Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjelajahi Benua Asia (Bag 8)

31 Juli 2020   05:01 Diperbarui: 31 Juli 2020   08:32 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

ket.foto : bersama pemain musik di Lhasa ,ibu kota Tibet/dokumentasi roselina 

Negeri Atap Dunia  

Tibet terkenal dengan julukan  The roof of the world  atau negara  Atap Dunia,karena lokasinya berada dipuncak penggunungan Hilmalaya diperbatasan dengan Nepal Bhutan dan India serta Xinjiang, Qinghai dan Sichuan di China .Penduduk Tibet beragama Buddha dan Tibet juga merupakan negara tertutup Tibet dipimpin oleh seorang Dalai Lama yaitu  Tenzin Gyatso adalah Dalai Lama ke-14. sekaligus pemimpin Agama,yang sejak lama hidup dalam pengungsian

sam-4365-jpg-5f20ceacd541df767a400132.jpg
sam-4365-jpg-5f20ceacd541df767a400132.jpg

ket.foto: di Lhasa ,ibu kota Tibet /dok.roselina

Mengunjungi Tibet

Sewaktu berkunjung ke Shanghai kami  menyempatkan untuk berkunjung ke Tibet Tetapi ternyata tidak semudah seperti yang kami bayangkan . Karena ternyata  sebelum berangkat diinterogasi oleh Sekuriti dari Pemerintah China

 Yang datang bukan seorang yang berwajah angker  ataupun berpakaian seragam .Melainkan seorang pemuda yang bertampang anak sekolahan Padahal ia berwenang menentukan apakah kami diizinkan untuk berkunjung ke Tibet atau tidak .Setelah selesai semua prosedur, Petugas ini mengisyaratkan bahwa  kami diizinkan melakukan kunjungan ke Tibet Tapi paspor kami ditahan tanpa tanda terima .Tentu saja hal ini membuat hati kami tidak nyaman.Tapi kata Petugas ini jangan kuatir ,paspor kami akan dibawa Petugas ke bandara .

Dari Shanghai kami terbang ke Chengdu dengan menggunakan pesawat dari maskapai China Southern airline Kami bersyukur ternyata paspor kami memang diantarkan seorang wanita yang adalah Petugas Imigrasi

Mendarat di Bandara Lhasa 

Setelah mendarat di Bandara Lhasa ,kami dijemput seorang Guide yang memperkenalkan namanya Mr.Campa  Serta sopir  yang akan membawa kami keliling  Champa mengingatkan kepada kami bahwa Sopir yang mengemudikan kendaraan  sekaligus adalah sekuriti  yang bertugas mengawasi perjalanan kami. Jadi kami dingatkan untuk tidak membicarakan hal hal mengenai politik 

sam-4376-jpg-5f20ced7d541df06e7286583.jpg
sam-4376-jpg-5f20ced7d541df06e7286583.jpg

foto dokumentasi pribadi

Champa mengatakan bahwa kami salah mengambil tanggal kunjungan di musim dingin Tak ada tamu yang mengunjungi Tibet hanya kami berdua dan sepasang suami istri dari Perancis Kami diantarkan ke Tibet Hotel untuk beristirahat  Karena tamu hanya beberapa orang maka  pihak  hotel hanya menyalakan  heater  kecil Sehingga kami kedinginan karena temperatur beberapa derajat dibawa nol.Karena lokasi negeri Atap Dunia ini berada diketinggian maka Oksigen hanya 50% . Setiap kali bernafas dada serasa sesak dan sakit kepala Oleh karyawan hotel kami ditawari bantal plastic berisi  oksigen untuk membantu pernafasan dengan bayaran yang cukup menguras saku. Malam itu sungguh merupakan malam yang sangat membuat kami menderita 

sam-4356-jpg-5f20cef9d541df0615507cd2.jpg
sam-4356-jpg-5f20cef9d541df0615507cd2.jpg
dokumentasi pribadi

Tetap melanjutkan rencana

Walaupun jalan sempoyongan dan sakit kepala yang Luar biasa kam tetap melanjutkan rencana sesuai jabwal Antara lain mengunjungi temple dimana terdapat patung Dalai Lama yang sudah meninggal dan jasadnya dililit dengan emas Disana dibangun altar  dengan mas murni untuk tempat persembahan Sebuah altar bersama patung  Dalai Lama berkisar dua ton mas murni

sam-4359-jpg-5f20d0c9097f363cb478bee2.jpg
sam-4359-jpg-5f20d0c9097f363cb478bee2.jpg
dokumentasi pribadi

Banyak penduduk Tibet berbondong bondong menaiki puncak tempat ziarah hanya untuk meminta berkat pada pendeta diatas bukit Kami juga melihat sumbangan yang diberikan penduduk disapu pakai sapu lidi Karena falsafah mereka bahwa uang adalah sampah dunia Untuk mengingatkan orang bahwa semua orang membutuhkan uang tetapi uang bukan yang terpenting dalam hidup ini

scan-c-tibet-14-copy-2-5f20cf48d541df132b28bfc4.jpg
scan-c-tibet-14-copy-2-5f20cf48d541df132b28bfc4.jpg
dokumentasi pribadi

Uji kelayakan hidup

Yang lebih tragis semua anak anak yang lahir di Tibet dicelupkan dalan Shangpo River yang airnya dingin Bayi   yang bertahan hidup baru boleh hidup dan yang tidak diberikan untuk makanan ikan Karena bila dalam keluarga ada satu orang sakit maka akan jadi beban untuk seluruh keluarga .Orang Tibet mandi hanya 3 kali seumur hidupnya,Pertama ketika lahir kedua ketika menikah dan yang ketiga ketika meninggal dunia. Orang Tibet yang meninggal dibukit bukit atau pengunungan  mayatnya diberikan ke burung pemakan bangkai  untuk dimakan dan yang meninggal didaratan mayatnya dibuang kesungai untuk makanan ikan.Oleh sebab itu orang Tibet tidak makan ikan. 

Kisah ini kami dengar dari Mr.Champa yang adalah asli orang Tibet  Kami tidak dapat memastikan kebenaran kisah ini 

sam-4360-jpg-5f20d11a097f36561b50a9d3.jpg
sam-4360-jpg-5f20d11a097f36561b50a9d3.jpg
Semua foto dok .pribadi.

Kesimpulan:

Tujuan kami ke Tibet sesungguhnya untuk menelusuri tentang  asal muasal tekhnik penyembuhan reiki, yang dikembangkan secara meluas di Jepang .Ternyata disini, tekhnik ini hanya boleh dipelajari oleh pada pendeta pada tingkatan tertentu. Walaupun kami tidak dapat berguru secara langsung,tapi banya hal yang dapat kami catat selama disini. Antara lain bahwa tekhnik ini merupakan kearifan lokal disini dan bukan bagian dari aliran agama. Dengan cara bermeditasi , para pendeta Buddha mampu beradaptasi dengan udara dingin,dengan mengatur suhu tubuhnya. Perjalanan ini lebih banyak merupakan perjalanan spiritual karena kalau untuk menikmati pemadangan ,sesungguhnya tidak ada pemandangan indah disini. Rumah rumah penduduk ,tampak bagaikan gubuk gubuk yang kumuh. 

Karena itu,kami tidak menyarankan bagi pencinta traveling untuk berkunjung kesini,karena ada seorang teman kami yang meninggal disana,akibat kekurangan oksigen dan tidak kuat menahan dinginnya udara.Bagi kami,cukuplah sekali saja berkunjung  ke Tibet.Good bye Tibet

Catatan semua foto dokumentasi pribadi.

31  Juli 2020.

Salam Saya,

Roselina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun