Awalnya aku sering protes bahwa respon nya nggak asik. Tapi lama-lama ternyata hal itu menular juga padaku. Saat ini aku menjadi lebih netral, tidak terlalu mudah percaya dan terpengaruh pada gosip atau berita tentang kejelekan orang lain yang aku baca atau dengar.
Aku mulai menyadari bahwa bergibah itu adalah tindakan yang jahat. Apalagi bila kita di belakangnya bergibah namun di depan orang nya bersikap sok ramah. Itu munafik.
Hal itu juga menurutku tidak adil. Saat kita menceritakan keburukan seseorang, hal itu akan mempengaruhi persepsi dan sikap si pendengar terhadap orang tersebut. Misalnya jadi benci dan ikut-ikutan memusuhi.
Aku pernah mengalami diperlakukan tidak baik oleh sekumpulan orang hanya karena salah satu dari genk itu mengatakan hal yang buruk tentangku. Mungkin demi rasa solidaritas, anggota genk nya yang lain pun jadi ikut memusuhiku padahal kami tak ada masalah dan mereka belum tau kebenarannya dari pihakku.
Aku juga mulai belajar untuk berempati setelah dengar podcast nya Daniel Mananta yaitu Daniel Tetangga Kamu. Bintang tamunya pada episode awal-awal adalah tokoh-tokoh yang pernah banyak dihujat netizen karena berita kontroversial kehidupan mereka.
Di podcast itu mereka cerita bagaimana mereka berjuang melewati masa-masa berat itu. Bahkan ada yang pernah berniat bunuh diri karena tak kuat menanggung cobaan berat dihujat para netizen itu.
Mengapa seseorang merasa berhak berkata kasar, memaki dan menyumpahi orang lain hanya karena dengar atau baca berita yang belum tentu juga kebenarannya?
Kita bahkan belum tau apakah seseorang itu benar-benar salah.
Atau mungkin dia memang telah berbuat salah, lalu apa hak kita menghakimi orang lain?
Mereka juga mungkin telah menyesali dan menanggung akibat dari keputusan mereka yang salah. Bahkan mungkin ada yang depresi dan ingin mengakhiri hidupnya.
Tindakan menghujat dan menghakimi itu bagi kita mungkin hal ringan tapi tidak bagi mereka yang mengalaminya.