Â
ket.foto : bersama pemain musik di Lhasa ,ibu kota Tibet/dokumentasi roselinaÂ
Negeri Atap Dunia Â
Tibet terkenal dengan julukan  The roof of the world  atau negara  Atap Dunia,karena lokasinya berada dipuncak penggunungan Hilmalaya diperbatasan dengan Nepal Bhutan dan India serta Xinjiang, Qinghai dan Sichuan di China .Penduduk Tibet beragama Buddha dan Tibet juga merupakan negara tertutup Tibet dipimpin oleh seorang Dalai Lama yaitu  Tenzin Gyatso adalah Dalai Lama ke-14. sekaligus pemimpin Agama,yang sejak lama hidup dalam pengungsian
ket.foto: di Lhasa ,ibu kota Tibet /dok.roselina
Mengunjungi Tibet
Sewaktu berkunjung ke Shanghai kami  menyempatkan untuk berkunjung ke Tibet Tetapi ternyata tidak semudah seperti yang kami bayangkan . Karena ternyata  sebelum berangkat diinterogasi oleh Sekuriti dari Pemerintah China
 Yang datang bukan seorang yang berwajah angker  ataupun berpakaian seragam .Melainkan seorang pemuda yang bertampang anak sekolahan Padahal ia berwenang menentukan apakah kami diizinkan untuk berkunjung ke Tibet atau tidak .Setelah selesai semua prosedur, Petugas ini mengisyaratkan bahwa  kami diizinkan melakukan kunjungan ke Tibet Tapi paspor kami ditahan tanpa tanda terima .Tentu saja hal ini membuat hati kami tidak nyaman.Tapi kata Petugas ini jangan kuatir ,paspor kami akan dibawa Petugas ke bandara .
Dari Shanghai kami terbang ke Chengdu dengan menggunakan pesawat dari maskapai China Southern airline Kami bersyukur ternyata paspor kami memang diantarkan seorang wanita yang adalah Petugas Imigrasi
Mendarat di Bandara LhasaÂ
Setelah mendarat di Bandara Lhasa ,kami dijemput seorang Guide yang memperkenalkan namanya Mr.Campa  Serta sopir  yang akan membawa kami keliling  Champa mengingatkan kepada kami bahwa Sopir yang mengemudikan kendaraan  sekaligus adalah sekuriti  yang bertugas mengawasi perjalanan kami. Jadi kami dingatkan untuk tidak membicarakan hal hal mengenai politikÂ
foto dokumentasi pribadi
Champa mengatakan bahwa kami salah mengambil tanggal kunjungan di musim dingin Tak ada tamu yang mengunjungi Tibet hanya kami berdua dan sepasang suami istri dari Perancis Kami diantarkan ke Tibet Hotel untuk beristirahat  Karena tamu hanya beberapa orang maka  pihak  hotel hanya menyalakan  heater  kecil Sehingga kami kedinginan karena temperatur beberapa derajat dibawa nol.Karena lokasi negeri Atap Dunia ini berada diketinggian maka Oksigen hanya 50% . Setiap kali bernafas dada serasa sesak dan sakit kepala Oleh karyawan hotel kami ditawari bantal plastic berisi  oksigen untuk membantu pernafasan dengan bayaran yang cukup menguras saku. Malam itu sungguh merupakan malam yang sangat membuat kami menderitaÂ
Tetap melanjutkan rencana
Walaupun jalan sempoyongan dan sakit kepala yang Luar biasa kam tetap melanjutkan rencana sesuai jabwal Antara lain mengunjungi temple dimana terdapat patung Dalai Lama yang sudah meninggal dan jasadnya dililit dengan emas Disana dibangun altar  dengan mas murni untuk tempat persembahan Sebuah altar bersama patung Dalai Lama berkisar dua ton mas murni
Banyak penduduk Tibet berbondong bondong menaiki puncak tempat ziarah hanya untuk meminta berkat pada pendeta diatas bukit Kami juga melihat sumbangan yang diberikan penduduk disapu pakai sapu lidi Karena falsafah mereka bahwa uang adalah sampah dunia Untuk mengingatkan orang bahwa semua orang membutuhkan uang tetapi uang bukan yang terpenting dalam hidup ini
Uji kelayakan hidup
Yang lebih tragis semua anak anak yang lahir di Tibet dicelupkan dalan Shangpo River yang airnya dingin Bayi  yang bertahan hidup baru boleh hidup dan yang tidak diberikan untuk makanan ikan Karena bila dalam keluarga ada satu orang sakit maka akan jadi beban untuk seluruh keluarga .Orang Tibet mandi hanya 3 kali seumur hidupnya,Pertama ketika lahir kedua ketika menikah dan yang ketiga ketika meninggal dunia. Orang Tibet yang meninggal dibukit bukit atau pengunungan  mayatnya diberikan ke burung pemakan bangkai  untuk dimakan dan yang meninggal didaratan mayatnya dibuang kesungai untuk makanan ikan.Oleh sebab itu orang Tibet tidak makan ikan.Â
Kisah ini kami dengar dari Mr.Champa yang adalah asli orang Tibet  Kami tidak dapat memastikan kebenaran kisah iniÂ
Kesimpulan:
Tujuan kami ke Tibet sesungguhnya untuk menelusuri tentang  asal muasal tekhnik penyembuhan reiki, yang dikembangkan secara meluas di Jepang .Ternyata disini, tekhnik ini hanya boleh dipelajari oleh pada pendeta pada tingkatan tertentu. Walaupun kami tidak dapat berguru secara langsung,tapi banya hal yang dapat kami catat selama disini. Antara lain bahwa tekhnik ini merupakan kearifan lokal disini dan bukan bagian dari aliran agama. Dengan cara bermeditasi , para pendeta Buddha mampu beradaptasi dengan udara dingin,dengan mengatur suhu tubuhnya. Perjalanan ini lebih banyak merupakan perjalanan spiritual karena kalau untuk menikmati pemadangan ,sesungguhnya tidak ada pemandangan indah disini. Rumah rumah penduduk ,tampak bagaikan gubuk gubuk yang kumuh.Â
Karena itu,kami tidak menyarankan bagi pencinta traveling untuk berkunjung kesini,karena ada seorang teman kami yang meninggal disana,akibat kekurangan oksigen dan tidak kuat menahan dinginnya udara.Bagi kami,cukuplah sekali saja berkunjung  ke Tibet.Good bye Tibet
Catatan semua foto dokumentasi pribadi.
31Â Juli 2020.
Salam Saya,
Roselina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H