Saya menyangka dirinya sedang menghimpun kata - kata yang paling strategis memberikan jawaban pada anak dari muridnya . . .Â
Bunyinya gini Ustadz :
"Aqimish shalaata liduluukisy syamsi ilaa ghasaqil laili wa  quraanal fajri inna quraanal fajri kaana masyhuudaa"
Dirikanlah salat diwaktu tergelincir Matahari sampai gelap malam,  dan (dirikanlah) salat subuh  sesungguhnya salat subuh disaksikan
(Al Quran /Al Israa' _ Perjalanan Malam, Â 17 : 78
Saya tidak seriusan bertanya pada Ustadz, Â sekedar mengisi kekosongan pembahasan disiang hari saat katanya tidak ada jam mengajar.
Ustadz  berusaha menatap cucu beliau,  cucu bukan sengaja,  iya puteri dari muridnya.
"Ogh . . . ya . . . ya  . . .  kamu boleh melaksanakan shalat tiga waktu dengan ketetapan dalil itu,  syaratnya kamu tidak boleh berceritera kepada siapapun juga,  hanya untuk kamu saja . . . "
Tampaknya   Ustadz Kadir   cukup gundah dengan pertanyaan cucu muridnya beberapa kali beliau berusaha menarik nafas panjang.  dari sikap gundahnya Sayapun mencoba mencairkan situasi  Â
"Hai . . . Ustadz, Â Makassar yang pernah Saya baca memiliki produksi sarung sutera yang indah"
Sambil menarik lengan keriput dan wajah tuanya . . . agar ke luar rumah agar fikirannya tidak terus - terusanÂ
memikirkan pertanyaan surat al Israa 78
"Nanti malam berceritera yaa tentang sarung Bugis Makassar yang terkenal indah"
Beliau hanya senyum - senyum tahu jika itu cara cucunya mengalihkan perbincaraan yang sedang dia fikirkan