Setelah berbelanja, kami kembali ke hotel dan mendapat kabar terbaru bahwa kami akan dipulangkan ke tanah air sesuai dengan keputusan kami yang terakhir. Hanya saja berita buruknya, kemungkinan kami tidak bisa pulang bersamaan. Akan dibagi ke dalam 2 kloter.
Aduh, deg-degan sekali mendengar berita tersebut. Artinya kami harus terpisah dengan peserta lain yang sudah kami anggap seperti keluarga sendiri.
 Apalagi setelah disebutkan nama-nama yang bisa kembali lebih dulu ke tanah air. Saya langsung lemes karena nama saya dan ibu tidak ada di kloter pertama. Artinya kami harus tinggal sehari lagi di Belanda.
Saya tidak berhenti berdoa supaya nama kami boleh keluar dan segera pulang ke tanah air.
Hari ke 8 di Belanda
Matahari dari Amsterdam menyinari kamar hotel kami. Cuaca sangat bagus di luar, tetapi hati kami sangat galau. Kami masih menantikan kepastian kapan kami balik ke tanah air.
Belum lagi saya dikejar-kejar dengan pekerjaan di Jakarta yang mengharuskan saya untuk segera menyiapkan materi pelajaran secara online. Sesuatu yang baru buat saya.
Meski saya sedang berada di luar negeri,  saya tetap bertanggungjawab terhadap pekerjaan saya. Saya selalu mengikuti perkembangan yang terjadi di tempat kerja supaya  tidak tertinggal jauh.
Saya tidak bersegera beranjak dari kasur mengingat nama kami tidak disebut dalam kloter pertama yang akan berangkat besok. Rencana kami harus tinggal sehari lagi di hotel ini.
Tidak berapa lama ada kabar di group whatsapp yang membawa kabar sukacita, kalau nama kami semua berhasil di konfirmasi untuk berangkat besok bersama peserta lain. Hore!!
Baru saja kami bergembira degan kabar kepulangan kami, datang informasi terbaru dari maskapai yang akan kami tumpangi. Beritanya, pesawat kami akan delay 23 jam karena adanya lock down.