Tanya. Selidik. Bertian kini kah laki-laki? Menunduk. Merintih. Berkacak namun mengaduh. Muka pucat pasi pun sakit mencekik.
Â
Guruh mendatangi lobang pertahanan pria bersorban. Lelaki itu masih berjaga. Ia bahkan mungkin tak pernah memejamkan matanya. Kemarahan dan sakit hati telah dikuburkan Guruh di dasar hatinya.
"Ijinkan aku untuk kembali ke kota," Guruh memohon.
"Kamu akan tertangkap." Lelaki bersorban menegaskan.
"Aku tahu."
"Kamu tahu akhir dari kisah semua manusia yang tertangkap?"
"Aku tahu."
"Berikan aku alasan bahwa tindakanmu bagian dari strategi kita."
"Mereka tidak lagi memiliki Mata. Pergerakan pasukan mereka akan berakhir di ujung rawa. Tepat di sekitar hutan bakau. Aku akan memasang dinamit di sepanjang jalur jalan sebelum akhirnya meledakan kota."
Percaya penuh pada keberhasilan Guruh, Jenderal bersorban menyetujui infiltrasi kelompok kecil pasukannya ke kota musuh.
"Kita tidak mengenal tindakan sok pahlawan dan sok jagoan. Kamu tetap bergerak dengan kawalan."