Jika ada yang tidak hafal dan kemudian susunannya keliru rasa – rasanya memang setelah Presiden RI  Pak Suharto wafat seakan – akan Pancasila telah terkubur,  sudah tidak trendi lagi baik di kalangan para pelajar,  mahasiswa guru dosen dan pegawai negeri sehingga khusus bagi siswa  tidak hafalpun tidak merasa aib karena tidak ada guru yang bakal mengecam.
Penulis hafal karena memang menghafalkan seluruh butirnya (lima butir saja !) sudah menjadi doktrin pembelajaran  tahun 70 – an kami para siswa biasa membacakannya  di depan saat upacara bendera hari senin di sekolah dan saat upaca pramuka berkali – kali Pancasila di sebutkan dengan suara lantang agar diikuti peserta upacara :
Pancasila
- Â Ketuhanan Yang Maha Esa
- Â Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
- Â Persatuan Indonesia
- Â Kerakyatan Yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
- Â Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Berasa keren sih hafal lima butir Pancasila tapi tunggu dulu ! ( penulis intip dulu, khawatir keliru dan penjabaran dari lima sila ini yang membutuhkan keseriusan.
Paling tidak apa yang tercantum dalam lima butir ini saling terkait erat dengan UUD 1945 seperti dua sisi mata uang satu dengan yang lainnya saling melengkapi.
 Â
Bhineka Tunggal Ika
Berbeda – beda bahasa, budaya, agama, pulau, kulit dan kuliner namun tetap satu Indonesia.
Jika di Indonesia ada sekitar 117 ribu pulau, dapat di bayangkan bahasanyapun kurang lebih sejumlah pulau yang ada di Indonesia karena meskipun satu Pulau Jawa variasi bahasa sungguh sangat variatif akan tetapi dengan perbedaan bahasa kita di ikat kuat dengan bahasa Indonesia yang sangat universal.
Dan ada perbedaan – perbedaan lainnya seperti agama, budaya dan pola fikir namun semuanya kita coba mentolelirnya  karena Indonesia memang plural dan perasaan satu sudah cukup mengakar.Â
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)