Menjelang hari raya, aku mendapati di media sosial beberapa nasehat untuk menjaga perkataan saat bertemu kerabat saat moment silaturahmi.
Untuk menghindari pertanyaan atau komentar tentang hal bersifat pribadi kepada orang lain kecuali dia sendiri yang mau membicarakannya.
Misalnya pertanyaan:
"Kapan nikah?"
"Kok belum hamil?"
"Kenapa kalian bercerai?"
"Kapan nambah anak?"
"Berapa gajimu?"
"Kok anakmu kurus banget, kok anakmu belum bisa ngomong?"
Apalagi bila kemudian membanding-bandingkan pencapaian seseorang dengan orang lain plus memberi nasehat tak diminta tanpa memahami perjuangan hidup yang sedang dihadapi orang tersebut.Â
Misalnya,Â
"Cepatlah nikah, apalagi yang ditunggu? Anak tante yang seumuran kamu udah nikah semua loh"
"Kok anakmu umur setahun belum bisa jalan? Anakku dulu umur segini udah bisa lari-lari"
"Anak jangan cuma satu dong, minimal 2 lah! Kasihan anak, biar ada temannya"
Karena pertanyaan dan komentar bernada sok tau sejenis ini bisa bikin seseorang merasa nggak nyaman, tersinggung atau bahkan sakit hati sehingga memilih untuk menjauh dari acara silaturahmi.
Menurutku pesan untuk menjaga lisan tersebut sangat baik agar semakin banyak orang yang berkesadaran bahwa hal itu memang sebaiknya dihindari.Â
Apalagi bagi orang yang selama ini mengucapkan perkataan sejenis dengan maksud hanya untuk berbasa basi atau sekedar membuka obrolan.
Walau demikian, bukan jaminan bahwa seseorang akan bebas dari komentar kurang menyenangkan begitu karena tetap ada saja orang yang mungkin mengucapkannya.Â
Orang tertentu yang mungkin tidak punya empati. Orang yang punya rasa kepo terlalu tinggi. Orang tertentu yang merasa berhak mengetahui urusan pribadi orang lain, karena dia anggap bagian dari keluarga besar. Orang yang sulit mengendalikan lidahnya dari perkataan sia-sia tanpa memikirkannya terlebih dahulu dampaknya bagi orang lain.
Bila saat bersilaturahmi ternyata ada orang yang berkomentar begitu kepadamu, lantas apakah hal itu harus merusak hari mu?
Haruskah hal itu membuatmu begitu sakit hati?Â
Apakah kita bisa mengendalikan mulut semua orang? Menuntut orang lain hanya mengatakan hal-hal yang ingin kita dengar dan bikin kita nyaman saja? Apakah suasana hati kita harus ditentukan oleh tindakan orang lain?
Jagalah Hati Jangan Kau Nodai
Kenyataannya kita tidak bisa mengendalikan perkataan dan tindakan orang lain. Yang ada dalam lingkup kendali kita adalah bagaimana kita menyikapi hal itu.
Apakah kita memilih untuk merasa terganggu dan sakit hati atas perkataan seseorang atau memilih untuk menjaga hati dan membersihkannya dari segala kepahitan.
Kitalah sendirilah yang bertanggungjawab untuk menjaga hati kita. Itu bukan tanggung jawab orang lain.
Ibarat seorang petani yang marah-marah karena hewan liar memasuki dan merusak kebunnya. Walau tindakan hewan liar itu salah, tapi si petani itu juga punya bagian dalam hal itu. Kenapa dia nggak memagari kebunnya dengan baik sehingga tidak bisa dimasuki sembarangan oleh hewan liar?
Mengapa kita tidak menjaga hati dengan benteng yang kokoh agar tidak mudah diporakporandakan oleh hal kecil dari luar?
Membangun sistem pertahanan internal yang cukup kuat sehingga serangan dari luar tidak mudah menembus dan menghancurkannya.
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. (Amsal 4:23)
Hati adalah esensi keberadaan seseorang yang menentukan pemikiran, perkataan dan perbuatan nya. Sehingga sangat penting untuk selalu dijaga dengan baik.
Bagaimana Caranya Menjaga Hati?
Memahami Kecenderungan Diri Sendiri
Pernahkah kamu bertanya pada diri sendiri, mengapa kamu begitu marah dan tersinggung saat orang bertanya kapan nikah dll?
Apakah hanya karena hal itu masuk kategori urusan pribadi dan kamu tak ingin membicarakannya dengan semua orang?
Kalau hanya karena itu, tentu kamu tak perlu sakit hati hingga menjadi malas bersilaturahmi bukan?
Tentu ada alasan yang lebih kuat yang menjadi pemicunya. Bisa saja karena kamu memang tidak bahagia dengan hidup pribadimu. Â Mungkin kamu ingin mencapai sesuatu yang dianggap hebat oleh orang lain, ingin membuktikan diri, mencari pengakuan dan penerimaan. Namun hal itu belum tercapai.Â
Misalnya, mungkin kamu udah lama ingin punya anak tapi semua usaha yang kamu lakukan tidak kunjung berhasil.
Saat orang lain menanyakan hal itu, "kapan hamil?", maka seolah titik ketidakbahagiaan dalam dirimu ditekan tepat di pusatnya lalu kamu sakit hati. Lalu kamu menyalahkan orang itu telah membuatmu sakit hati.Â
Padahal bila saja kamu punya persepsi yang baik tentang dirimu sendiri, merasa content dan bersyukur untuk apapun tahap kehidupan yang sedang kau jalani, maka apa yang dikatakan orang lain tidak akan begitu berpengaruh.
Biarkan Orang Lain Memiliki Pendapat Sendiri
Biarkan orang lain mengucapkan pendapat dan nasehatnya baik diminta maupun tidak tanpa merasa terbebani harus memenuhi ekspektasi semua orang.
Hanya karena semua sepupu seumuran udah pada nikah bukan berarti kamu juga wajib kudu nikah pada umur segitu kan?
Karena setiap orang memiliki tujuan hidup yang berbeda sehingga perjalanan dan pelajaran hidupnya pun berbeda-beda.Â
Hadir untuk Menjadi Berkat
Banyak orang memikul beban berat saat harus ketemu dengan keluarga besar. Takut datang memakai baju yang kurang keren, tas yang kurang branded, kendaraan yang kurang bagus dibanding yang lain, takut dianggap gagal dan lain-lain.Â
Bagaimana kalau kita punya niat bersilaturahmi untuk memberkati orang lain?
Mungkin ada keluarga yang butuh teman bicara, butuh didengarkan, butuh kehadiranmu untuk meramaikan suasana, ponakan yang butuh THR darimu atau sekedar senyuman manis yang kamu berikan ternyata membuat seseorang bahagia dan merasa dikuatkan.
Dengan niat menjadi berkat, beban beratmu untuk harus dapat mengesankan orang lain menjadi berkurang dan hatimu menjadi lebih ringan.
Bersyukurlah
Moment raya ini pasti sudah kamu persiapkan dengan penampilan yang baik, pakaian, aksesoris dan hal-hal external lain yang baik untuk bersilaturahmi.Â
Tapi di atas semua hal itu, pastikan kamu mempersiapkan hati dengan baik. Hati yang bersyukur untuk hidup yang Tuhan anugrahkan kepadamu. Hati yang bersyukur untuk waktu yang masih diberikan bisa bersilaturahmi dengan keluarga dan hati yang ingin memberi diri bagi kebaikan orang lain.Â
Hati yang sudah selesai dengan pagar pelindungnya dan bersiap untuk memberkati orang lain dengan kehadiranmu.
Above all else, guard your heart, for everything you do flows from it. - Proverbs 4:23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H