Posisi tempat duduk menghadap ke depan menandakan peserta didik harus berjuang sendiri dalam memahami pelajaran. Kerja kelompok jarang menjadi ukuran. Pujian lebih sering diberikan kepada seorang peserta didik yang mampu menjawab soal.
Proses belajar seperti ini menegasikan individu lainnya. Peserta didik yang pintar semakin sombong, sementara yang tidak mampu menjawab soal semakin terpuruk. Mereka dianggap tidak berarti di kelas. Akhirnya rasa kebersamaan perlahan pudar.
2. Rasa Persahabatan
Kita sebagai guru dan orangtua jarang memantau tingkat sosialisasi peserta didik. Menanyakan berapa jumlah teman, siapa saja temannya di sekolah, rumah temannya di mana, dan sebagainya.
Orangtua lebih sering menanyakan bagaimana ujian di sekolah, ada PR atau tidak, dapat peringkat berapa. Kalau nilai anak jelek, orangtua segera mengundang guru privat. Seolah-olah sekolah hanya perkara nilai, bukan persahabatan.
Dengan menekankan bahwa nilai sebuah persahabatan itu sangat penting kepada peserta didik dalam pembelajaran. Membantu teman yang mengalami kesulitan belajar dan membantunya juga menumbuhkan rasa persahabatan di antara peserta didik.
Penilaian dari guru terkait masalah persahabatan dapat berupa penilaian oleh sesama peserta didik. Dengan menanyakan berapa teman yang disukai, apa saja yang menyebabkan mereka disukai, dan sebagainya mampu menumbuhkan rasa persahabatan sesama peserta didik. Orientasi nilai prestasi menjadi nomor dua setelah rasa persahabatan.
3. Menumbuhkan Kepedulian
Kepedulian terhadap orang lain menjadi hal penting membantu pertumbuhan kepribadian peserta didik. Dua fondasi kepedulian dalam konsepsi compassion adalah simpati dan empati. Proses pembelajaran juga harus memberikan ruang kepada anak untuk mengekspresikan rasa simpati dan empati terhadap orang lain.
Hal sederhana dapat diawali membiasakan mendoakan teman sekelas yang mendapatkan musibah. Mengajak siswa menengok teman sekelas yang sakit. Mengumpulkan sumbangan bagi teman atau kerabat dari teman yang terkena musibah.
Sebenarnya, banyak model untuk menumbuhkan rasa simpati dan empati tersebut. Mungkin yang paling berkesan ketika memberikan hadiah sepatu kepada teman sekelas yang sepatunya rusak atau tidak layak.
Memberikan hadiah baju seragam, buku tulis, pulpen, dan barang-barang lain yang berharga bagi membantu teman sekelasnya yang mengalami kesusahan
Menurut penelitian Stephen Post dalam bukunya Why Good Things Happen to the Good People, remaja yang sering berbagi sesuatu dengan temannya akan berkurang tingkat stress dalam proses belajar.