20 November 2020 adalah HPL (Hari Perkiraan Lahiran) anak pertama kami. Usia kandunganku memasuki minggu ke 40, namun aku belum juga merasakan kontraksi.
Dari awal kehamilan, kondisi kesehatanku dan posisi bayiku oleh dokter dinyatakan aman untuk lahiran normal. Namun lahiran normal hanya terjadi bila ada kontraksi.
Pada saat kontrol, dokter kandungan memeriksa keadaan bayiku lewat USG. Semua dalam kondisi baik dan air ketuban pun aman. Pada saat periksa dalam, dokter bilang posisi bayi udah di pinggul tapi belum pas banget turun.
Dokter kemudian merekomendasikan untuk aku diinduksi dalam 1x24 jam untuk merangsang kontraksi. Kata dokter bisa aja sih nunggu 3 hari lagi atau seminggu lagi untuk ada kontraksi, tapi kemungkinan kecil terjadi dan lagi pula bisa-bisa ketubannya udah nggak bagus. Jadi aku dan suami setuju untuk melakukan induksi persalinan hari itu.
Induksi persalinan adalah suatu cara yang dilakukan untuk menstimulasi rahim agar berkontraksi sehingga bisa mempercepat proses persalinan normal.
Kami diarahkan ke ruang kebidanan untuk tes CTG. Sejenis tes untuk mengecek detak jantung bayi dan tingkat pergerakannya di dalam perut.
Setelah selesai dengan urusan administrasi, cek darah dan photo rontgen bagian dada, dimulailah proses induksinya.
Induksi pertama adalah dengan pemberian obat prostaglandin. Obat ini dioleskan di sekeliling leher rahim. Obat ini diharapkan dapat membantu proses pematangan leher rahim dan merangsang kontraksi.
Induksi ini diberikan sekitar jam 12 siang, nantinya akan dipantau dalam 6 jam kemudian. Pada saat induksi ini, aku belum merasakan kontraksi atau rasa sakit apapun. Biasa aja. Sembari menunggu obatnya bekerja, aku juga aktif bergerak dengan menggunakan gym ball yang tersedia di ruang bersalin.
Beberapa waktu kemudian mulai terasa sedikit mules tapi tidak begitu sakit. Masih dalam tingkat yang ramah. Saat itu kami dianjurkan juga untuk jalan-jalan di sekitar RS biar bayinya lebih cepat turun. Kami jalan ke kantin dan aku masih makan dengan lahap.
Sampai sore belum berasa mules amat dan sekitar 6 jam kemudian, bidan melakukan periksa dalam dan katanya udah ada perkembangan. Udah mulai ada bercak darah dan lendir keluar dari vagina.
Periksa dalam adalah tindakan yang biasanya dilakukan dokter atau bidan untuk memastikan perkembangan proses persalinan, dengan cara memasukkan jari tangan ke dalam vagina dan leher rahim.
Melalui cara ini dapat diketahui posisi pembukaan dalam proses lahiran dari bukaan 0-10. Bukaan 0 itu artinya belum ada pembukaan leher rahim dan bukaan 10 artinya bukaan telah lengkap sehingga kepala dan badan bayi bisa turun untuk mulai memasuki persalinan.
Kemudian sekitar jam 19.00 WIB, induksi dilanjutkan menggunakan obat yang yang disebut oksitosin yang diberikan melalui infus. Dengan dosis awal 8 tetes. Pada tahap ini aku mulai merasakan mules atau kontraksi yang lumayan sakit.
Berdasarkan saran yang aku baca di internet, kita perlu mengatur pernafasan bila sedang kontraksi. Gunanya untuk menghemat tenaga. Kalau kita teriak-teriak kesakitan, bisa-bisa malah kehabisan tenaga. Jadi setiap kali merasa mules, aku tarik nafas panjang dan melepaskannya pelan-pelan sambil berhitung. Rasanya tetap sakit, tapi energiku jadi lebih terkendali.
Suatu penantian panjang menahan sakit dari jam 19.00 WIB malam sampai akhirnya sekitar jam 01.00 WIB dinihari, bidan melakukan periksa dalam lagi. Kali ini dinyatakan bahwa aku udah bukaan 1. Wow! Aku merasa senang karena ada progress. Tapi masa masih bukaan 1 sih? Kok rasanya tak sebanding dengan mules-mules yang sudah terjadi.
Aku disarankan untuk istrirahat biar bisa punya banyak energi pada saat nanti udah bukaan lengkap dan harus mengejan. Aku sembari menahan mules sembari memejamkan mata berusaha untuk tidur.
Mulesnya tidak sepanjang waktu, ada waktu-waktu tertentu setiap beberapa menit sekali dan durasi mulesnya sekitar beberapa saat dan jumlahnya sama.
Di pagi hari aku tak sabar menunggu hasil periksa dalam lagi. Ingin tau udah bukaan berapa. Betapa aku berharap udah bukaan 4. Karena katanya setelah bukaan 4, menuju bukaan 5, 6, 7,8, 9,10 udah tinggal bentar.
Sekitar jam 08.00 WIB pagi, bidan periksa dalam lagi dan mungkin untuk memberi semangat, dia bilang udah bukaan 1.5, hampir 2 tapi belum nyampe. Aku kecewa mendengarnya.
Beberapa saat kemudian, dokter kandungan melakukan periksa dalam lagi. Ya ampun.. Itu rasanya sakit banget padahal. Barusan juga periksa tadi. Dokter kandungan malah bilang masih bukaan 1!
Aku disarankan untuk banyak main gym ball dan jangan menahan pipis. Aku akui aku lumayan sering nahan pipis. Jarak ruang bersalin ke kamar mandi itu lumayan, mana tersekat oleh pintu-pintu lagi dan repot juga kalau harus setiap saat ke kamar mandi dengan infusan.
Apalagi kalau lagi jalan tiba-tiba mules. Biasanya setiap ke kamar mandi aku sekalian duduk lama-lama untuk mengeluarkan beberapa sesi pipis yg keluar juga dikit-dikit, plus ditambah acara menahan mules.
Induksi masih berlanjut sampai 6 jam lagi dan akan diperiksa lagi nanti sore. Kembali berjuang dengan rasa mules lagi dan kali ini ditambah mual. Aku nggak selera makan apapun. Suami menawarkan makanan dan minuman yang selama ini aku biasa suka tapi aku nggak selera banget hanya untuk membayangkannya pun.
Menjelang sore sekitar jam 15.00 WIB, diperiksa dalam lagi oleh bidan dan alangkah kecewanya aku mendapati pernyataannya bahwa aku masih bukaan 1.
Dokter kandungan menyarankan untuk menaikkan dosis infusnya jadi 16 tetes. Rasa sakitnya makin menjadi dengan durasi yang lebih panjang.
Sakit mules menjadi terasa lebih parah karena aku harus menahan rasa pengen pipis setiap kali habis kontraksi. Untuk ke toilet rasanya udah tak kuat lagi.
Aku berharap bisa pipis dengan pake pispot. Untungnya ada perawat yang dengan penuh kesabaran melayaniku untuk urusan itu.Â
Setiap berapa menit aku bilang mau pipis dan dia datang dengan pispot dan air di gayung untuk cebok. Rasanya lega banget setiap kali abis pipis. Terus berulang lagi kontraksi, pipis lagi, kontraksi lagi, pipis lagi...setiap 5 menit begitu. Aku merasa lemes banget...
Aku ingin sekali operasi caesar aja. Tapi Suamiku meminta untuk bertahan sebentar lagi. Rasanya aku nggak bisa membayangkan kalau masih bukaan 1 juga. Kapan bukaan 2, 3 dan selanjutnya? Akankah aku masih kuat untuk mengejan saat bukaan lengkap?
Sore sekitar jam 18.00 WIB aku diperiksa dalam lagi. Aku benar-benar berharap kali ini ada kemajuan. Tapi ternyata kata-kata bidan yang periksa sungguh mengejutkan. Masih bukaan 1!
Aku mendengar para bidan dan perawat itu dapat pesan dari dokter kandungan untuk meningkatkan lagi dosisnya jadi 20 tetes. Aku sudah lemes duluan membayangkan rasa sakitnya.
Aku sempat menangis dalam proses menahan kesakitan itu. Suamiku menghibur dengan kata-kata untuk aku kuat dan untuk aku menyadari bahwa ini proses yang indah untuk dinikmati. Tidak semua orang merasakan melahirkan bahkan walau mereka ingin sekali.
Aku tau aku bersyukur untuk anak bayi dalam kandunganku. Aku memohon Tuhan untuk memberikanku kekuatan ekstra. Ini benar-benar menyakitkan.
Pada malam hari sekitar jam 19.00 WIB, bidan melakukan tes CTG dan periksa dalam lagi dan belum ada kemajuan juga. Akhirnya dokter kandungan menyarankan untuk operasi caesar aja.
Aku bahagia banget mendengar kabar itu. Aku ada sedikit rasa takut juga kalau harus operasi caesar karena katanya proses di suntik di punggung untuk bius lumayan sakit. Tapi menahan rasa mulas tak berkesudahan juga sangat sakit. Aku memilih operasi caesar aja.
Setelah suamiku mengurus hal administrasi lagi, sekitar jam 19.30 WIB aku diarahkan ke ruang operasi. Aku dituntun oleh 2 orang perawat dan segera diminta naik ke satu bed di tengah ruangan. Di belakangku 2 orang sibuk mempersiapkan suntikan di punggung. Mereka memintaku untuk tidak bergerak saat disuntik. Aku merasakan suntikan di punggung, tapi ternyata tak sakit.
Aku tak merasakan apapun lagi setelah itu. Aku hanya ingat samar-samar ada kain biru muda dibentangkan di depanku dan sosok bayi ditunjukkan padaku.
Selanjutnya aku bangun oleh panggilan Suamiku. Aku merasa seperti tersadar dari tidur panjang dan aku merasa seperti melihat malaikat saat melihat suamiku berdiri di tepi bed dimana aku berbaring.Â
Aku menangis sangat terharu saat melihat Suamiku dan saat dia menunjukkan video anak kami yang sudah lahir. Aku bersyukur pada Tuhan karena memberikanku kesempatan untuk masih hidup dan membuka mata dan mendapati anak dan suamiku ada di sisiku.
Perjuanganku induksi selama 24 jam terbayar dalam operasi Caesar yang tak sampe 30 menit. Tau gitu mending dari awal aku minta operasi Caesar aja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H