Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Skullbreaker Challenge dan Pemecatan Guru karena Memukul Peserta Didik

16 Februari 2020   15:28 Diperbarui: 16 Februari 2020   16:02 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan adanya berita pemukulan oleh guru di Guru SMA Negeri di Bekasi pukuli siswa di hadapan teman-teman di tengah lapangan sedikit banyak akan menjadikan guru takut dan menarik diri memberikan sanksi pada peserta didik.

Dan ketika ada peserta didik melakukan aksi Skullbreaker Challenge terhadap temannya, kira-kira sanksi apa yang tepat. Mungkinkah peserta didik yang telah melakukan Skullbreaker Challenge pada temannya dilaporkan ke aparat kepolisian?

Tuh kan, bingung. Dinasihati gak mempan. Diberi sanksi berupa membersihkan wc dan sebagainya memangnya tidak membuat masalah baru? Dianggap melanggar hak azasi manusia. Peserta didik di sekolah bukan untuk diajari jadi pembersih wc, di rumah saja tak pernah membersihkan wc, guru pula yang disalahkan.

Memangnya selain sanksi yang yang telah ditetapkan oleh sekolah berupa peringatan berupa nasihat, tertulis, pemanggilan orang tua, hingga pengembalian pada orang tua, ada lagi kah yang membuat peserta didik takut. Dalam hal takut, para pakar pendidikan melarang keras memberikan sanksi yang membuat peserta didik ketakutan. Lantas sekarang apa yang mungkin guru lakukan?

Peserta didik akan bangga ketika dipanggil ke kantor atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Malahan mereka ceritakan pada teman-temannya. Lebih banga lagi dengan mengunggah kejadian pemanggilan ke kantor pada media sosialnya.

Peserta didik yang diberikan surat peringatan juga sama. Suratnya difoto dan dijadikan status media sosialnya. Apalagi yang harus dilakukan guru?

Memanggil orang tua adalah jalan satu-satunya. Guru akan puas mendapat permohonan maaf dari orang tua peserta didik. Memangnya peserta didik telah bersalah pada guru? Tidak sama sekali. Yang diharapkan dari pemanggilan orang tua adalah memberikan keterangan bahwa anaknya telah melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.

Tindak lanjut yang dilakukan orang tua apa? Lagi-lagi hanya sampai pada memberikan nasihat pada anaknya. Kalau anak tersebut tetap membandel, apakah akan dipukul? Awas! Kalau memukul berarti orang tua telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Dan pasti akan berurusan dengan yang berwajib. Lalu harus bagaimana?

Seperti memakan buah simalakama, dimakan ibu mati tak dimakan ayah mati. Hampir tak ada penyelesaian sama sekali.

Sekedar Perenungan untuk Kita Semua
Ibarat peribahasa, tak ada asap kalau tak ada api. Apa sih yang menyebabkan anak (peserta didik) berperilaku menyimpang. Dalam artian mereka lebih bangga dan merasa hebat ketika berhasil menarik perhatian orangtua dan guru.

Salah satu perilaku yang sangat mudah dilakukan adalah perbuatan menyimpang. Seperti apa yang telah orang katakan, jika ingin terkenal mudah. Naik saja ke Monas lalu kau jatuhkan diri dari sana. Pasti kau akan terkenal se Indonesia, bahkan se dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun