Tokoh – tokoh pada Novel Natisha
Daeng Tutu
Kita sebagai pembaca dituntun oleh Khr_P untuk mengenal para tokoh dengan berbagai kebiasaan sikap dasar tingkah laku fikiran budaya bahkan nama utuh, nama panggilan harian hingga nama bangsawan yang diurai di beberapa tempat menjadi kejutan kecil yang menyenang pembaca awam seperti saya, biasanya di beberapa novel tokoh secara narasi di ungkapkan polos saja di awal kisah, Khr_P tidak melakukan itu.
Tentu saja tokoh centralnya menggunakan nama panggilan sehari – hari yaitu Daeng Tutu dengan profesi terhormat sebagai dokter di Puskesmas Tamalea nama lengkapnya adalah “Muhammad Jamil Daeng Tutu” muncul di halaman 282 saat ia di interogasi polisi jahat dengan tuduhan pembunuhan.
Kisah Daeng Tutu adalah ceritera menyedihkan dari anggota masyarakat yang di perlakukan sangat frontal oleh ‘oknum’ polisi – polisi tidak bermoral sebagaimana sering kita baca kekejaman polisi masa orde baru penyiksaan fisik kepada para aktifis kemanusiaan seakan kejadian tersebut dibuka kembali ingatan kita kesana . . . ( Natisha, p. 283 – 295)
Sempurna kesedihan !
Natisha sesungguhnya termasuk tokoh utama, namun ia dikisahkan secara pasif oleh sang penulis novel hanya beberapa halaman ada dialog antara Natisha dengan Daeng Tutu.
Natisha
Apakah nama ini lazim digunakan di kampung sekitaran Jeneponto saya tidak tahu pasti atau sekedar imajiner sang penulis, jika memandang cover buku novel, Natisha wajahnya seperti peranakan Eropa dengan pandangan mata yang super jutek dan penuh misteri. Diantara cuplikan tulisan tentangnya :
“ . . . . Ternyata tidak. Konsentrasiku hanya sejenak tertuju pada buku. . . . . Setelahnya ingatanku memajang tatapan dingin dan senyum sinis seorang gadis-yang-orangtuanya-lebih-kaya-daripada-Tuhan. (p. 107)
PastinyaYudi Irawanmencoba menerjemahkan narasi ini sebagai orang yang menggambar cover novel Natisha.Gadis itu cantik. Sangat cantik. Tubuh dan wajahnya seolah di tatah dari segala pesona (p.89)