Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendekatan Spiritual Fondasi Kokoh Membangun Generasi Unggul Masa Depan

7 Agustus 2015   23:29 Diperbarui: 7 Agustus 2015   23:29 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu saja sorotan yang paling dikilaukan adalah keluarga ; jika keluarga berkualitas maka secara konsep keluarga bisa memboyong dengan ringan delapan fungsi yang harus diembannya, yaitu :

  1. Fungsi Keagamaan
  2. Fungsi Sosial Budaya
  3. Fungsi cinta dan kasih sayang
  4. Fungsi Perlindungan
  5. Fungsi Reproduksi
  6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
  7. Fungsi Ekonomi
  8. Fungsi Lingkungan

Modus Keluarga Berbasis Pendekatan Spiritual

Dalam konsep sistem pembinaan keluarga, dengan jelas bahwa keluarga memiliki delapan fungsi yang tidak bisa dilepaskan satu dengan yang lainnya, pemerintah dalam hal ini BKKBN cukup bijak bahwa dalam kenyataan empiris fungsi agama di letakan pada posisi paling atas.

Agama sebagai gerbang utama yang bisa mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah, tentu kita semua mundur kemasa lalu ketika awal kemerdekaan atau bahkan sebelum kemerdekaan dan mengingat ada beberapa figur tokoh agamis seperti : HOS. Cokroaminoto, KH. Achmad Dachlan, Buya Hamka, Bung Hatta, Muhammad Natsir adalah sedikit dari tokoh pergerakan mereka selalu dikenang karena nilai – nilai agama yang melekat pada diri masing – masingnya.

Memang dalam kondisi, agar bonus demografi menjadi barokah hendaknya apa yang diungkapkan Bapak DR. Abidinsyah Siregar DHSM M. Kes selaku Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi BKKBN

“Hanya keluarga kecil yang berketahanan dan sejahtera yang mampu menepis semua tantangan dari luar”

Memang perlu kita sepakati tentang konsep keluarga kecil yang berketahanan dan sejahtera, dengan harapan di masa yang akan datang muncul SDM tangguh untuk melanjutkan estafeta kepemimpinan bangsa.

Adapun kemudian penulis memiliki 12 putera dan puteri semoga saja kenyataan ini bisa dianggap sebagai positif error saja sebagai fenomena peninggalan keluarga besar masa lalu karena sesungguhnya sejak dulupun perangkat – perangkat pemerintah sudah bergerak dengan militansi yang tidak mungkin diragukan.

Mulai penjelasan demi penjelasan, hingga dropping obat – obat KB yang dimediasi oleh Ibu kandung, namun itupun mental.

Tidak banyak alasan yang bisa penulis ajukan pada siapapun tentang berbagai pertanyaan : “kenapa koq anaknya banyak ?” kalau toh akhirnya ada beberapa yang memaksa agar segera mendapat jawaban, maka ringkas saja sesungguhnya saat nanti kami suami istri berdua telah dialam bardzah ingin ada yang berkirim do’a khususnya putera / puteri sholeh dan sholehah dengan jumlah yang relatif banyak.  

Fungsi keagamaan, yang kami jalankan dalam biduk rumah tangga tentu saja banyak hal prinsip – prinsip yang mesti di tegakan dengan komitmen yang kuat sehingga outputnya bisa kita saksikan dalam rentang panjang tersebut.

Tidak semua dapat di paparkan disini, beberapa diantaranya adalah :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun