Mohon tunggu...
NoVote
NoVote Mohon Tunggu... Guru - Mohon maaf jika tak bisa vote balik dan komen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Terimakasih

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gara-gara 100 Ribu

14 Maret 2020   14:16 Diperbarui: 14 Maret 2020   22:47 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. borneonews.co.id

"Benar, Pak. Nanti jika sudah laku akan kami setor."

"Sebangsa kalian memang begitu. Janji hanya tinggal janji tak pernah ditepati. Pokoknya bila tak ada lima ratus ribu, rakit batang ini biarkan saja di sini."

Dian dan Timan saling berpandangan. Lama mereka berpandangan. Entah bahasa apa yang mereka gunakan. Entah kode rahasia apa yang sedang dipermainkan.

Tiba-tiba saja Timan dengan parang yang terselip di pinggang mengayun ke leher pemancing. Pemancing terging bersimbah darah. Bergerak-gerak sebentar. Kemudian diam.

Dian tahu harus berbuat apa. Mayat itu kemudian dibungkusnya dengan kain sarungnya. Mereka pikul berdua ke arah hutan. Kebetulan tak jauh dari sana ada rawa dengan hutan yang masih lebat.

Tak ada suara. Masing-masing diam dengan hayalannya. Menerawang entah kemana. Mayat kemudian dipendam dalam lumpur rawa.

"Biar dimakan cacing dan lintah. Dasar lintah penghisap darah."

Keduanya mengumpat sambil meludah. Kemudian meninggalkan hutan dan melanjutkan perjalanan.
(Selesai)

Catatan : cerita ini sering diceritakan kembali oleh orang desa apabila melihat ada orang yang begitu arogan dengan kedudukan. Apalagi semena-mena terhadap rakyat jelata. Siapakah Dian dan Timan sesungguhnya tak ada yang tahu. Siapakah pemancing itu. Juga tidak ada yang tahu.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun