Saat dengar cerita itu aku mulai berpikir untuk membawa El terapi juga, tapi berpikir sebaiknya nunggu sampai El berumur 2 tahun dulu. Sambil terus berharap seiring waktu kemampuan bicara El makin meningkat.
Sampai akhirnya El genap 2 tahun dan baru bisa mengucapkan beberapa kata seperti mamak, bapak, minum, ndindi (mandi), tak lebih dari 10 kata. Dimana seharusnya anak usia tersebut sudah makin banyak kosakatanya dan sudah bisa membentuk kalimat dengna 2 kata. Misalnya, "mama mandi".
Akhirnya kami bawa El ke dokter tumbuh kembang anak. Karena kami pakai kartu BPJS jadi harus ke Faskes 1 dulu. Di klinik Faskes 1 ini kami daftar ke dokter umum karena tidak ada bagian Tumbuh Kembang. Kami jelaskan tentang kemampuan bicara El dan dokter juga mengajak El bicara tapi seperti biasa, El cuek aja dan tidak menjawab.
Oleh Dokter di faskes 1 kami kemudian dirujuk ke Faskes tingkat 2 atau RS tipe B ke dokter spesialis Anak dengan diagnosa awal Keterlambatan berbicara (Speech Delay).
Di Faskes 2, dokter spesialis anak tampaknya sependapat dengan diagnosa dari dokter umum tersebut. Untuk lebih akurat lagi kami dirujuk ke Rumah Sakit Tipe A untuk berkonsultasi dengan dokter Anak Ahli Tumbuh Kembang Pediatri Sosial di RSCM.
Dari pemeriksaan awal dokter mendiagnosis anak kami mengalami Global development delay (GDD) dan Speech Delay. Keterlambatan bicara dan perkembangan umum berdasarkan standar perkembangan anak seusianya. Hal ini ditentukan dengan suatu standar penilaian yang dilakukan oleh dokter dengan menanyakan kami hal-hal apa saja yang El sudah bisa lakukan.
Tahap Pemeriksaan Penyebab Speech Delay
Berdasarkan keterangan di website IDAI, Ada beberapa faktor penyebab seorang anak mengalami speech delay, bisa karena gangguan pendengaran, gangguan pada otak (misalnya retardasi mental, gangguan bahasa spesifik reseptif dan/atau ekspresif), autisme, atau gangguan pada organ mulut yang menyebabkan anak sulit melafalkan kata-kata (dikenal sebagai gangguan artikulasi).Â
Penanganan speech delay pun disesuaikan dengan penyebabnya. Dokter merekomendasikan untuk El tes darah untuk mengecek apakah ada hal yang bermasalah dengan hormon yang membentuk kecerdasannya.
Kemudian tes pendengaran yang disebut Tes Brain Evoked Response Auditory (BERA). Sebelum tes BERA, telinga El dibersihkan dulu. Tes ini dilakukan dalam keadaan El sedang tidur. Jadi sebelum tes aku berusaha agar El tidur dulu. Setelah tidur pulas baru aku bawa ke ruangan untuk tes. Pemeriksaan dilakukan dengan memasang beberapa alat seperti headset di bagian kepala pasien dan pada belakang telinga.
Hasil tes darah dan tes telinga El dinyatakan normal oleh dokter. Jadi keterlambatan bicaranya tidak disebabkan hal itu.Â