Mohon tunggu...
Rosidin Karidi
Rosidin Karidi Mohon Tunggu... Human Resources - Orang Biasa

Dunia ini terlalu luas untuk ku. Menjadikan sadar semakin sedikit yang ku tahu.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Saatnya Berhaji, Ayo Luruskan Niat sejak Dini

14 Desember 2018   12:03 Diperbarui: 29 Desember 2018   15:34 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jemaah haji dari berbagai negara usai wukuf di Arafah menuju Masjidil Haram | dokumen pribadi

"Mimpi itu, serasa di depan mata. Meski jauh di seberang lautan, nampak begitu dekat. Bersimpuh dan sujud di pelataran Masjidil Haram, depan Kabah. Linang air mata mengalir bak derasnya kerinduan ku pada Mu. Sebuah panggilan, pasrahkan jiwa raga, tuk menuai mabrur."

Haji. Ibadah penyempurna rukun Islam, puncak kepasrahan manusia kepada sang Khalik. Ya Allah... Seberat apapun, kuatkanlah, berikanlah kelapangan atas ikhtiar ku ini. Pintaku, sebelum Engkau cabut nyawaku, izinkanku berkunjung ke rumah Mu, Baitullah. Aku rindu pada Mu.

Barangkali itulah sepenggal doa ayahku, dengan segenap upaya berangkat haji bersama istri tercinta, ibuku. Tahun 2004 silam, mereka berdua berangkat ke Tanah Suci. Namun, ternyata maut harus memisahkan mereka. Ayahku meninggal di Madinah, usai menyelesaikan rangkaian prosesi ibadah haji.

Cerita bahagia, yang mestinya jadi bahan "guyonan" jelang senja tak kunjung tersampai ke Tanah Air. Namun sepotong bahagia itu masih ada hingga saat ini. Dialah ibuku. Meski sudah hampir lima belas tahun, cerita di Tanah Suci masih melekat dalam ingatan. Tergambar betapa kebahagiaan itu puncak kebersamaan selama mengarungi bahtera rumah tangga.

Gambaran kenangan masih terasa begitu segar, bahkan dalam ingatanku. Masih kuingat, betapa ayahku duduk tenang saat sarapan pagi terakhir di rumah. Meja dan kursi yang tidak lagi utuh bentuknya. Lauk sederhana, sambal goreng tauco dan tempe goreng menjadi teman setia sepiring nasi yang tak lagi panas.

Begitu lahap, seakan memberi isyarat, inilah makan terakhir di rumah sejak empat puluh tahun silam. Sementara ibuku mulai mengeluarkan koper-koper yang hendak dibawa ke asrama. Kami anak-anak membantu seraya memastikan tidak ada barang tertinggal.

Kini, jasad ayahku telah istirahat tenang di Pemakaman Baqi', sebelah timur masjid Nabawi, Madinah, bersama para syuhada lainnya.

Itulah sepenggal cerita haji 2004. Masa itu, berangkat haji praktis tanpa kendala waktu. Tanpa menunggu, tiada antrean. Siapa pun dapat "mendaftar langsung berangkat". Namun persiapan mental, ibadah, fisik, dan finansial, tetaplah sama. Semuanya dimulai niat kuat nan tulus ikhlas.

Meski bukan sebagai jemaah, empat kali berhaji bagi penulis telah memberikan gambaran betapa untuk melaksanakan haji mesti disiapkan secara matang sejak dini. Ibadah suci ini, bukan saja persoalan teknis menunggu, berangkat, ritual, dan pulang di panggil "pak haji". Tapi lebih dari semua itu, mampu memberikan dampak positif bagi diri pribadi dan masyarakat lingkungan sekitar.

***

Kini, 2018 keinginan berhaji dihadapkan pada kenyataan depan mata, antrean pendaftar. Tidak satu atau dua, tapi puluhan tahun lamanya. Bahkan di provinsi Sulawesi Selatan, antrean telah lebih dari empat puluh tahun.

Namun lamanya waktu tunggu bukanlah jaminan seluruh persiapan selesai saat jelang berangkat. Hal ini terverifikasi setiap tahunnya saat pelunasan biaya haji. Lebih dari lima belas ribu jemaah tidak mampu melakukan pelunasan tahap pertama. Sebagian besar dari mereka dikarenakan kemampuan finansial.

Haji juga sebuah panggilan. Banyak umat Islam memiliki cukup syarat, namun belum juga terpanggil melaksanakan haji. Bahkan dari mereka telah terdaftar di Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) sekalipun. Saat depan mata untuk melunasi, belum juga mau dan mampu, lantaran waktu belum memungkinkan.

Untuk itulah, perlu disadari dan tanamkan dalam keimanan setiap calon jemaah, haji adalah perjalanan suci. Sebuah panggilan atas undangan dari yang maha segalanya, Allah SWT. Maka patutlah jika ibadah suci ini dimulai dengan luruskan niat. Niat tulus ikhlas, niscaya akan membuka jalan, mudahkan segala urusan menuju Baitullah.

Setelah niat diletakkan sebagai fondasi, teruskan dengan persiapan lainnya secara dini dan matang. Semua patut direncanakan secara cermat dan terukur. Persiapan dimaksud mencakup finansial, kesehatan, dan ibadah.

Kadar Ibadah

Bagi orang yang belum pernah berhaji, niat saja sudah menjadi suatu istimewa. Betapa dia akan menyimpan niatnya hingga saatnya tiba diutarakan. Saat mulai berniat, orang cenderung menyimpan beberapa waktu lamanya sampai merasa siap.

Sebagai modal awal, tentu yang dilakukan adalah berupaya memantaskan diri atas kadar keimanan dan kadar ibadahnya. Bagaimana pun sosial masyarakat akan ikut melihat dan menilainya. Setelah merasa cukup barulah berani mendaftarkan diri ke Kementerian Agama.

Menyadari bahwa haji bukanlah sekedar status sosial. Haji adalah wujud kadar keimanan kepada Allah. Menghambakan diri kepada Nya, setidaknya sudah nampak atau bahkan teruji melalui kadar ibadah. Juga kadar sosial dalam menjaga hubungan dan perilaku sesama manusia dan sesama makhluk. Keduanya berjalan seimbang dan seirama.

Itulah bibit indikator kemabruran, gambaran hasil yang idamkan setiap jemaah pulang berhaji. Menyandang status "haji mabrur", menumbuhkan akhlak terpuji (mahmudah) dan mengikis habis akhlak buruk (mazmumah). Status ini tidak cukup dinilai dari perubahan wujud pakaian yang dikenakan atau perubahan kosakata yang "kearab-araban".

Meski haji termasuk ibadah berjamaah, namun ada sisi di mana rukun dan wajib patut dipenuhi secara mandiri. Di sinilah kapasitas seorang jemaah akan teruji. Akankah dia paham rangkaian ritual haji beserta hukumnya. Untuk itulah sebelum berangkat, setiap jemaah diminta mengikuti latihan manasik.

Banyak contoh kasus di lapangan. Karena terlepas dari rombongan, tidak tahu apa yang mesti dilakukan. Saat tawaf misalnya, kondisi padat dan terlepas dari rombongan, akhirnya jemaah keluar dan pulang. Padahal hitungan putaran belum tuntas. Akibatnya tentu ibadah tidak cukup syarat dan tidak sah. Dan banyak kasus lain dialami jemaah, yang bermula dari kapasitas pemahaman lingkup ibadah.

Peningkatan pemahaman rukun dan wajib haji bisa dilakukan selama masa penantian. Seraya memperbaiki kadar ibadah dan akhlak. Jika mendaftar sekarang, setidaknya punya waktu hingga lima belas tahun mendatang. Sehingga tiba saatnya berhaji, kondisi spiritual jemaah lebih mantap dan mapan.

Penyiapan Kesehatan

Ibadah haji adalah rangkaian perjalanan panjang, fisik dan ritual melelahkan. Hitungan kasar penulis, jemaah tinggal selama 40 hari di sebuah wilayah dengan cuaca signifikan berbeda dengan Indonesia yang tropis. Suhu rata-rata di sana 40 sampai 46 derajat Celsius. Selama itu pula, jemaah akan berjalan kaki sejauh 80 kilometer.

Seiring waktu menunggu, jemaah semakin tua dan kondisi tenaga semakin berkurang. Maka penyiapan kesehatan sejak dini sangat penting. Menjaga kebugaran tubuh melalui olahraga dan pola makan, menjadi keharusan.

Saatnya berhaji tiba, jemaah akan kembali diperiksa kesehatan. Upaya menjaga kesehatan selama masa penantian setidaknya mengurangi potensi resiko penyakit berat. Janganlah kondisi kesehatan jadi penghalang istithaah, yang dapat menunda keberangkatan berhaji.

Penyiapan Finansial

Saat mendaftar, calon jemaah mesti rogoh kantong cukup dalam. Setidaknya 25 juta rupiah disiapkan sebagai setoran awal. Dengan setoran itu, jemaah akan terdaftar dalam Siskohat, memperoleh nomor porsi dan punya hak berangkat haji sesuai antrean.

Seiring sejalan membulatkan niat, kesiapan finansial pun menjadi pertimbangan. Bila kemampuan finansial belum tercukupi, sambil mencari upaya memenuhinya. Pemenuhan kecukupan modal setoran awal ini bisa dilakukan dengan cara menabung.

Maka menabung lah, melalui lembaga keuangan tepercaya, seperti Bank Damanon Syariah. Dengan prinsip syariat, memberikan jaminan kepada nasabah tidak ada riba di dalamnya. Calon jemaah bisa mengatur besaran setoran tabungan hingga saatnya cukup untuk membayar setoran awal.

Selama masa menunggu, teruslah menabung melalui rekening sama. Keuntungan lainnya, rekening di Bank Danamon Syariah ini langsung terhubung dengan Siskohat. Inilah salah satu kelebihan produk Tabungan Haji dari Bank Danamon Syariah.

Saat melakukan pendaftaran jemaah tak direpotkan menarik atau pemindahan uang. Bahkan saatnya berhaji tiba, saat pelunasan, tinggal menghitung kekurangan, dan bisa langsung autodebet dari tabungan. Sisa uang di tabungan bisa untuk keperluan lainnya.

***

Tidak ada ruginya daftar haji sejak sekarang. Kalaupun usia tidak mengizinkan, niat yang sudah ditanamkan dan implementasi ilmu agama niscaya akan jadi jariah di akhirat kelak. Kita sebagai makhluk Nya hanya diminta untuk ikhtiar. Maka mulailah ibadah dengan niat baik, Insya Allah segalanya akan berkah.

Soal usia, itu rahasia Allah. Jika Allah berkehendak, niscaya antrean lama bukanlah halangan untuk berhaji. Selain itu jika wafat, porsi haji masih bisa diwariskan kepada anak atau lainnya sesuai ketentuan.

Bagi jemaah wafat sebelum masa keberangkatan, memperoleh hak penuh pengembalian uang setoran. Namun jika porsi diwariskan, tentu segala hak akan berpindah tangan ke ahli waris.

Di sisi lain, setiap jemaah yang terdaftar dalam Siskohat secara otomatis mendapat perlindungan berupa asuransi jiwa. Jika wafat selama masa pelaksanaan, memperoleh santunan asuransi. Keluarga tak perlu repot lakukan klaim. Seluruhnya telah diurus Kemenag, klaim masuk ke rekening tabungan haji jemaah.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun