Mohon tunggu...
Rooy John
Rooy John Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma Orang Biasa

God gave me a pair of wings Love and Knowledge With both, I would fly back home to Him

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bumi Ini Cakram Datar, Bukan Model Bulat Bola

28 Februari 2022   17:15 Diperbarui: 28 Februari 2022   17:18 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru Bisma masih menatap televisi di ruang makan keluarga. Bu Sri, istrinya belum juga kembali dari arisan ibu ibu RT. Menunggu memang membosankan. Apalagi menunggu untuk acara makan malam. Perut Guru Bisma sudah mulai mengeluarkan suara suara misterius seperti bunyi gelombang di pantai selatan. Tangannya terus menekan tombol menggeser satu demi satu chanel televisi. Perasaan tidak ada acara yang menarik. Cadangan kesabarannya makin menipis setelah menunggu istrinya lebih dari dua jam.

Tok, tok, tok! Suara pintu diketuk. Guru Bisma berjalan ke arah pintu dan membukanya. Senyum manis sang istri menyambut di saat daun pintu terbuka lebar. "Lama benar arisannya, Bu," suara Guru Bisma rendah. Bu Sri tidak menjawab tetapi langsung memeluk sang suami. "Maaf. diskusinya berat."

Bu Sri berjalan ke arah meja lalu duduk di kursinya. Guru Bisma menyusul setelah menutup pintu. Keduanya memulai acara makan malam dengan melafal sepotong doa lalu tenggelam dalam percakapan keluarga sebagaimana ritual harian. Makan malam memang ritual keluarga. Meski sarapan pagi bersama terlewat karena Guru Bisma biasanya berburu waktu mengajar. Atau makan siang bersama yang hanya terjadi di hari libur. Makan malam bersama adalah ritual. Sakral. Di atas meja makan keluarga yang selalu menghadirkan semangkok nasi dan sepiring tempe goreng ini, sebagian besar masalah keluarga dipecahkan.

"Tumben, arisannya lama sekali. Apa karena arisan awal tahun?,"tanya Guru Bisma sambil menjulurkan garpu ke piring berisi tempe goreng.

"Materi diskusinya berat, Pak,"jawab Bu Sri setelah menelan makanannya.

"Diskusi apa?", Guru Bisma menyelidiki.

"Diskusi bumi."

"Diskusi bumi apa? Pemanasan Global? Perubahan iklim? Walah, ngapain arisan ngurus hal hal semacam itu, Bu.

Bu Sri menggeleng. "Bukan,Pak. Diskusi bumi ini datar, bukan bola".

Gravitation doesn't - prove anything.

"Hah? Ada ada saja. Ini bagaimana ceritanya arisan ibu ibu RT bicara bumi datar? Sudahlah, itu kisah lama. Bumi kita ini bulat, Bu. Berputar pada porosnya dalam masa rotasi 24 jam. Bumi ini bersama sama dengan planet lain dalam galaksi Bima Sakti berputar mengelilingi matahari. Lamanya waktu bumi berevolusi adalah 365 hari," Guru Bisma berapi api.

"Kalau bumi berbentuk bola, kenapa kita tidak jatuh. Padahal letak Indonesia di bagian bawah bola bumi," Bu Sri menangkis.

"Itu karena gravitasi, Bu. Gravitasi itu gaya tarik bumi. Seperti magnetlah."

"Kalau gravitasi seperti magnet, mengapa air laut tidak tumpah ke angkasa?"

"Maksudnya?,"Guru Bisma menghentikan makan. Ia mulai was-was terhadap jawabannya sendiri.

"Magnet kan tidak bisa menarik benda selain besi, Pak. Air laut tidak bisa ditarik magnet. Cobalah Bapak buktikan sendiri. Taruh air laut di Waskom. Letakan magnet di atasnya. Ada gak air laut yang melekat di magnet?"

Guru Bisma terdiam.

Bu Sri menatap suaminya sambil mengunyah tempe goreng di mulutnya.

Pembicaraan tentang bumi datar selesai di meja makan. Guru Bisma dan Bu Sri menyelesaikan makan. Setelahnya keduanya saling membantu membersihkan piring makan, sendok, garpu dan gelas. Demikian juga keduanya merapikan meja makan. Saat ketiga anaknya tidak datang berkunjung membawa keluarga mereka, rumah itu tetap sepi kecuali oleh aktivitas Guru Bisma dan Bu Sri.

Begitulah takdir orang tua. Melahirkan anak anak. Membesarkan anak-anak dan menyekolahkan mereka. Setelah mereka bekerja dan berkeluarga, mereka akan meninggalkan orang tua dan ikut keluarga mereka masing masing. Rumah akan ramai pada saat hari perayaan. Setelahnya sepi kembali.

Horizon mechanism paradigm.

Biasanya setelah makan malam, Guru Bisma akan keluar duduk di teras rumah, sambil memandang langit malam. Tetapi tidak malam ini. Ia memilih menemani istrinya di depan TV.

"Bu, bumi itu bulat lho. Ilmu pengetahuan membuktikan itu. Nanti Ibu dan semua ibu-ibu RT dibilang melawan ilmu pengetahuan," suara Guru Bisma terdengar meragu.

"Buktikanlah, Pak. Kalau bumi bulat," Bu Sri menggoda.

Guru Bisma memandang istrinya dengan serius. Takut jika istrinya terkena doktrin kelompok tertentu yang membahayakan. "Hmmm....kalau Ibu pergi ke tepi pantai dan memandang ke tengah laut, mungkin kalau beruntung akan tampak sebuah titik, yang setengah jam kemudian makin jelas bentuknya, dan satu jam kemudian melihat kapal niaga raksasa. Itu terjadi karena bentuk kurvatur atau lengkungan bumi kita. Itu buktinya bahwa bumi kita ini berbentuk bola," jawab Guru Bisma mantap.

"Bukan, Pak,"Bu Sri tersenyum. Itu namanya perspektif. Sebuah benda di kejauhan akan terlihat seperti titik. Semakin dekat semakin terlihat. Jika Bapak tidak melihat dengan mata telanjang, tetapi dengan teleskop, benda titik itu akan terlihat jelas sebagai kapal. Bumi tidak berbentuk bola. Bumi berbentuk cakram yang datar, Pak."

Sekarang Guru Bisma merasa terpojok. Ia berdiri, menggulung  kain sarungnya sedikit dan meraih kopi dari meja makan. Kembali ia datang menghampiri istrinya. "Jika bumi datar, bagaimana Colombus bisa berlayar dari Spanyol ke Amerika dan kembali lagi ke Spanyol?."Guru Bisma menyelidiki.

"Karena bumi datar ini berbentuk cakram. Sebuah lingkaran flat. Kalau kita terbang dari Jogja ke arah timur maka kita akan menemui Bali, Papua, Kepulauan Hawai, Amerika, Afrika, India, Jakarta, kembali lagi ke Jogja. Itu karena bumi adalah lingkaran cakram datar, "Bu Sri menjawab tenang.

"Kalau bumi berbentuk cakram begitu, dimana arah timur, barat, selatan dan utara?,"Guru Bisma menantang.

"Posisi utara bumi, ada ditengah. Di kutub utara. Jadi kutub utara adalah pusat cakram bumi. Kutub selatan ada di tepi cakram. Kutub selatan adalah gunung es yang melingkari seluruh bumi. Barat dan timur adalah posisi dari mana terbit dan terbenam matahari," jawab Bu Sri santai.

"Kalau utara di tengah dan selatan di tepi cakram bumi, bagaimana matahari terbit dan terbenam di bumi?,"Guru Bisma semakin ragu.

"Terbit dan tenggelam matahari dan bulan persis seperti peristiwa kapal yang kita lihat di tepi laut. Hanya soal perspektif. Dalam matriks perspektif kita mengenal konvergent dan difergent.  Horizon adalah batas pandang. Saat matahari terlihat di batas pandang kita akan menyebutnya hadir, muncul atau terbit. Saat ia berada sejajar maka ia terlihat di atas kita. Itu puncak kovergent. Matahari akan terus bergerak hinggi hilang di horizon kita. Kita menyebutnya ternggelam, terbenam, atau apa saja.

Pada saat matahari tiba di batas horizon kita dan tenggelam, ia sebenarnya bergerak pada ruang matrik pengamat lain atau difergent. Begitu seterusnya matahari bergerak di bumi kita,"jawab Bu Sri mantap.

"Maksudnya matahari sebenarnya tidak pernah terbit dan tenggelam begitu?,"tanya Guru Bisma.

"Memang iya, Pak. Matahari juga bulan tidak pernah tenggelam dan tidak pernah terbit. Keduanya berputar di atas bumi kita. Pada saat matahari yang memiliki sinar lebih besar tiba di sebuah lokasi, maka akan terjadi siang. Sebaliknya pada saat bulan tiba di lokasi itu, kondisinya akan malam.

Eclipse phenomena.

Bu Sri mengecilkan suara televisi. Ia berjalan ke arah meja makan. Diambilnya piring dan tudung saji kecil. Ia meletakan piring di bawah tudung saji. Kemudian Bu Sri mengambil dua gelas plastic berukuran berbeda dan meletakan di atas tudung saji. Gelas yang besar diletakannya pada posisi berlawanan dengan gelas kecil di atas tudung saja. Ia berdiri di tepi meja kursi tamu dan mulai menerangkan.

"Bapak lihat. Bumi kita stasionari. Tidak pernah bergerak ke mana pun. Sementara matahari dan bulan beredar di atas kubah bumi. Seperti kedua gelas ini yang bergerak di atas tudung saji dengan gerakan searah jarum jam".

"Bulan selalu mengambil posisi berseberangan dengan matahari. Keduanya bergerak pada pola angka delapan yang berlawanan bentuk. Pola angka delapan itu disebut Analemma. Solar Analemma dan Lunar Analemma. Waktu yang diperlukan matahari untuk bergerak pada lintasannya mengelilingi kubah bumi adalah 24 jam. Sementara waktu yang diperlukan bulan adalah rata rata 25 jam."Bu Sri menerangkan sambil memperagakan gerak gelas plastic.

"Rasanya gak mungkin deh. Kalau mereka bergerak di atas bumi statis, bagaimana terjadi gerhana?."sanggah Guru Bisma.

"Kita diajarkan bahwa gerhana terjadi karena posisi bumi, bulan dan matahari berada pada sat ugaris seperti ini," Bu Sri memposisikan kedua gelas sejajar dengan tudung saji. "Andai kita berpikir bahwa ukuran matahari adalah ribuan kali besar bulan, maka sebenarnya gerhana matahari total tidak terjadi. Padahal itu terjadi."

"Benar juga sih,"angguk Guru Bisma. Bu Sri tersenyum menang.

"Bulan dan matahari sebenarnya berukuran hampir sama. Letaknya juga hanya di atas kubah bumi. Tidak sejauh yang diajarkan di sekolah. Bagaimana gerhana terjadi? Gerhana terjadi pada saat bulan dan matahari berada pada satu titik tertentu di suatu lokasi. Kita ingat bahwa waktu perputaran bulan adalah 25 jam dan waktu matahari adalah 24 jam. Pada satu titik di suatu saat, posisi keduanya akan saling bertemu. Pada saat itulah terjadi gerhana. Gerhana matahari adalah posisi pertemuan bulan dengan matahari pada siang hari. Gerhana bulan adalah posisi pertemuan matahari dan bulan pada malam hari. Semuanya bisa dihitung dengan menghitung waktu edar.

Para astronom dari masa lampau sudah memiliki hitungan waktu terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari. Baik gerhana total maupun sebagian. Hitungan itu tepat dan diacu sampai hari ini. Kalau Bapak mau ikut menghitung, Bapak bisa lho menentukan waktu terjadinya gerhana sampai seratus atau seribu tahun ke depan," Bu Sri menggoda.

Guru Bisma memandang istrinya terheran-heran. Bagaimana mungkin istrinya dalam sekali arisan RT bisa mengubah semua pandangannya tentang dunia? Apakah yang telah terjadi dengan istrinya? Apakah uang kebutuhan rumah tangga bulan kemarin kurang?

Season and Stars Formation

"Bagaimana musim terjadi jika matahari dan bulan beradar di kubah bumi datar?." tanya Guru Bisma.

"Musim di bumi terjadi karena matahari bergerak dari satu garis balik, ke garis balik lainnya. Juga bergerak dari satu titik terjauh matahari yang satu ke titik terjauh matahari lainnya,"Bu Sri menerangkan.

Bu Sri mengambil alat tulis dan kertas. Lalu ia menggambar tiga lingkaran berbeda ukuran. Lingkaran kecil di tengah yang diberinya nama "Tropic of Cancer". Lingkaran yang lebih besar di tengah yang diberinya nama "Equator". Lingkaran paling besar di luar dua lingkaran sebelumnya yang dinamainya "Tropic of Capricorn".

Bu Sri menunjukan gambarnya kepada Guru Bisma. "Ada dua garis balik. Pertama, garis balik utara atau Tropic of Cancer yang sejajar dengan lintang 23 derajat 26 menit 11,1 detik di utara katulistiwa. Kedua, garis balik selatan atau Tropic of Capricorn yang sejajar dengan lintang 23 derajat 26 menit 22 detik. "

"Demikian juga ada dua titik terjauh (solstice) yaitu titik terjauh selatan, ketika matahari mencapai titik terjauh di selatan garis katulistiwa. Serta titik terjauh utara, ketika matahari mencapai titik terjauh di utara."

Mata Guru Bisma tidak lepas dari gambar di tangan istrinya. Ia memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan istrinya. Sementara Bu Sri makin bersemangat. 

"Begitulah musim terjadi di bumi. Pada bulan Januari hingga Maret matahari berada pada titik balik selatan. Pada Maret hingga April matahari ada di lingkar garis katulistiwa. Pada bulan Mei hingga Juli matahari ada di titik balik utara. Pada bulan Agustus hingga Oktober, matahari kembali ke garis edar katulistiwa. Matahari meneruskan perjalanannya ke titik balik selatan pada November hingga Desember."

Bu Sri menutup penjelasannya. Ia meneguk sedikit air karena suaranya kini berubah agak parau. Terlalu bersemangat istri Pak Guru Bisma menerangkan.

Guru Bisma hanya diam memperhatikan istrinya.

"Sebentar, satu lagi!," suara Guru Bisma bersemangat.

"Apa lagi Pak?," suara Bu Sri menggoda.

"Kita tidak bisa menggugurkan teori gravitasi begitu saja. Karena pasang naik dan pasang surut terjadi oleh gravitasi bulan." mata Guru Bisma berbinar menang.

Bu Sri tersenyum. "Itu tidak terjadi Pak. Air kolam tidak pasang dan surut. Air danau tidak pasang dan surut. Andai Bapak perhatikan baik, tidak semua laut di bumi mengalami pasang dan surut. Ada laut bahkan tidak pernah mengalami pasang surut. Jadi mengapa terjadi pasang surut? Pasang naik dan surut terjadi karena resonansi gelombang. Gelombang yang menghempas ke pantai dipantulkan bermil-mil jauhnya yang menyebabkan pasang naik dan pasang surut terjadi. Jadi pasang naik dan pasang surut tidak terjadi karena gravitasi bulan, Pak."

Guru Bisma terdiam. Ia akan membuka diskusi dengan istrinya besok hari. Tetapi malam ini ia ingin menghabiskan waktu lebih lama di teras memandang bulan di malam hari. Guru Bisma beranjak ke teras meninggalkan istrinya yang tersenyum menang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun