sinyal, belum lagi bantuan pemerintah yang tidak tepat sasarannya.

Dimana-mana terdengar bantuan BLT, BSU, kompor Gas atau keluarga PKH, bimbingan UMKM dan kartu prakerja?, siapa yang sudah menikmatinya? Untuk kakak saya sampai saat ini belum sekalipun terdengar mendapat bantuan pemerintah, apa sebabnya saya tidak tahu. 

Siapa yang tidak ingin dapat bantuan? Siapa yang tidak ingin disubsidi? Namun dalam pengoperasiannya, hanya segilintir masyarakat yang menikmati program bantuan dan subsidi pemerintah tersebut, yang tahu caranya menerima, yang cerdas berkuasa, rakyat jelata makin meronta.

Demo turunkan harga

Sewaktu berangkat kerja, saya melirik dashboard motor, tank minyak isi hanya tinggal dua kotak, menyesal kemaren pas pulang tidak isi di pertamina. Hari ini saya harus sempatkan singgah di pom bensin atau kalau tidak maka kendaraan saya bisa dipastikan ngadat di jalan. 

Ketika singgah di pertamina, orang sudah antri. Karena takut akan terlambat,  saya keluar dari antrian, memutuskan kembali sepulang kerja saja saya mampir lagi, semoga minyak yang tinggal dua kotak ini masih bisa mengantarkan saya ke pom bensin terdekat setelah jam kerja berakhir.

Sepulang kerja ketika melewati jalan khatib Sulaiman, saya mendapati banyak satpol PP dan polisi yang berjaga di pinggir jalan, kemudian jalan Jhoni anwar ke arah Ulak Karang juga di berlakukan buka tutup. 

Saya heran, ada apa ini?. Setelah melintasi lampu merah, melewati Hotel Basko dan menuju simpang Labor, saya mendapati jalan semakin ramai dan arus jalan tersendat-sendat, setelah  kendaraan merayap barulah saya mendapat jawaban, sepanjang 100 meter lebih arak-arakan demo mahasiswa UNP menyorakkan untuk turunkan harga, BBM dan lainnya. 

Saya melihat spanduk bertuliskan “dalam setahun, sudah 7 kali harga dinaikkan”. 

Mahasiswa pemimpin demo bersemangat menyampaikan orasi dengan alat pengeras TOA. Saya terharu, ada yang tersumbat dan terasa perih dimata. Mereka mahasiswa sedang berjuang untuk masa depan mereka, saat-saat sulit menimba ilmu, butuh uang dan pengorbanan, rela berteriak-teriak dijalanan. 

Saya terbayang kakak, orangtua, dan saudara di pelosok desa, semua yang berharap untuk kemurahan hati pemerintah agar turunkan harga, kami di sini dan adik-adik mahasiswa menyuarakan suara untuk kesejahteraan bersama. Akankah didengar oleh pemerintah? Kapan harga barang dan BBM akan turun?

Harga diri kapan naik?

Akhirnya motor saya ngelendot di pertamina dekat Kayu Kalek. Saya biasa mengisi minyak di sini sore sepulang dari bekerja. Mungkin ada petugas yang mengingat motor atau wajah saya. Tapi kali ini saya tidak merasa petugas yang sedang bekerja adalah petugas yang pernah mengisi minyak motor saya sebelum-belumnya. 

Maka saya menunggu giliran. Saya melirik motor depan saya, meterannya terhenti di angka 30.200, si pembeli menyerahkan uang 50ribuan, si petugas menyerahkan kembalian sebanyak 20ribu lagi. Giliran motor saya sekarang, maka saya meminta, “tolong isi penuh” (biasa saya selalu isi penuh, kecuali kalau uang hanya tinggal 10rb di tas, maka saya minta tolong isi 10rb). 

Setelah beberapa saat, saya bilang sudah penuh, karena minyak akan melimpah jika diteruskan, kebetulan meteran di board pengisian itu menunjukkan angka 33.200, tapi pada saat itu si petugas bilang, jadi lanjutkan ke 34 aj ya kak?,,” nah,, sudah penuh, nanti melimpah kan terbuang juga, bukannya 33rb saja?” jawab saya. 

Si petugas memberengut. Saya juga balas merengut. Terpikir kenapa motor sebelumnya tidak potong jadi 31rb juga? Saya menyodorkan uang kertas 50rb. 

Si petugas menerima uang terus berkata ”lain kali beli dengan harga genap”. Saya berteriak ”ya sudah potong saja uangnya jadi 34ribu”. Kesal. 

Heran saya petugas kenapa sekarang marah kalau ada kelebihan minyak harga 200rupiah ingin digenapkan dan potong uang menjadi 1000an. Padahal juga minyak bukan minyak dia. 

Ini efek harga bbm naik. Semua sakit karena harga BBM naik. Saya yang biasa ikhlas tidak ada kembalian jadi digenapkan sekarang terasa begitu mahal, terasa begitu rugi 200perak lompat jadi 1000an.

Kalangan atas mungkin tidak terlalu peduli atau merasa sulit, mau naik 2000- 5000 masih it’s okay aja!.. but untuk rakyat jelata, uang seribu itu sulit sekali mendapatkannya!

Terima kasih sudah membaca
Salam takzim saya
Rose Marz

Minggu tengah hari, 11 September 2022, 12:01pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun