Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

IKIP Bandung dan Perjumpaan 3 Alumni Angkatan 1981 - 1995

1 Maret 2019   19:49 Diperbarui: 1 Maret 2019   20:06 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketiganya Bahagia (pict:dok.pribadi)

IKIP -- Bandung masa kini lebih populer dikenal dengan sebutan UPI (Universitas Pendidikan Indonesia)  kadang juga terdengar celotehan bengal para mahasiswa yang sedikit banyak faham kiprah IKIP  sejak jaman berdirinya tahun  20 Oktober 1954  dengan kata -- kata  Universitas Pendidikan tapina  IKIP.

Konotasi kata -- kata mahasiswa 'bengal'  dengan singkatan UPI diplesetkan menjadi Universitas Pendidikan tapina IKIP  kadang disambut dengan gelak canda kadang setengah getir,   entahlah mungkin secara realitas sejarah,    ada yang merasa IKIP lebih mengandung makna pejuang tangguh, sedang UPI mugkin lebih mengayomi masyarakat yang mulai pada sikap yang materialism.

Pada hakekatnya semua mahasiswa yang berkesempatan kuliah di Ledeng (salah satu terminal mobil di Lembang - Bandung)   jika berjumpa sesama  alumni yang diikatkan dengan kata IKIP apakah Bandung,  Jakarta atau Malang ada sensasi khusus yang terkadang masing -- masing alumni terasa sulit mendiskripsikan bahasanya meskipun mereka telah lewat menyusun skripsi, thesis bahkan disertasi.

Boleh ya ditafsirkan saja . . . mereka kami dan kita merasa bahagia jumpa sahabat atau teman masa kuliah.

Ketiga alumni IKIP yang tanpa rencana berjumpa di Cimaragas -- Garut yaitu      KH. Muchtar Adam angkatan 1981 / 1982   Bapak Abdus Somad,  keduanya dari jurusan Bahasa dan Sastra Arab sedang Kang Asep Stroberi dari jurusan Seni Rupa.

Perjumpaan ketiga alumni IKIP -- Bandung   pada Ahad  17  Februari 2019 M /     12  Jumadil Akhir 1440 H    sesungguhnya   tujuan utama kami  adalah ta'ziah ke salah satu daerah Tasik  pada salah seorang tokoh di Tasik Kiyai H. IIe Abdul Haq yang telah wafat pada hari Jum'at 15 Februari 2019 M / 10 Jumadil Akhir 1440 H.  

Ketiga Berjumpa dan Bahagia (pict:dok.pribadi)
Ketiga Berjumpa dan Bahagia (pict:dok.pribadi)
Saat Akan pulang (pict : dok.pribadi)
Saat Akan pulang (pict : dok.pribadi)
Cimaragas -- Garut Menuju Tasik

Kami berlima satu rombongan kecil sejak ba'da Shubuh telah menyusuri jalan -- jalan di kota Bandung yang baru saja menggeliat,  sepakat akan sarapan di luar kota dan ternyata pilihan sang driver yaitu Mas David adalah Warung Nasi Liwet Pak Asep Stoberi Cimaragas Garut.

Hari masih  pagi jam 07.45 ketika kendaraan kami menuju parkiran  rumah makan terasa sekali masih sepi dan  saat menyapukan pandangan disetiap lokasi serta  sudut -- sudut saung nampak para  khadim  dan  khadimah   (pelayan / pembantu / assisten)  sibuk dengan tugas masing -- masing ada yang merapihkan bagian saung  ada yang hilir mudik menyiapkan beberapa perangkat  saat itu hampir  sebagian besar lokasi tengah dibersihkan juga dirapihkan,    mereka para khadimah itu   membersihkan seantero wilayah yang tampak asri,  nyaman dan indah.

Terasa asri karena banyak tetumbuhan hijau diseluruh tempat diseling aneka bunga -- bungaan lokal yang sedap dipandang mata hampir seluruh tetumbuhan perdu   tengah berbunga diantaranya kacapiring  dengan penataan yang mencurigakan bahwa penatanya adalah berpendidikan seni minimal memiliki jiwa keindahan lingkungan yang terasa letak dan bentuk juga warna  begitu harmonis   termasuk lukisan -- lukisan yang relatif  sederhana namun memikat tergantung rapih disetiap dinding saung.

Saat kami masuk saung pertama seorang khadim mempersilahkan menuju saung ketiga yang telah ia bersihkan,   maka kami berlima menuju saung yang telah rapih ada beberapa bantal duduk yang bersih dan kamipun order   sekalian saja paket nasi liwet ayam kampung;  ketika menunggu inilah dimanfaatkan oleh driver dan Pak Toto yang mengiringinya berkeliling lokasi rumah makan yang resik dan indah.

Akrab di alam yang asri (pict.dok.pribadi)
Akrab di alam yang asri (pict.dok.pribadi)
Antic jeep (pict: dok.pribadi)
Antic jeep (pict: dok.pribadi)
Demikian penulis mencoba mengikuti pergerakan driver yang mencoba mengeksplorasi semua pemandangan hijau di sekitar  rumah makan yang baru saja buka secara hari masih pagi,  stroberi menjadi primadona assesoris di hampir sudut -- sudut yang cantik ditanah baik dalam bentuk wastafel atau pot Bungan yang disusun manis . . . sungguh menyegarkan dan menyenangkan mata.

Pada salah satu hamparan tampak lokasi yang mirip panggung berpayung permanen dan di depannya berjejer mobil antik termasuk sedan jadul dengan gambar stroberi di sekelilingnya.

Di depan panggung  mini inilah berkumpul 5 orang lelaki baya yang masing -- masing sibuk menghadapi jip antik berwarna hijau tentara sedang ada seorang yang duduk tenang seakan menatap setiap elemen disetiap tubuh jip dari depan samping hingga belakang.

"Boleh kami mengetahui adakah diantara Bapak -- bapak ini bernama Pak Asep Stroberi ?" 

Sesungguhnya penulis hanya sekedar iseng saja tidak terlalu antusias untuk mengetahui lebih dalam tentang siapa pemilik rumah makan ini,  sekedar mengisi waktu menanti nasi liwet tiba.

Berapa Tahun Lamanya Tak Jumpa (pict:dok.pribadi)
Berapa Tahun Lamanya Tak Jumpa (pict:dok.pribadi)
Kang Asstro bersama seniornya (pict:dok.pribadi)
Kang Asstro bersama seniornya (pict:dok.pribadi)
Maka keisengan penulispun ditangkap ragu -- ragu oleh kelima laki -- laki yang fokus hendak mereparasi atau bahkan mempercantik jip tua (antic jeep)    yang ada di hadapan mereka,   bersamaan kelimanya menunjuk secara acak kemasing -- masing rekan yang ada di depan mereka.

Sikap kelimanya lucuuk  .  .  .  dan menggelikan,  penulis tidak merasa kecewa dengan sikap kelimanya,  dengan rasa acuh saja penulis menjawab.

"Baiklah . . . Bapak -- bapak saya ndak akan memaksa siapapun  diantara Bapak yang bernama Asep stroberi,   saya datang bersama Kiyai Muchtar Adam mo sarapan nunggu nasi liwet dihidangkan menuju Tasik . . . bye."

Salah satu diantara kelima laki -- laki yang sempat ngerubutin jeep jadul  sempat terperangah kaget dan dia berusaha mendatangi penulis dengan perasaan penuh tanya.

 "Apakah Kiyai Muchtar Adam alumni IKIP Bandung ?   saya Abdussomad teman sekelasnya saat kuliah . . ."

Bersamaan dengan berakhirnya kata -- kata Pak Abdussomad,   Pak Kiyai muncul beriringan dengan Mas David, Pak Toto beserta istri beliau . . .

Bersambung . . . .

( Jum'at  25 Jumadil Tsani 1440 )

http://www.upi.edu/profil/informasi/sejarah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun