Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Jadi Guru Honorer Semangat, Setelah PNS Melempem

23 Februari 2020   21:13 Diperbarui: 23 Februari 2020   21:30 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tak habis pikir, mengapa para guru PNS walau tidak semuanya tak berpikir bagaimana guru yang pontang panting mencari sekolah untuk mengajar walau dalam status honorer. Walau gajinya minim. Yang penting mereka bekerja sesuai dengan pendidikannya.

Setelah predikat guru PNS melekat padanya seolah dedikasinya menguap perlahan seiring berjalannya waktu. Mau mengajar hanya sesuai dengan batas minimal agar memenuhi syarat untuk mendapatkan sertifikasi saja. Jika diminta untuk mengajar melebihi beban kerja minimal tersebut pasti menolak dengan beribu alasan.

Apalagi ketika diminta untuk mengisi kegiatan eksul. Pertanyaan pertama yang ditanyakan adalah berapa honornya perbulan? Atau berapa transpot setiap pertemuan. Padahal sadar atau tidak sadar tugas kegiatan ekskul telah melekat pada tupoksinya sebagai guru. Selain mengajar, mereka juga harus membimbing peserta didik.

Karena perilaku yang demikian, salah satu pilihan mau tidak mau untuk kegiatan ekskul pun ditangani oleh guru honorer. Hitung-hitung untuk tambahan penghasilan bagi mereka.

Entah karena motivasi yang besar untuk mendapatkan tambahan penghasilan atau karena memang terpanggil dengan tugas bimbingan yang melekat padanya. Yang jelas kegiatan ekskul dapat berjalan lancar.

Yang mengherankan ketika kegiatan ekskul dikerjakan oleh sebagian besar guru honor, malah guru negeri nyeletuk, "Kalau saya mending berkebun atau berjualan saja. Lebih banyak hasilnya daripada membimbing ekskul. Menang belum pasti, kalahnya pasti." Sungguh mengiris hati memang.

Lambat laun Aminah dan Budi akhirnya diterima sebagai guru negeri. Nasib baik berpihak pada mereka. Keduanya lulus mengikuti tes K2. Jadilah akhirnya mereka guru negeri.

Beberapa tahun setelah saya mutasi ke sekolah lain saya tak menemukan mereka berdua. Jarak yang jauh memutus komunikasi kami.

Terakhir informasi yang saya terima mereka berdua sudah berkeluarga dan memiliki dua orang puteri. Saya tanya kepada teman yang satu sekolah dengan Aminah dan Budi tadi.

"Apa kegiatan mereka berdua?"

"Mereka sekarang makmur pak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun