Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjelajahi Benua Asia (Bag 8)

31 Juli 2020   05:01 Diperbarui: 31 Juli 2020   08:32 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendarat di Bandara Lhasa 

Setelah mendarat di Bandara Lhasa ,kami dijemput seorang Guide yang memperkenalkan namanya Mr.Campa  Serta sopir  yang akan membawa kami keliling  Champa mengingatkan kepada kami bahwa Sopir yang mengemudikan kendaraan  sekaligus adalah sekuriti  yang bertugas mengawasi perjalanan kami. Jadi kami dingatkan untuk tidak membicarakan hal hal mengenai politik 

sam-4376-jpg-5f20ced7d541df06e7286583.jpg
sam-4376-jpg-5f20ced7d541df06e7286583.jpg

foto dokumentasi pribadi

Champa mengatakan bahwa kami salah mengambil tanggal kunjungan di musim dingin Tak ada tamu yang mengunjungi Tibet hanya kami berdua dan sepasang suami istri dari Perancis Kami diantarkan ke Tibet Hotel untuk beristirahat  Karena tamu hanya beberapa orang maka  pihak  hotel hanya menyalakan  heater  kecil Sehingga kami kedinginan karena temperatur beberapa derajat dibawa nol.Karena lokasi negeri Atap Dunia ini berada diketinggian maka Oksigen hanya 50% . Setiap kali bernafas dada serasa sesak dan sakit kepala Oleh karyawan hotel kami ditawari bantal plastic berisi  oksigen untuk membantu pernafasan dengan bayaran yang cukup menguras saku. Malam itu sungguh merupakan malam yang sangat membuat kami menderita 

sam-4356-jpg-5f20cef9d541df0615507cd2.jpg
sam-4356-jpg-5f20cef9d541df0615507cd2.jpg
dokumentasi pribadi

Tetap melanjutkan rencana

Walaupun jalan sempoyongan dan sakit kepala yang Luar biasa kam tetap melanjutkan rencana sesuai jabwal Antara lain mengunjungi temple dimana terdapat patung Dalai Lama yang sudah meninggal dan jasadnya dililit dengan emas Disana dibangun altar  dengan mas murni untuk tempat persembahan Sebuah altar bersama patung  Dalai Lama berkisar dua ton mas murni

sam-4359-jpg-5f20d0c9097f363cb478bee2.jpg
sam-4359-jpg-5f20d0c9097f363cb478bee2.jpg
dokumentasi pribadi

Banyak penduduk Tibet berbondong bondong menaiki puncak tempat ziarah hanya untuk meminta berkat pada pendeta diatas bukit Kami juga melihat sumbangan yang diberikan penduduk disapu pakai sapu lidi Karena falsafah mereka bahwa uang adalah sampah dunia Untuk mengingatkan orang bahwa semua orang membutuhkan uang tetapi uang bukan yang terpenting dalam hidup ini

scan-c-tibet-14-copy-2-5f20cf48d541df132b28bfc4.jpg
scan-c-tibet-14-copy-2-5f20cf48d541df132b28bfc4.jpg
dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun