Bicara agama adalah mudah demikian salah satu inti pemikiran dalam buku berwarna kopi susu, karena sesungguhnya agama itu menuntun pada jalan yang pasti selalu benar, kita di tuntun dengan pendidikan alamiah seperti adanya berbagai kesulitan hidup biasa saja hal itu sebagai vitamin dan energi jika kita mampu menangkapnya.
Ibadah haji sebagai ritual yang jelas kita fahami bersama syarat melaksanakan ibadah tersebut adalah mampu, kategori mampu secara umum kita maknai adalah kesiapan dana untuk transportasi dan berbagai macam persyaratan pemberangkatan, namun yang menukik dalam catatan ini bahwa kategori mampu yakni mampumenegakkan akhlakul karimah dalam realitas sosial, sepertinya makna ini yang langka . . . !
Wanita Perkasa Itu . . . .
Rasa tergelitik juga dengan catatan Keperkasaan Wanita (p.18)
Perspektif Poligami (p. 22) Sisi Lain Ikhlas (p. 25) tentu saja pembaca diajak tidak gegar pemikiran dimana sebelumnya diantarkan dulu dengan catatan – catatan mukadimah ibarat naik tangga tentu tidak serta – merta ada di puncak akan tetapi secara bertahap menapaki satu trap demi satu trap dimulai dengan tangga awal masuk kepertengahan dan berakhir di tangga paling tinggi, demikian tampaknya Denny Siregar menyusun strategi mengatar membaca kerangkaian ini.
Tentang wanita perkasa Denny Siregar (DS) bertutur santun dan bermakna :
“ . . . Keperkasaan seorang wanita bukan ketika dia menentang suaminya yang hendak berpoligami, tetapi ketika dia menaruh hormat pada hukum Tuhan, yaitu menjadikan seorang suami sebagai kepala dan dia sebagai kakinya. Dia berhasil mendudukan kodratnya sebagai seorang istri yang taat dan patuh pada suaminya, tanpa syarat apapun, kecuali bahwa itu perintah Tuhan. Allah berfirman, kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita . .. “.
QS. An Nisaa (4) : 34.(p.20)
lanjutan kajiannya tentu saja rawan perdebatan ini sangat penulis fahami jika ia (DS) berani bertutur, bagi penulis ini penting . . . ! akan tetapi memang terasa surprise saja.