Rumah tinggal Kolonel Abdul Haris Nasution dikenal dengan sebutan regentsweg, salah satu lokasi yang bersejarah karena di sana di rumah tersebut Kolonel Abdul Haris Nasution (AH. Nasution) mengumpulkan anak buahnya membahas agar strategi Bandung Lautan Api berjalan dengan lancar.
Kami melacak pada hari Sabtu (24/12/2016) bersama rombongan Kompasianer Bandung letak regentsweg ada di depan salah satu toko Jalan Raden Dewi Sartika no 20.
Stilasi tersebut tidak memiliki makna apa apa selain bangunan mini tembok tipis berdasar ukuran lebih dari satu meter dengan setangkai bunga Patrakomala berbahan besi masif dan tanpa putik sama sekali di sebelah kanan stilasi bertumpuk krat – krat plastik penyimpan botol pemandangan “no comment” menandakan perasaan nyaris sulit mendeskripsikannya (jadi inget Kang Emil, sekiranya beliau mengetahui dan mendadak sidak misalkan bersama acara Mata Najwa, ea . . . .) “aib” itu mau diletakkan di manakah gerangan sebagai warga yang bangga dengan taman–taman dan penduduknya berpendidikan serta berbudaya.
Sakola Kautamaan Istri
Stilasi yang berdiri di dekat bangunan sekolah yang didirikan oleh Raden Dewi Sartika, relatif terpelihara lebih layak dan layak saksi artinya bersih rimbun dan cukup indah sehingga hati kami tidak terlalu miris saat mengambil gambar.
Sakola Istri sesungguhnya lebih semacam komunitas di mana Raden Dewi mengajarkan ketrampilan menulis dan membaca kepada sesama kaum perempuan dilingkungannya, tercatat sejak 16 Januari 1904, sakola istri juga mengajarkan keterampilan–keterampilan puteri di antaranya menjahit, merenda dan memasak.
Kegiatan komunitas istri ini mendapat dukungan dari Inspektur Pengajaran Hindia Belanda dan RA. Martanegara yang saat itu menjadi Bupati Bandung.
Rumah Motor Di Jalan Simpang
Stilasi yang terletak di Jalan Simpang yang paling misterius dan mengherankan semua kompasianer, disamping stilasi tersebut ada dibalik pagar terbungkus oleh spanduk usang seakan sesuatu hal yang tidak penting (memang tidak ada kepentingan rakyat sekarang dengan perjuangan masa lalu).