2. Angka Kemiskinan Tinggi
Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk miskin DKI Jakarta pada September 2019 adalah sebesar 362 ribu orang atau 3,4% dari total penduduk di Jakarta.
Dampak ekonomi dari pandemi Corona paling dirasakan oleh warga miskin di Jakarta, banyak yang kini sudah tidak memiliki penghasilan karena penerapan pembatasan pergerakan dan interaksi antar orang.
Ojek online tidak bisa lagi bertemu pelanggannya, pun demikian supir angkutan umum sudah tidak narik lagi, tukang asongan dan warung kecil sudah sepi pembeli.
Selain itu, penjual makanan di sekolah dan kantor-kantor sudah tidak bisa jualan lagi, buruh pabrik sudah tidak bisa bekerja lagi.
Sebagian ada yang bisa bertahan, sebagian lagi memilih untuk kembali ke kampung halaman dan sekaligus berpotensi menjadi carrier atau pembawa virus, karena mereka selama ini hidup di kota pusat penyebaran virus Covid-19.
Potensi daerah terpapar virus menjadi terbuka, dan rantai penyebaran virus meluas ke daerah.
3. Rendahnya Kedisiplinan Masyarakat Indonesia.
Ini menjadi masalah klasik, berbagai survey dan riset menyatakan kedisiplinan masyarakat Indonesia secara umum tergolong rendah.
Sementara pemerintah dalam menangani wabah Corona, sejauh ini masih sebatas bentuk imbauan-imbauan bukan aturan dan larangan tegas seperti yang dilakukan beberapa negara lain.
Bahkan Presiden Filipina menerapkan aturan tembak mati bagi warganya yang melanggar aturan lockdown atau karantina wilayah di sana.
Berdasar pada kenyataan diatas, apakah penerapan PSBB di Jakarta akan berhasil memutus rantai penularan dan penyebaran virus?
Mohon berikan opini Anda, terutama warga Jakarta untuk menambah wawasan saya pribadi yang hidup di desa dan tidak mengetahui kondisi Jakarta saat ini secara langsung.