Pada salah satu hamparan tampak lokasi yang mirip panggung berpayung permanen dan di depannya berjejer mobil antik termasuk sedan jadul dengan gambar stroberi di sekelilingnya.
Di depan panggung  mini inilah berkumpul 5 orang lelaki baya yang masing -- masing sibuk menghadapi jip antik berwarna hijau tentara sedang ada seorang yang duduk tenang seakan menatap setiap elemen disetiap tubuh jip dari depan samping hingga belakang.
"Boleh kami mengetahui adakah diantara Bapak -- bapak ini bernama Pak Asep Stroberi ?"Â
Sesungguhnya penulis hanya sekedar iseng saja tidak terlalu antusias untuk mengetahui lebih dalam tentang siapa pemilik rumah makan ini, Â sekedar mengisi waktu menanti nasi liwet tiba.
Sikap kelimanya lucuuk  .  .  .  dan menggelikan,  penulis tidak merasa kecewa dengan sikap kelimanya,  dengan rasa acuh saja penulis menjawab.
"Baiklah . . . Bapak -- bapak saya ndak akan memaksa siapapun  diantara Bapak yang bernama Asep stroberi,  saya datang bersama Kiyai Muchtar Adam mo sarapan nunggu nasi liwet dihidangkan menuju Tasik . . . bye."
Salah satu diantara kelima laki -- laki yang sempat ngerubutin jeep jadul  sempat terperangah kaget dan dia berusaha mendatangi penulis dengan perasaan penuh tanya.
 "Apakah Kiyai Muchtar Adam alumni IKIP Bandung ?  saya Abdussomad teman sekelasnya saat kuliah . . ."
Bersamaan dengan berakhirnya kata -- kata Pak Abdussomad, Â Pak Kiyai muncul beriringan dengan Mas David, Pak Toto beserta istri beliau . . .