Covid19: The Great Reset adalah buku yang wajib dibaca setiap orang. Dari sudut pandang dan perspektif manapun, buku ini amat menarik karena merupakan karya kunci memasuki era baru dalam lompatan peradaban manusia. Prof. Klaus Schwab, pendiri dan Ketua World Economic Forum ditemani oleh Thierry Malleret, mitra pengelola Monthly Barometer menulis buku ini sebagai panduan bagi kita untuk memahami penataan akbar dunia baru yang nampaknya direncanakan terjadi pada tahun 2030.
Covid19, dalam pandangan kedua penulis adalah pemicu (trigger) bagi penataan dunia baru di segala aspek. Bukan karena covid19 maka dunia perlu ditata sedemikian rupa. Tetapi covid membantu percepatan penataan dunia dan manusia yang hidup di dalamnya. Karena senyatanya, banyak hal yang menjadi fokus penataan, sesungguhnya sudah ada, sedang terjadi dan terus berkembang sejak beberapa dekade belakangan.
Dibuka dengan pengantar melankolis tentang Covid19 yang dipandang kedua penulis sebagai musibah tanpa banding dalam sejarah manusia, penataan akbar didorong terjadi pada berbagai aspek kehidupan. Namun jika semua aspek itu diperas menjadi satu saja maka inisiasi bermuara pada aspek ekonomi-bisnis dunia baru.
Covid19 menempatkan masyarakat dan individu pada masa paling menantang yang dihadapi lintas generasi. Kejatuhan itu menyebabkan banyak hal mungkin berubah selamanya. Covid menciptakan gangguan proporsi monumental ekonomi serta bahaya lainnya dalam bidang politik, sosial dan geopolitik. Covid19 juga meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan serta memperluas jangkauan teknologi dalam kehidupan manusia. Pendek kata, dunia memerlukan penataan komprehensif pasca covid19.
Satu-satunya hal yang tidak dapat dijangkau oleh inisiasi penataan akbar itu adalah waktu. Waktu jualah yang menyebabkan tulisan ini ada. Waktu yang mengatasi ruang, tetapi pada saat yang sama juga dibatasi oleh ruang. Pada saat ruang membatasi waktu,karya fenomenal Schwab dan Malleret hadir seolah panacea atas seluruh masalah. Tetapi pada saat waktu tidak dapat dibatasi oleh ruang, karya itu patut dipandang sebagai konsepsi yang harus dikritisi, diberi catatan pendamping, atau paling tidak, dibaca dengan psikologi yang berbeda.
Konsepsi Kerangka Kerja
Schwab dan Malleret memulai paparan mereka tentang penataan akbar dengan mengajukan tiga postulat sebagai soko guru tata dunia baru. Ketiga postulat itu adalah kesalingtergantungan (intependency), kecepatan (velocity) dan keserbarumitan (complexity). Ketiganya disebut kerangka kerja dunia abad 21.
Kesalingtergantungan (interdependency) manusia di abad 21 ditunjukan oleh konektivitas sistemik mendalam dimana semua risiko saling berpengaruh dalam interaksi jejaring yang kompleks.
Sebagai produk sampingan globalisasi dan teknologi, kesalingtergantungan didefinisikan sebagai dinamika ketergantungan antar unsur pembangun sistem. Pada dunia hyperconnected sekarang ini, kesalingtergantungan sudah pada tahap steroid (p.13). Covid19 mendorong pendefinisian ulang kondisi ini.
Jika 7,5 miliar manusia yang menghuni kapal pesiar raksasa bernama bumi, dan hanya dipisahkan oleh sekat-sekat kabin, tiba-tiba terperangkap oleh suatu virus, maka tiap orang tidak mungkin membersihkan kabinnya sendiri. Kesalingtergantungan dalam konstruksi artificial merupakan jalan keluar ketika ruang gerak individu dan masyarakat dibatasi oleh isolasi.
Kecepatan (velocity) adalah soko guru berikutnya. Kecepatan di masa kini terjadi semata-mata kerena internet. Fakta bahwa 52% penduduk dunia kini beraktivitas secara online dan terdapat 1,5 miliar telepon mengukuhkan argumen peran internet dalam mendorong kecepatan aktivitas manusia. Internet of things (IoT) hari ini telah menghubungkan 22 miliar perangkat secara real time. Mulai dari mobil, tempat tidur rumah sakit, jaringan listrik, stasiun pompa air, oven di dapur dan irigasi pertanian. Jumlah itu diperkirakan meningkat menjadi 50 miliar di tahun 2030.
Budaya manusia hari ini adalah ketergesa-gesaan. Serba cepat. Fenomena diktator urgensi. Semua serba penting. Para peneliti Microsoft mengatakan, dalam dunia persaingan kecepatan internet, yang dimaksud dengan “lebih lambat” artinya waktu yang “tidak lebih dari 250 mili detik” atau hanya seperempat detik.
Manakala jumlah kasus penularan covid19 juga mencapai kecepatan yang tidak pernah diprediksi sejak kemunculannya pertama kali di Cina, fenomena ini mengusik peradaban "diktator urgensi". Dalam kaca mata sistem, perubahan tiba-tiba dan menyeluruh hampir tidak terhindari. Penataan akbar di tingkat makro dibutuhkan segera, saat peradaban kini menghadapi kecepatan penularan virus.
Keserbarumitan (complexity) adalah soko guru terakhir. Secara sederhana, keserbarumitan dimaknai sebagai sesuatu yang tidak dipahami atau sukar dipahami. Sistem yang kompleks ditandai dengan ketiadaan hubungan antar unsur yang membuatnya secara virtual sukar dipahami. (p.18). Covid19 merupakan faktor yang rumit untuk dipahami. Pada tahun 2020 kita menyaksikan bagaimana sistem pelayanan medis yang begitu canggih di negara maju lumpuh oleh ledakan jumlah pasien akibat serangan virus.
Tata kelola sistem adaptif membutuhkan bukan saja keberlanjutan makna real time, tetapi juga kerja kolaboratif . Diperlukan segera jaringan kerja global yang mampu memantau pandemi bahkan sanggup memprediksi bencana yang mungkin muncul segera. Laboratorium di semua lokasi selayaknya mampu menganalisa strain virus baru seraya mengembangkan perawatan efektif memanfaatkan teknologi informasi.
Penataan Ulang Makro
Terdapat tiga ruang lingkup penataan akbar. Pertama adalah penataan makro yang terjadi pada enam area masing masing (a) ekonomi, (b) societal, (c) geopolitik, (d) lingkungan dan (e.) teknologi. Kedua, Penataan mikro yang terjadi pada dua area masing-masing (a) trend mikro dan (b) industri. Ketiga, penataan individual yang terjadi pada tiga area masing-masing (a) pendefinisian ulang makna kemanusiaan, (b) kesehatan mental dan kesejahteraan, dan (c) mengubah prioritas.
Penataan makro menurut Schwab-Malleret didakukan pada tiga postulat tersebut di atas. Ekonomi abad 21 berbeda dengan makna kata itu di abad sebelumnya. Pada masa dimana ekonomi dipengaruhi oleh aktivitas penerbangan antar negara, pukulan covid19 berikut protokolnya benar-benar telak menghantam dunia. Covid bahkan menghadirkan ketidakpastian ekonomi untuk jangka panjang. Kecepatan penularan virus ini telah memaksa pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan sosial (lock down) yang mendorong mati suri ekonomi di berbagai tempat.
Covid19 menyebabkan ekonomi dunia terjun bebas hingga menyentuh titik minus 4 persen. Angka pengangguran naik berlipat. Sektor jasa pelayanan yang menyumbang 80 persen pertumbuhan ekonomi negara maju pun menghadapi problem kebangkrutan. Kontraksi ekonomi akibat covid19 adalah yang terburuk dalam 100 tahun sejarah manusia.
Disrupsi mendalam akibat covid19 memberi kepada umat manusia kesempatan merefleksikan ulang apa yang benar-benar berharga. Tanggap darurat ekonomi atas pandemi mengharuskan dipilihnya kebijakan perubahan kelembagaan, dan meletakan ekonomi masa depan pada jalur yang lebih adil dan lebih hijau (p.27).
Reaksi bank sentral pasca pandemi adalah secara sistemik memotong suku bunga seraya meluncurkan program penambahan likuiditas. Namun pada saat yang sama bahaya inflasi senantiasa mengintai. Apa yang paling nyata kini adalah melemahnya peran Dollar Amerika sebagai standar nilai tukar. Dunia belum dapat berharap pada penguatan mata uang lain semisal Renminbi (Yuan) Cina. Pilihan masa depan yang rasional yaitu diterbitkannya mata uang digital oleh pemerintah. Kebijakan ini memungkinkan jarak nilai tukar antar negara lebih stabil. Dua keuntungan mata uang digital - sebagaimana promosi World Economic Forum dalam laman mereka 13 Januari 2022 adalah (1) efisiensi pembayaran antar negara dan (2) mendorong pencapaian menyeluruh potensi ekonomi pada sistem perdagangan digital.
Dalam bidang sosial, pandemi mengajarkan dunia bahwa tiap respons masyarakat menghasilkan kekuatan atau kelemahan. Penilaian umum masyarakat terhadap kekuatan pemerintah terletak pada respons sistem kesehatan mengatasi pandemi. Pandemi dalam jangka pendek telah berdampak pada kian meningkatnya ketidaksetaraan. Masyarakat berpenghasilan rendah lebih menderita secara ekonomi, lebih rentan secara kesehatan dan terancam defisiensi imun. Tetapi dalam jangka panjang, keruntuhan politik dan disintegrasi sosial menjadi niscaya. Masyarakat tanpa pekerjaan, tanpa pendapatan, dan tanpa harapan akan kesejahteraan sangat mungkin menggunakan kekerasan dalam memperjuangkan nasib mereka.
Karena itu, kebutuhan akan suatu model pemerintahan yang benar-benar kuat kini mengemuka. Pemerintahan yang mampu menciptakan sistem kesejahteraan menyeluruh pada segenap warga sekaligus berkemampuan menghadapi ancaman di masa mendatang. Teori kontrak sosial perlu dilihat dari perspektif yang baru.
Partisipasi politik yang tidak dilembagakan hingga aksi protes membutuhkan bentuk baru guna menangani masalah sosial seperti perubahan iklim, reformasi ekonomi, kesetaraan gender hingga hak-hak LGBTQ. Dalam semua hal itu, generasi muda ada di garda depan perubahan. Meski ada sebersit keraguan tentang peran mereka selaku katalis bagi penaataan akbar (p.43). Secara factual peran generasi muda meningkat di seluruh dunia seiring revolusi media sosial.
Dalam hal geopolitik, respons pemerintah negara dalam lingkup nasionalisme menjadi sebab lambatnya penanganan pandemi. Suatu pemerintah global kini dibutuhkan.
Global dalam semua bentuk maknanya. Suatu negara raksasa yang mengacu pada pertukaran nilai luhur antar bangsa, pelayanan masyarakat, keuntungan kapital bahkan data. Kata yang tepat mungkin adalah tata kelola global. Kata yang bermakna kerjasama aktor transnasional menanggapi masalah global termasuk institusi, kebijakan, norma, prosedur dan inisiasi (p.47).
Dalam hal lingkungan, risiko global di masa datang adalah perubahan iklim (climate change) serta keruntuhan ekosistem. Hubungan antara covid19, perubahan iklim dan keruntuhan ekosistem sukar untuk dikonstruksikan. Namun memahami bahwa penyakit zoonosis merupakan penyakit yang ditularkan hewan pada manusia, maka para ahli dan konsevasionis sepakat, itu berasal dari deforestasi. Akibat hutan sebagai lingkungan hewan semakin dihancurkan, risiko interaksi antara manusia dan hewan terkontaminasi semakin tinggi. Hutan yang hancur juga merupakan penyebab perubahan iklim. Kerusakan hutan sebagai masalah lingkungan berakar pada persoalan sosial ekonomi manusia. Ketika covid19 teratasi, fokus global atas masalah lingkungan selayaknya adalah perubahan iklim.
Penataan akbar teknologi merupakan kelanjutan dari apa yang sudah ada di dunia modern. Digitalisasi. Kecerdasan buatan (artificial intelligent) kini ada di sekitar kita. Drone, pengenal suara dan penerjemah perangkat lunak adalah sedikit contoh. Perangkat telepon pintar hari ini memungkinkan manusia melakukan aktivitas apa saja.
Dalam bidang biologi sintesis, inovasi genetika kini memimpin terobosan perawatan kesehatan. Bioteknologi memang belum mampu menghentikan wabah. Tetapi inovasi baru telah memungkinkan disusunnya urutan genom virus corona jauh lebih cepat berikut diagnose yang lebih efektif. Selain itu, bioteknologi yang menggunakan platform RNA dan DNA memungkinkan pengembangan vaksin yang lebih cepat. Teknologi ini juga memungkinkan hadirnya pengembangan perawatan bioteknologi baru (p.62).
Transformasi digital dalam bentuk teknologi "pengawasan dan pelacakan kontak" telah membantu mengatasi pandemi. Meskipun bukan tanpa tantangan. Para sastrawan dan ilmuan memperingatkan bahaya dystopia manakala “kapitalisme pengawasan” (surveillance capitalism) merampas ruang privasi manusia atas nama data.
Yuval Noah Harari mengingatkan pilihan fundamental yang harus diambil umat manusia antara “kapitalisme pengawas” dan pemberdayaan warga negara. Teknologi pengawasan kini dikembangkan secara cepat. Apa yang sepuluh tahun silam merupakan fiksi kini hanyalah berita basi.
Kita sadari, pemerintah meminta setiap warga negara menggunakan gelang biometric untuk memantau suhu tubuh dan detak jantung 24 jam sehari. Data pemantauan dikumpulkan dan dianalisis alogaritma pemerintah. Alogaritma yang memungkinkan pemerintah tahu bahwa anda sakit - atau sehat - sebelum anda mengetahuinya.
Mereka tahu anda berada dimana sebelumnya, siapa yang anda temui. Rantai infeksi akan segera menjadi pendek….Jika anda dapat memantau suhu tubuh, tekanan darah, dan detak jantung seseorang, maka anda juga dapat mengetahui penyebab dia tertawa, menangis, juga marah…Bayangkan Korea Utara di tahun 2030, saat semua warga negara menggunakan gelang biometric 24 jam. Pemimpin besar Korea Utara pasti mengetahui jika anda memarahinya saat mendengarkan ia berpidato - meski anda sama sekali tidak mengekspresikannya.
Penataan Ulang Mikro dan Individual
Penataan ulang mikro terjadi di lingkup industri dan perusahan. Sejumlah adaptasi teknologi juga telah dilakukan oleh dunia usaha. Bidang usaha seperti jasa hiburan, traveling atau penginapan tidak mungkin lagi mengharapkan situasi bulan madu seperti sebelum pandemi. Sementara sektor manufaktur dan makanan berupaya menemukan cara penyesuaian. Transformasi digital kini merupakan mantra dunia usaha. Pembatasan kontak fisik selama pandemi memungkinkan proses digitalisasi sektor ini berjalan cepat.
Pasca pandemi, diperkirakan terjadi tuntutan peningkatan upah dan perlindungan sosial pekerja yang mendorong perubahan regulasi standar minimum. Perusahan mungkin akan membayar pajak lebih tinggi juga diwajibkan mendukung berbagai bentuk pendanaan pemerintah. Perusahan yang memperhatikan isu lingkungan, sosial dan tata kelola (environmental, social and governance:ESG) akan didorong menjadi tolok ukur kapitalisme di masa depan.
Faktor unik yang patut diperhatikan oleh dunia usaha adalah perubahan perilaku manusia pasca pandemi. Beberapa dari perilaku itu mungkin saja akan menjadi perilaku permanen. Salah satu perilaku yang paling mudah diamati adalah “layanan online”. Lock down mengajarkan pada masyarakat bahwa segala kebutuhan dapat mereka peroleh dari rumah melalui perangkat komunikasi mereka. Ini selayaknya direspons dunia usaha.
Daya tahan merupakan factor berikut yang perlu diperhatikan. Kebanyakan usaha runtuh selama pandemi. Tetapi mereka yang secara alami mampu bertahan memiliki potensi menundukan krisis, bahkan menemukan peluang saat mayoritas mengalami kejatuhan. Tiga jenis industri yang akan berkembang pasca pandemi adalah big tech, kesehatan dan kebugaran.
Pada level pribadi, pandemi dan semua bencana alam lain, memberi kesempatan bagi manusia menampilkan rasa solidaritas serta kepedulian untuk keluarga, kerabat, lingkungan bahkan masyarakat. Manusia saling bergandengan tangan menghadapi krisis. Sikap egois menjadi rapuh. Rasa malu untuk tidak mempedulikan sesama menjadi standar moral umum. Kondisi sulit seringkali menghadirkan pilihan hitam-putih dan penyederhanaan solusi. Kondisi yang cocok untuk para penyokong teori konspirasi, penyebar hoax dan penebar permufakatan jahat. Dalam konteks seperti ini, kita harus mencari pemimpin yang kita percaya dan orang yang memiliki otoritas jelas. Merekalah yang harus kita dengar.
Covid19 mungkin menimbulkan masalah kesehatan mental masyarakat yang dalam dan lebih luas. Tetapi pada saat yang sama covid tidak menata ulang isu kesehatan mental, melainkan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan mental. Covid, mempercepat tumbuhnya kesadaran publik akan masalah lain yang jauh lebih besar (p.93).
Covid mengalamatkan tiga hal penting terakhir dalam penataan ulang individu: mengubah prioritas, kreativitas dan perhatian akan waktu. Sekarang saatnya kita meneliti ulang apa yang menjadi prioritas pribadi dan masyarakat. Apakah kini kita tahu apa yang sungguh penting bagi kita? Pandemi mendorong tiap individu memberikan respons dengan tindakan maupun upaya yang kedengarannya marginal, tetapi memiliki dampak luar biasa. Itulah kreativitas. Kreativitas merupakan kunci kehidupan di masa mendatang.
Terakhir, tentang waktu. Pandemi menghadirkan pada sebagian kita rasa terjebak dalam waktu. Ketika isolasi menahan orang di rumah. Pasien menjalani perawatan di rumah sakit. Waktu terasa begitu lama. Tetapi kita hidup di masa dimana kecepatan adalah kunci. Setelah pandemi, kita perlu menata ulang pandangan kita tentang waktu. Bagaimana kita menghargai waktu yang serba terbatas untuk mencapai kebahagiaan tertinggi.
Apa yang kita konsumsi yang mempengaruhi kondisi kesehatan, ada pada dapur kesadaran kita. Selama pandemi kita belajar bahwa pembatasan sosial, mencuci tangan dan mengenakan masker adalah standar yang menjaga kesehatan kita. Dua hal berikut yang juga penting guna menjauhkan kita dari virus yakni imunitas dan peradangan. Peluang kita melawan virus adalah meningkatkan kekebalan dan menekan peradangan. Itulah standar kesehatan kita di masa datang. Standar itu ditentukan dari pilihan konsumsi kita.
Kritik Konseptual dan Praksis
Membaca buku monumental ini di tahun 2020, dan membacanya ulang di tahun 2022 memberi dampak psikologis berbeda. Persis seperti gambaran Schwab-Malleret, covid19 memunculkan ketahanan mental manusia atas kesulitan. Kritik terhadap buku ini dalam bentuk catatan kaki sama persis seperti ungkapan Karl Marx terhadap para pengkritik Das Kapital. Para pengkritik hanyalah tikus yang mencoba menggigit tembok konseptual.
Kurang lebih seperti itu. Namun menyimak baik baik tiga postulat penataan akbar, rasanya ketiganya perlu direvisi. Pilihan istilah kesalingtergantungan (interdependency) nampaknya berbasis pada psikologi elit yang lebih melihat kelemahan umum. Psikologi mana membawa dampak luas saat penulis memaparkan masalah berikut usulan rekomendasinya.
Pilihan kata yang tepat semestinya kesalingterhubungan (interconnectivity) yang menampilkan potensi tiap sub bagian yang membentuk sistem. Jika postulat pertama adalah kesalingterhubungan maka bangun konsep yang berdiri di atasnya selayaknya bukan jejaring tetapi nilai sosial. Jejaring hanyalah media untuk menghubungkan potensi-potensi yang saling terpisah.
Postulat kecepatan (velocity) lebih merupakan refleksi terhadap psikologi massa perkotaan dan sejatinya adalah produk sampingan dari modernisasi. Pilihan postulat terbaik semestinya akurasi (accuracy) yang menunjukan kualitas atau kondisi yang benar. Dalam konteks dunia modern, kecepatan hanyalah metode. Akurasi adalah dasar nilai. Dunia usaha membutuhkan pengambilan keputusan cepat, tetapi tanpa informasi akurat, kecepatan justru kontraprestasi. Dalam ilmu pengetahuan, kecepatan tidak dibutuhkan. Akurasi data, akurasi analisis dan akurasi keseimpulan jauh lebih berharga.
Postulat keserbarumitan (complexity) juga tampaknya merupakan ide yang dipaksakan. Dunia modern yang ditopang oleh teknologi informasi dan kesalingterhubungan semestinya memudahkan apa yang semula rumit. Pilihan diksi konsepsional semestinya kenyamanan (convienency). Karena jika teknologi telah melakukan penetrasi atas begitu banyak ruang hidup manusia, untuk apakah makna keserbarumitan?
Jurgen Habermas (1964) dalam konstruksi teori komunikasi mengajukan konsep tentang ruang publik sebagai ruang dimana kepentingan pasar, pemerintah, dan masyarakat dapat saling bersentuhan. Konsep berusia empatpuluhan tahun ini tampak lebih mendasar dari apa yang dikemukakan Schwab-Malleret. Ruang publik memungkinkan tiap aktor memiliki peran dalam dalam apa yang kita sebut masyarakat. Tidak ada dominasi. Kesetaraan adalah kunci. Komunikasi bukan untuk menaklukan, tetapi untuk membagi pengetahuan.
Jika semua inisiasi penataan akbar Schwab-Malleret diubah postulatnya dan diletakan dalam konsepsi ruang publik Habermas, maka covid19 akan dibaca bukan sebagai bencana global, tetapi sebagai persoalan dimana tiap ruang publik memiliki wacananya. Dunia tidak membutuhkan sebuah penataan fundamental atas semua aspek kehidupan, karena masalah tiap komunitas berbeda-beda. Pengalaman orang di tengah kota Washington tidak bermakna apa-apa untuk komunitas masyarakat adat Badui yang tidak pernah menyaksikan televisi.
Karenanya, kesadaran moral, pilihan kebijakan, keputusan usaha, tidak perlu sama untuk semua bangsa. Televisi dan media telah menjadi rumah bagi apa yang disebut “sains masa” oleh peran mereka memberitakan bencana covid19 dan membentuk wacana pandemi global. Publikasi angka penderita. Ekspos jumlah kematian. Semua memenuhi ruang pemirsa setiap hari. Mulai dari televisi dan media internasional hingga lokal. Tetapi media yang sama tiba-tiba beralih di awal tahun 2022 menjadi pusat pemberitaan konflik Rusia-Ukraina. Kisah covid19 yang bermutasi dalam banyak varian seakan lenyap. Di sisi lain, para pemuda sebagai katalais perubahan melalui pemanfaatan media sosial kini mengganti gambar “saya sudah divaksin”dengan memasang "bendera Ukraina" pada akun mereka.
Ketidaktepatan pilihan postulat juga menjadi sebab dari perudungan saintis, pemecatan para dokter dan tenaga medis, serta pembredelan dan disklasifikasi. Terlalu banyak sensor yang membatasi masyarakat memperoleh informasi tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Sains covid19 pada akhirnya adalah sains yang dipagari elitisme dan restriksi. Sama persis dengan postulat buku ini yang elitis. Bukan itu saja, sains justru ditawan oleh kepentingan politik dan komersialisasi jurnalisme.
Pada semua yang disebut Schwab-Malleret, pertanyaan yang tersisa adalah apakah covid19 adalah trigger untuk menata ulang dunia, ataukah covid19 diciptakan untuk inisasi penataan itu? Sains membutuhkan waktu untuk pembuktian postulat apapun. Selama tiga tahun, sains covid tidak berhasil menjelaskan dari mana datangnya virus, bagaimana ia bermutasi, apa perbedaannya dengan virus lain. Kecepatan (velocity) adalah penyebab dari patalogi sains covid. Karena alasan kecepatan informasi, waktu yang dibutuhkan sains untuk menyodorkan data dan kesimpulan valid diintrodusir televisi dan media. Ironis bahwa ilmu pengetahuan yang indah merunduk di bawah hingar bingar komersialisasi berita.
Televisi dan media jugalah yang mengaduk psikologi masa dengan menentukan kepada siapa mereka harus menyandarkan kepercayaan terhadap setiap informasi. Alih-alih mendapatkan kebenaran, masyarakat justru tenggelam dalam politisasi. Informasi media tidak membentuk pengetahuan. Informasi media membentuk framing dan labelling.
Bagi Schwab dan Malleret, covid merupakan bencana kesehatan paling tragis yang pernah ada. Bagi para saintis, covid justru menjadi bencana bagi ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan kini ditata menjadi elitis, komersial, rumit, cepat dan tergantung pada politk. Beruntung bahwa penataan akbar tidak mampu menjangkau waktu.
Waktu, baik saat ia mengatasi ruang atau pun saat ia dibatasi oleh ruang, adalah hakim yang adil. Ia sejatinya adalah perempuan yang menutup kedua matanya seraya menusuk pedang pada dia yang jahat dan memberi keadilan pada dia yang benar. Ada banyak sekali hal teknis terkait konsepsi dan inisiasi kedua penulis, yang perlahan, satu demi satu harus dikaji ulang dan dikritisi, bukan saja di level bacaan dan wacana, tetapi juga dalam implementasi kebijakan pemerintah demi kemaslahatan masyarakat.
Referensi.
Hohendahl, Peter and Patricia Russian. Jurgen Habermas:The Public Sphere (1964). Duke University Press. 1974.
Schwab, Klaus and Thierry Malleret. Covid-19: The Great Reset. Forum Publishing. 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H