Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerbung | Back Street Korban Pembunuhan (3)

2 Februari 2020   11:31 Diperbarui: 3 Februari 2020   11:41 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
| FOTO: Venezuela Kembali Gelap Gulita (bbc.co.uk)

Back Street, Korban Pembunuhan (3)

Cerita sebelumnya 

"Bre, gue warga baru. Boleh gabung ya?" kata Dimas.

"Sini ikut. Pilih mau main apa lo," sahut Dodi yang biasa komandani warga di pos ronda.

"Ngak akh. Gue duduk aja. Lihat-lihat dulu aja. Panggil aja Dim. Nama gue Dimas."

"Ya dah. Gak usah kenalan juga kali. Yang penting kebersamaan, Bre."

Dimas pintar juga ternyata. Datang ke pos ronda membawa beberapa bungkus gorengan, se kardus minuman ringan gelasan.

"Nih, dimakan, Bre. Disambil. Biar tambah seru."

"Lo pintar banget menarik hati kami. Sering-sering aja." kata Dodi disambut riuh teman lainnya.

Hampir setiap malam di minggu pertama kepindahannya di Gang Rumpun selalu disempatkannya mampir di pos ronda. Teman-teman yang ada di sana dengan ramah menerima kehadirannya.

Apalagi Dimas jago main catur. Hampir tak ada yang menang melawannya. Dimas akhirnya jadi idola. Dikeroyok beberapa pemain catur lainnya, Dimas tenang dan senyum girang saja.

+++++

Selesai upacara pagi. Rapat singkat selesai. Kasat Reskrim Sumanto menyatakan akan menangani langsung kasus kematian Tiwi. Kasat Reskrim Simanto menunjuk beberapa anggota reskrim membantu mengumpulkan data dan terjun langsung ke lapangan sesegera mungkin.

Briptu Wanda diminta mendatangi TKP. Rumah kosong tempat Tiwi ditemukan. Briptu wanda jago orangnya sangat teliti jika adi TKP. Tak hanya tampan. Cerdasnya terbilang gemilang.

"Tugasmu memastikan tak ada identifikasi yang tertinggal di tempat itu."

"Siap, Ndan."

Sementara Briptu Siska diminta meneliti hasil otopsi dan membandingkan dengan kasus sejenis yang telah terungkap.

"Kau yang urus segala sesuatu berkaitan dengan hasil otopsi. Cermati secermat-cermatnya."

"Siap, Ndan."

"Rapat selesai, terima kasih. Bubar."

"Siap, Ndan." suara mereka serentak kemudian meninggalkan ruangan.

+++++

Beberapa bulan sebelumnya.

"Yang. Boleh aku bercerita sesuatu?" kata Tiwi ketika mereka malam mingguan di kafe langganan mereka.

Tiwi menyandarkan bahunya. Dimas bersandar di dinding kafe. Meski terjepit tetap saja dinikmatinya.

"Dahulu aku pernah dekat dengan cowok. Sebelum denganmu."

"Terus."

"Dia kecanduan narkoba. Makanya aku putus."

"Kamu pernah ikut?"

"Ya nggak lah. Gila kali. Mending putus daripada terjerat."

"Orang mana?"

"Dulu dia tinggal di Gang Rumpun. Tapi setelah kena grebek polisi, dia pergi. Entah kemana. Aku gak tau lagi."

"Siapa namanya, Yang?"

"Toto, Yang. Sarjana kimia. Dia kerja di perusahaan farmasi."

"Lah, kalau kecanduan terus digrebek polisi bagaimana kerjanya."

"Dipecat mungkin. Kan aku gak tau lagi."

"Terus."

"Ya cerita aja."

Apakah Dimas ingat tentang obrolan ini? Atau mungkinkah Toto datang lagi ke Gang Rumpun dan dendam dengan Tiwi?

+++++

Dalam berkas-berkas arsip, Briptu Siska menemukan kasus yang mencengangkan. Ternyata beberapa tahun lalu telah terjadi tragedi di rumah itu. Pantas rumah kosong itu tak berpenghuni. Di rumah itu ternyata pernah terjadi perampokan disertai pembunuhan. Seluruh penghuni rumah dibantai dan barang-barang berharga diangkut semua.

Sayangnya hingga saat ini, kasus perampokan dan pembunuhan tak menemukan titik terang. Tak ada satu pun tersangka yang ditangkap. Kasusnya menguap begitu saja.

"Kasusnya kian menarik," desah Briptu Siska. "Aku harus mampu memecahkan kasus Tiwi. Siapa tau ada kaitannya dengan kasus sebelumnya."

Maka satu persatu berkas kejahatan yang berkaitan dengan kasus perkosaan, pembunuhan, dan perampokan di sekitaran Gang Rumpun diteliti.

Briptu Siska adalah polisi wanita yang sangat cekatan. Selain cantik, kecerdasannya banyak mendapat acungan jempol rekan-rekannya.

Tak sedikit kasus yang mulanya sulit dipecahkan mampu terbuka di tangannya. Briptu Siska juga ahli IT. Sebagian besar kasusnya terbuka karena pelacakannya terhadap media sosial yang digunakan korban.

++++

Seminggu telah berlalu. Keluarga Tiwi kembali berjalan normal. Rona kesedihan masih tergambar, terutama wajah Ibu Tiwi. Kehilangan anak cewek yang amat dicintai. Dalam kondisi mengenaskan.

Keluarga besar Tiwi satu persatu pamit pulang ke rumah masing-masing. Dengan janji akan ikut menyelidi apa pun yang terkait dengan kematian Tiwi. Mulai dari media sosial yang Tiwi ikuti. Berhubungan dengan siapa saja. Juga kapan terakhir Tiwi menggunakan media sosial. Berkomunikasi dengan siapa saja.

Dukungan keluarga besar Tiwi sangat membantu menghibir ibunya. Walau kesedihan kehilangan anak memang tak mudah lenyap.

"Bu, kita harus sabar. Mungkin musibah yang menimpa kita ini ada hikmahnya." kaya ayah Tiwi pada ibunya suatu ketika.

"Tapi mengapa harus Tiwi, Pak? Mengapa keluarga kita?" protesnya sambil sesenggukan menahan tangis.

"Ibu ingat tidak? Tiwi itu anak cewek kita satu-satunya. Makanya kita sayang. Kita manjakan. Kita terlalu bebas membiarkannya bergaul dengan cowok."

"Tapi kan Tiwi mampu menjaga diri, Pak?"

"Di depan kita, bisa saja Tiwi jadi anak baik. Sementara di liar rumah? Siapa yang tahu, apa yang dikerjakannya."

"Kan, selalu kita awasi, Pak. Aku tak pernah ke mana-mana. Setiap di rumah juga sering aku nasehati agar hati-hati bergaul dengan cowok."

"Ibu ingat, beberapa tahun lalu Tiwi dekat dengan cowok. Siapa tuh namanya. Toto ya, kalau tidak salah? Kan dia ternyata terjerat narkoba. Padahal ketika itu Tiwi masih SMA."

"Ada apa dengan Toto. Dia kan anak sini juga, Pak.  Anaknya juga baik. Hormat pada Ibu. Ketika datang gak pernah macam-macam."

"Dia pernah digrebek kepolisian, Bu. Makanya sekarang menghilang. Karena narkoba itu. Apa mungkin Tiwi juga terkena narkoba?"

"Husst, Bapak gak boleh begitu. Tiwi sudah tiada, Pak. Jangan ungkit-ungkit kejelekannya. Dia anak kita satu-satunya."

"Mending doakan dia supaya baik-baik saja di dalam kuburnya."

"Aamin."

+++++

Toto, orang yang saat ini dicurigai dalam kasus kematian Tiwi. Toto ada dimana?

Toto sedang menghuni lapas narkoba. Diponis 5 tahun penjara karena tertangkap tangan membawa 210 butir ekstasi ketika akan melakuka. transaksi.

Tuduhan terhadap Toto sirna. Toto telah setengah tahun menghuni lapas. Tak mungkin Toto mampu keluar masuk lapas.

Beda dengan kasus korupsi. Mungkin saja tanpa ketahuan publik para koruptor keluar masuk lapas dengan leluasa setelah amplop tebal hasil jarahannya pada negara terbagi-bagi. Mereka mampu keluar hanya untuk makan sate. Termasuk sate mentah. Sekedar melepaskan hasrat yang tersendat. Dan masuk lagi sebelum pagi hari.

Untuk kasus narkoba, mungkin hanya bandar besar yang mampu menyaingi koruptor. Apa mungkin Toto seorang bandar besar yang dapat melakukan transaksi narkoba meski dalam bilik lapas.

Hingga pada malam kejadian, Toto kebetulan keluar dari lapas dengan amplop tebal juga layaknya koruptor?

Semua kemungkinan bisa saja terjadi. Demikian juga pemerkosa dan pembunuh pun bisa siapa saja. Yang jelas pelakunya adalah orang yang bejat kelakuannya.

Cerita ini hanya Fiktif belaka.

Back Street, Korban Pembunuhan (4)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun