Mohon tunggu...
Rosidin Karidi
Rosidin Karidi Mohon Tunggu... Human Resources - Orang Biasa

Dunia ini terlalu luas untuk ku. Menjadikan sadar semakin sedikit yang ku tahu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

[Pernik Haji] Enam Hal Pengganggu Ketertiban Ibadah Thawaf

4 Oktober 2016   05:52 Diperbarui: 4 Oktober 2016   16:49 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana thawaf di sekitar Kabah, dokpri

Thawaf adalah ibadah. Kegiatan  mengelilingi Ka'bah berlawanan arah jarum jam sebanyak tujuh kali berawal dan berakhir di sudut Hajar Aswad, seraya melafazkan doa, mohon berkah dan ampunan dari Allah SWT.

Thawaf bisa menjadi ibadah yang  berdiri sendiri atau menjadi bagian dari rangkaian ibadah lainnya,seperti halnya umrah dan haji.

Karena merupakan suatu ibadah, menjalankan thawaf perlu ketertiban agar bisa secara khusu' diselesaikan. Dalam kondisi sepi, buka pada musim haji maupun umrah, melakukan thawaf adalah hal yang  menenangkan. Selain berpahala juga menyehatkan. Namun pada musim haji khususnya, bercampur bersama ribuan manusia dalam satu area, kondisi tersebut tidaklah mudah.

Dalam musim haji, paling tidak dua juta orang Islam dari seluruh penjuru dunia datang ke kota Mekah untuk berhaji. Dalam beberapa minggu pada musim itu, kondisi Masjidil Haram sangat padat dengan ratusan ribu manusia untuk melakukan ibadah. Sebagian mereka melakukan dzikir dan shalat. Sementara sebagian lagi melakukan ritual thawaf.

Berikut enam hal yang dapat membuat ketertiban berthawaf terganggu.

1. Berjalan Terlalu Cepat atau Terlalu Lambat

Thawaf yang baik adalah dengan berjalan dengan normal, tidak cepat dan tidak lambat, seiring dengan aliran nafas dan lantunan doa yang dipanjatkan. Upayakan setiap langkah adalah langkah penuh makna. Memaknai kepasrahan secara total kepada sang pencipta, Allah SWT.

Namun ada kalanya didapati segelintir orang berjalan dengan cepat, melewati orang yang sedang hidmat melakukan thawaf, diantara himpitan langkah. Apa yang dilakukannya tentulah mengganggu, apalagi tidak jarang, langkah cepatnya menabrak orang-orang sekitar yang laluinya.

Begitu pula, bila langkah diperlambat juga akan mengganggu langkah orang-orang dibelakangnya. Tidak sedikit orang melakukan ritual yang bahkan tidak ada kaitannya dengan ibadah thawaf, seperti mengusap-usap maqam ibrahim atau dinding Kabah, bahkan dinding hijir Ismail.

Adakalanya ditemui rombongan yang sengaja melambatkan langkahnya dengan berbagai alasan, seperti berirama lambat atau berhenti terlalu lama dalam melambaikan tangan ke arah hajar aswad.

2. Bersuara Keras

Bersuara keras kerap ditemui, biasanya jemaah haji dalam rombongan. Sang pemimpin rombongan memimpin doa dan diikuti oleh anggotanya.
Semakin banyak anggota yang dibawa, tentu menuntut sang pemimpin berusara semakin keras.

Untuk rombongan jemaah haji dari Asia Tenggara khususnya, berkelompok lebih sedikit, sehingga meskipun ada pemandu doa tidaklah terlalu mengganggu. Namun rombongan dari jemaah Timur Tengah, dengan suara lantang dan keras inilah yang sering membuat konsentrasi buyar.

Namun kondisi ini sering dimanfaatkan beberapa orang yang memang sedang membutuhkan pemandu dalam berthawaf. Dia tinggal mengikuti saja langkah dan lafaz doa yang disuarakan. Namun tetap disarankan, khususnya jemaah haji asal Indonesia ketika mengikuti rombongan dari negara lain tetap berhati-hati karena beberapa hal. 

Pertama soal gerakan langkah, bisa saja irama langkah mereka terlalu cepat, sehingga sulit diikuti. Kedua soal intonasi lafaz doa yang diucapkan sering tidak terdengar dengan jelas sebagaimana intonasi yang biasa didengar. Ketiga soal kandungan doa itu sendiri. 

Jika anda menganut madzab tertentu bisa saja lantunan doa yang mereka ucapkan tidak sama dengan dipelajari atau dianut selama ini. Keempat soal hitungan thawaf. Dalam beberapa kesempatan menemukan rombongan seperti itu biasanya ditengah jalan dan tidak tahu jumlah putaran yang telah mereka selesaikan, apakah sama dengan jumlah putaran yang kita selesaikan.

3. Memotong Jalan

Kegiatan memotong jalan, baik dari dalam ke luar ataupun dari luar ke dalam lingkaran thawaf sangat mengganggu ketertiban. Terlebih jika itu dilakukan oleh sekelompok orang. Dalam perjalanan melakukan thawaf, orang-orang memotong jalan seperti ini banyak ditemui.

Umumnya kegiatan itu dilakukan oleh sejumlah orang yang hendak menjangkau Kabah atau hajar aswad, dan sebaliknya. Ibarat kendaraan yang sedang berjalan, kondisi tersebut 'memaksa' aktivitas jalan thawaf bagi sebagian orang berhenti sejenak. Akibatnya akan menjadi efek domino ke belakang untuk sementara waktu.

Jauh lebih aman bila ingin mencapai tengah pusaran thawaf, berjalan lah seperti biasa mengikuti arus orang berthawaf. Perlahan namun pasti sedikit demi sedikit masuk dalam pusaran, niscaya akan segera sampai ke tengah menuju Kabah. Begitu pula sebaliknya, bila ingin keluar, bisa berjalan mengikuti arus sedikit demi sedikit keluar.

4. Berjalan Melawan Arus

Kejadian melawan arus memang jarang terjadi, tetapi hal itu selalu saja ditemui dalam proses thawaf yang kita lakukan. Entah apa yang mereka lakukan yang jelasnya pekerjaan tersebut mengganggu aktivitas orang lain dalam berthawaf.

Berjalan berlawanan arah artinya mereka berjalan searah jarum jam dan hal itu tentu akan menabrak orang-orang yang sedang berthawaf.

5. Keributan "Pejuang" Hajar Aswad

Mencium hajar aswad, oleh sebagian besar orang adalah impian dan dipercaya sebagai sunah rasulullah yang akan membawa berkah dalam kehidupan. Mencium hajar aswad adalah menjalankan sunah rasul. Atau untuk alasan membanggakan diri, mampu mencium hajar aswad.

Untuk mencapai hajar aswad butuh perjuangan gigih, atau bahkan membutuhkan sebuah peran 'nasib'. Rebutan diantara puluhan orang sudah pasti. Meskipun sudah dekat untuk mencium, masih ada kemungkinan terlepas dan terlempar jauh. Terluka atau pingsan kehabisan napas, bisa saja terjadi. Desakan dan kerumunan itu bisa menimbulkan konflik dan keributan.

Keributan kecil bisa menjadi besar, bilamana dalam diri tidak disertai kesabaran tinggi. Terlebih bila tidak ada rasa toleransi. Terdorong untuk segera mendekat dan mencium, tidak jarang saling mendorong, saling menjatuhkan, dan saling membentengi kelompoknya untuk mencapai tujuan.

Keributan di pojok hajar aswad sedikit banyak memengaruhi kenyamanan jemaah dalam berthawaf. Paling tidak jalan akan menjadi terhambat atau sekedar menyaksikan keributan yang timbul.

Mencium hajar aswad memang hukumnya sunah, yang akan memperoleh pahala bila dilakukan sesuai tuntunan sunah rasulullah. Namun aktivitas itu juga akan menjadi haram, manakala untuk mencapainya harus menggunakan berbagai cara, membayar bodyguard, menyebabkan orang lain terluka, atau bahkan membahayakan diri sendiri.

6. Kursi Roda

Tempat thawaf di pelataran Kabah sudah didesain sedemikian rupa bahwa dalam kondisi padat, telah disediakan secara khusus bagi orang yang berthawaf dengan kursi roda. Bagi mereka yang berkebutuhan khusus dalam menjalankan ibadah thawaf, telah disediakan jalur khusus di lantai dua, tiga dan empat Masjidil Haram sekeliling Kabah.

Namun tidak jarang kita temukan, pendorong kursi roda lebih memilih pelataran thawaf dibandingkan dengan jalur yang telah disediakan. Mengitari Kabah paling dekat, sekali putaran hanya satu menit. Ini kondisi sepi, tidak dalam musim umrah atau musim haji. Semakin menjauh dari Kabah, putaran semakin lama. Putaran paling luar dari area thawaf dengan jalan normal biasanya ditempuh sekitar 15 menit. Sementara bila melalui jalur kursi roda di lantai dua, tiga atau empat, sekali putaran thawaf memerlukan waktu lebih dari 20 menit.

Hal itulah yang menyebabkan meskipun dengan kursi roda tetap memilih berthawaf di pelataran dibandingkan jalur khusus. Selain juga lebih meresapi makna karena lebih dekat dengan Kabah.

Berthawaf dengan kursi roda di pelataran, menyebabkan mereka tidak bergerak secara leluasa. Selain karena berdesakan dengan orang sekitar, juga pergerakannya dipengaruhi orang di depannya. Sisi lain, bagian depan kursi roda bila mengantam kaki orang di depannya bisa menyebabkan kesakitan dan luka. Makanya sebagian besar orang menghindari keberadaan kursi roda saat berthawaf. Kondisi ini menjadi langkahnya tidak teratur dan mengganggu jalan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun