Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Khrisna Pabichara, Dan Brown dari Jeneponto

18 Februari 2017   22:15 Diperbarui: 19 Februari 2017   14:11 1335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tokoh – tokoh pada Novel Natisha   

Daeng Tutu

Kita sebagai pembaca dituntun oleh  Khr_P  untuk mengenal para tokoh dengan berbagai kebiasaan sikap dasar tingkah laku fikiran budaya bahkan nama utuh, nama panggilan harian hingga nama bangsawan yang diurai di beberapa tempat menjadi kejutan kecil yang menyenang pembaca awam seperti saya,  biasanya di beberapa novel  tokoh secara narasi  di ungkapkan polos saja di awal kisah,   Khr_P tidak melakukan itu.

Tentu saja tokoh centralnya menggunakan nama panggilan sehari – hari yaitu Daeng Tutu dengan profesi terhormat sebagai dokter di Puskesmas Tamalea nama lengkapnya adalah  “Muhammad Jamil Daeng Tutu”  muncul di halaman 282 saat ia di interogasi polisi jahat  dengan tuduhan pembunuhan.

Kisah Daeng Tutu adalah ceritera menyedihkan dari anggota masyarakat yang di perlakukan sangat frontal oleh ‘oknum’  polisi – polisi tidak bermoral sebagaimana sering kita baca kekejaman polisi masa orde baru  penyiksaan fisik  kepada para aktifis kemanusiaan seakan kejadian tersebut dibuka kembali ingatan kita kesana . . .  ( Natisha, p. 283 – 295)

Sempurna kesedihan !

Natisha sesungguhnya termasuk tokoh utama,  namun ia dikisahkan secara pasif  oleh sang penulis novel hanya beberapa halaman ada dialog antara Natisha dengan Daeng Tutu.

Natisha

Apakah nama ini lazim digunakan di kampung sekitaran  Jeneponto saya tidak tahu pasti atau sekedar imajiner sang penulis,  jika memandang cover buku novel,   Natisha wajahnya seperti peranakan Eropa dengan pandangan mata yang super  jutek dan  penuh misteri.  Diantara cuplikan tulisan tentangnya :

“ . . . .   Ternyata tidak.  Konsentrasiku hanya sejenak tertuju pada buku.    . . . .   Setelahnya ingatanku memajang tatapan dingin dan senyum sinis seorang gadis-yang-orangtuanya-lebih-kaya-daripada-Tuhan.   (p. 107)  

PastinyaYudi Irawanmencoba menerjemahkan narasi ini sebagai orang yang  menggambar cover novel Natisha.Gadis itu cantik. Sangat cantik. Tubuh dan wajahnya seolah di tatah dari segala pesona (p.89)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun