Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Supaya Tidak Dijebak Oleh Waktu

22 Juni 2016   12:31 Diperbarui: 22 Juni 2016   12:34 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Waktu adalah bagaikan pisau bermata dua. Akan bernilai positif manakala digunakan untuk hal yang produktif, bermanfaat dan memberikan kemaslahatan. Ambil contoh digunakan untuk memotong-motong sayuran atau buah-buahan. Namun, disisi lain pisau sendiri akan bisa bernilai negatif. Manakala, digunakan untuk membunuh seseorang, alat penodong pencurian, alat tawuran antar massa dan lain sebagainya. Jika, kita telisik, orang-orang besar atau orang yang dikenal di masyarakat lahir berkat pemanfaatan waktunya secara bijak. Ambil contoh penulis produktif yang ada di Indonesia seperti Agus Mustofa ataupun Cak Nun (Emha Ainun Najib). Ukurannya mudah, siapa yang bijak dalam menggunakan waktu, akan menuai banyak karya di masyarakat. Berapa banyak karya-karya yang dihasilkan dari 2 penulis ini. 

Untuk Agus Mustofa siapa yang tidak mengenalnya ? Mengusung tageline ‘’tasawuf modern’’. Beliau hadir di tengah masyarakat dengan berbagai macam ide yang dituangkan dalam bentuk serial buku Islam yang renyah dan ringan untuk dibaca. Dalam bukunya, dijelaskan bahwa beliau berkomitmen akan senantiasa membuat karya buku setiap 3 bulan sekali. Bahkan buku yang ia buat sebanyak beberapa buku. Total sudah puluhan buku sudah ia buat wajar jika di zaman Presiden SBY dia mendapatkan sanjungan dari Bapak Mantan Presiden RI itu sebagai penulis produktif Indonesia.

Selanjutnya adalah Cak Nun, tidak kalah produktifnya ia adalah seorang kyai, sekaligus budayawan sekaligus seniman maupun cendekiawan. Ya, banyak sebutan yang dilekatkan pada beliau penyebabnya dikarenakan memang banyak karya yang telah beliau berikan di masyarakat. Membuat tembang bersama kyai kanjeng, melakukan pertunjukan seni teatrical, membuat dan membentuk jamaah, sampai membuat pantun, cerpen, sajak semuanya dituang dalam sebuah pena. Tapi, perlu diingat bahwasannya produktif tidak harus menjadi seorang penulis. Pada prinsipnya produktif tidak produktif ukurannya mudah yaitu karya yang sudah kita buat untuk masyarakat. Entah apapun profesi kita guru/dosen, seniman, pejabat pemerintahan, pegawai swasta dan masih banyak lainnya, ukurannya adalah apa karya yang sudah kita berikan. 

Ambil contoh misalkan menjadi seorang guru/dosen, ukuran produktifitasnya bisa jadi adalah seberapa banyak konsep/ide yang sudah ia buat atau yang sudah ia tuliskan tentang dunia kepengajaran. Berapa banyak bacaan yang sudah ia serap, cari informasi, wawasan keilmuan dalam rangka meningkatkan kualitas diri, berapa banyak siswa yang sudah ia ajar secara berkualitas bukan hanya sekedar transfer of knowledge saja. Pun termasuk berapa banyak waktu dalam sehari yang ia usahakan dalam rangka ia menjalankan aktifitas kependidikannya. Seperti mencari topik, membaca bahan-bahan kepengajaran atau bahkan jika perlu melakukan riset / penelitian yang diperlukan dalam rangka memajukan dunia akademisi / pendidikan yang ada di Indonesia. Jikalau ternyata didapatkan, ternyata kesimpulannya adalah lebih banyak waktu yang memang ia abdikan untuk meningkatkan kualitas dirinya, dengan melakukan hal-hal diatas.

Bahkan, ternyata hitung-hitung matematisnya jika dalam sehari terdapat 24 jam. Ia gunakan setengahnya untuk kegiatan yang ada di profesi/karirnya. Maka, dititik ini bisa kita katakan bahwa ia menjadi seseorang guru yang produktif. Namun, jikalau ternyata waktu yang tidak berhubungan dengan karirnya ternyata tidak lebih banyak dibandingkan waktu yang ia usahakan untuk keluarganya, mengurusi bisnisnya atau bukan jam tidak mengajarnya. Maka bagi saya, guru ini bisa dikatakan belum produktif. Ukurannya tetap sama karya yang memberi manfaat untuk masyarakat .Kita pun juga bisa belajar dari sejarah Rasulullah Saw. Beberapa pengamat sejarah dan ulama menyampaikan kurang apa Rasulullah menjadi pribadi yang produktif di setiap langkah dan perbuatannya ? Awal kali saya mendengarkan hipotesa seperti itu, saya masih tidak mengetahui apa makna Rasulullah itu disebut pribadi yang produktif. Dimanakah kelogisannya? Saya masih kebingungan menemukannya.

Namun, setelah saya membaca sejarah perjalanan hidup beliau. Saya pun menyadari dan takjub dengan apa yang ia lakukan. Bagaimana tidak ? bagi saya menjadi hal yang mustahil seseorang manusia yang secara jasmani dan rohani wujudnya sama dengan kita sebagaimana manusia pada umumnya, bisa sukses dalam berdakwah mensyiarkan agama baru di masyarakat Arab khususnya di Mekkah dan Madinah. Hanya, dalam waktu 23 tahun saja. Bagi saya, ini adalah hal yang tidak biasa. Loh bukannya Rasul itu dibantu oleh Tuhan, lewat firman-firmannya, jadi wajar ? Memang iya, namun kita juga bisa melihat sejarah para Nabi yang lain yang terjelaskan dalam Al-Quran. Memang yang terlihat menonjol adalah Nabi Muhammad Saw. Berarti sudah di takdirkan begitu ? Bagi saya, ketetapan Tuhan itu sifatnya adalah hukum sunnatullah. Rasul bisa sukses itu bisa dikatakan memang Allah berpotensi terlibat didalamnya, namun tetap pioner dalam menuju kepada hukum-hukum kesuksesan itu adalah dikarenakan sebab perilaku Rasul itu sendiri. Dari pemanfaatan waktu ini hasilnya luar biasa. Rasul bisa disebut sebagai ulama, kyai (pemimpin agama Islam), kepala pemerintahan, ilmuwan, ahli strategi dan masih banyak lagi lainnya.

Permasalahan Yang Muncul

Masalahnya, tidak sedikit yang menyadari tentang pentingnya waktu. Khususnya, kita yaitu masyarakat Indonesia. Dari sudut pandang kita, waktu itu seakan-akan adalah sebagai sebuah kenikmatan. Terutama, ketika kita dihadapkan dengan banyaknya waktu luang. Bagi kita, hal itu seakan-akan menjadi sebuah hal yang membahagiakan. Akhirnya,reflek kita adalah menikmati waktu itu dengan cara melakukan aktifitas-aktifitas yang bisa jadi itu kurang produktif. Mengapa saya berani mengatakan demikian ? Karena, realitas itu dekat dengan kita semua. Mungkin beberapa aktifitas pribadi sayapun mengarah kehal-hal yang demikian. Pada umumnya, masyarakat kita banyak menggunakan waktu luangnya untuk memperbanyak tidur, jika tidak begitu digunakan untuk cangkrukan, atau mungkin bercengkerama dengan teman sebaya atau memainkan game apapun itu yang itu tidak ada hubungannya dengan orientasi karir atau profesinya.

Di era teknologi seperti abad ke 21 ini, pemanfaatan waktu luang lebih canggih lagi. Ada yang mungkin, waktu kita habis kita gunakan untuk mengotak-atik apa yang ada di gadget kita. Ambil contoh misalnya memainkan game yang menjadi favorit kita, atau mungkin menggunakan social media. Untuk setidaknya melihat beberapa akun media sosial yang kita miliki. Jika, tidak begitu digunakan untuk melihat profil teman-teman yang ada (teman kuliah, SMA, SMP, SD bahkan jika ingat teman Tk – pun jika kita memiliki moral ini akan dicari-cari profilnya). Adanya media online mungkin juga bisa kita gunakan untuk membaca beberapa informasi di beberapa akun media sosial. Bagi saya untuk point yang terakhir ini tidak menjadi masalah. Namun, tetap dilihat untuk apa membaca berita tersebut ? Apa kira-kira dampak positif yang dihasilkan setelah kita membaca berita/informasi yang kita cari tersebut. Dampak disini ukurannya tetap sama untuk individu dan untuk masyarakat.

Kalau kita berani objektif, fenomena penggunaan waktu secara bijak di masyarakat Indonesia ini masih kurang. Khususnya untuk kalangan remaja sebagai agen pembangun bangsa di masa depan. Banyak sekali fenomena yang menunjukkan bahwasannya aktifitas yang kita jalankan ini tidak produktif. Makna kata produktif, disini saya artikan segala aktifitas yang mengarah kedalam hal yang positif. Standard ukurannya adalah manfaat di masyarakat. Manfaat disini artinya secara nilai memang benar sesuai dengan hukum-hukum universal (hukum sunnatulahnya). 

Contohnya, seorang remaja muslim yang statusya katakanlah mungkin pelajar/mahasiwa. Ia menggunakan waktu senggangnya untuk berdakwah misalnya membuat quote motivasi islami atau membuat tulisan-tulisan yang ia sharekan di akun media sosial. Bisa juga ayat Al-Quran, hadist rasulullah atau mungkin cerita berhikmah. Atau mungkin, melakukan diskusi keilmuan melakukan pengembangan diri,misalnya teribat aktif dalam kegiatan sosial atau organisasi maupun juga keagaaman. Bagi saya di titik ini, seorang remaja muslim yang bersikap seperti itu termasuk orang yang bijak dalam menggunakan yang namanya waktu.

Budaya pemanfaatan waktu yang masih semarak dan akrab ditemui di kalangan remaja muslim adalah budaya yang tidak begitu mempergunakan waktu secara bijak, harusnya kita semua sadar bahwa waktu yang Allah berikan kita didunia ini terbatas. Artinya, kita memiliki masa hidup. ‘’Life time’’. Ibaratnya seorang teknisi barang elektronik seperti televisi, pasti dalam membuat dan menciptakan televisi tersebut akan ada masa dimana diprediksi tv ini akan mengalami kerusakan atau ‘’sudah saatnya untuk menggantinya dengan yang baru’’ sama dengan manusia atau diri ini. Banyaknya waktu luang, jangan sampai membuat kita terlena. Seakan-akan hidup di dunia ini akan abadi. 

Harusnya jika kita memiliki waktu luang yang banyak dan tidak kita orientasikan untuk hal yang positif seperti berbuat kebaikan untuk memajukan agama dan bangsa. Maka, perlu rasanya kita hayati. Lantas, saya diciptakan dan ada didunia ini sebenarnya untuk apa ? Apa tujuannku, apa cita-citaku ? Apakah aku akan berdiam diri didunia seperti ini ? Apakah aku akan senantiasa melakukan aktifitas seperti ini. Apakah aku ingin sukses ? Apakah iya, jika orang sukses itu memiliki waktu luang yang banyak ? Bagaimana sih ciri-ciri orang yang sukses itu ? dan lain sebagainya.

Penyebab Seorang Tidak Bijak Dalam Memanfaatkan Waktu

Sebenarnya jika kita telaah lebih dalam ada beberapa faktor / penyebab yang menyebabkan remaja itu tidak bijak dalam memanfaatkan waktunya.

Faktor Psikologis

Psikologis yang tidak stabil biasanya dieratkan dengan status remaja. Memang benar jika remaja di Indonesia masih kurang bijak dalam memanfaatkan waktunya. Banyak yang berpendapat bahwa ini disebabkan karena psikologisnya yang kurang matang. Sejauh yang saya ketahui, saya sependapat dengan argumen itu. Karena, seperti yang kita ketahui bersama masa remaja memang adalah masa dimana kita masih dalam tahap pertumbuhan atau perkembangan. Dimana dari aspek mental, emosi dan kecerdasan itu sendiri masih dalam tahap proses menuju kesempurnaan. Sehingga, reflek yang ditimbulkan adalah remaja akan cenderung mudah berubah-berubah perilakunya, bahkan cenderung mood-mood an, mudah bosan dlsb. Sehingga, khasnya senantiasa butuh yang namanya pelampiasan. Namun, faktanya ketidakstabilan kondisi jiwa ini tidak hanya dialami oleh remaja. Namun, juga terjadi pada orang dewasa. Karena, psikologis itu membicarakan tentang bagaimana seseorang bisa mengelola emosional dan juga spiritualnya. Biasa disebut dengan EQ dan SQ.

Tidak Mempunyai Target Yang Jelas

Menurut saya ini, juga bisa menjadi faktor yang menyebabkan seseorang tidak mengelola waktunya dengan baik atau secara bijak. Karena, hukum alamiahnya manusia itu akan tergerak manakala ada motivasi. Motivasi itu bisa berupa penghargaan bisa punichment bisa juga yang selainnya termasuk adanya target yang jelas. Pepatah mengatakan ‘’semakin tinggi cita-citamu, maka semakin sedikit waktu luangmu’’. Saya sepakat dengan pepatah ini dan jika kita pikirkan, hayati atau renungkan dengan seksama. Ini harus dimiliki oleh kita semua, khususnya mereka yang sadar bahwa dunia adalah lahan investasi untuk menuju kehidupan yang lebih indah dan kekal di masa depan. Harapan saya terkhusus untuk para remaja kita di Indonesia. Karena, remajalah yang akan meneruskan estafet kepemimpinan di Indonesia di masa yang akan datang. Yang menentukan arah dan gerak bangsa Indonesia kedepan. Mau dibuat dan dibentuk apakah bangsa ini kedepannya.

Filsafah hidupnya mengalir begitu saja

Hemat saya argumen falsafah atau prinsip hidup yang seperti ini adalah sebuah hal yang fatal jika kita jadikan pedoman hidup. Mengapa tidak ? Prinsip hidup mengalir begitu saja, wes pokoknya dijalani.  Jika kita jadikan sebagai sebuah pedoman, maka niscaya akan mengarahkan diri kita menjadi pribadi yang pasif, pribadi yang tidak mempunyai prinsip, mudah terbawa apa kata lingkungan. Pribadi yang mental dan jiwanya bisa diobok-obok dan dicecoki dari luar. Pribadi yang lemah dan pribadi yang bagi saya akan sulit menuju hukum sunnatullah kesuksesan. Banyak sekali contoh yang kita dapatkan, termasuk argumen ini masih familiar di telinga mahasiswa zaman sekarang. Misalnya, mereka yang salah masuk jurusan, salah tempat kuliah, tidak minat dengan mata kuliah atau bidang belajarnya atau mungkin pekerjaannya dan sejenisnya.

Tidak Menghayati Akan Adanya Yaumul Hisab

Inilah mungkin yang menjadi sebab utama, tidak banyak yang memungkiri bahwa seorang Nabi Muhammad Saw adalah seorang yang memiliki management waktu yang sangat hebat. Mampu merubah jazirah Arab menjadi masyarakat yang bertauhid. Jika dianalisa Itu dikarenakan, Nabi Muhammad benar-benar memiliki spirit ketuhanan yang kuat, nilai-nilai keakhiratan yang senantiasa ia pegang dengan teguh. Wajar jikalau Michael Hart akhirnya menjadikan Rasul sosok yang paling berpengaruh pertama di dunia. Kita pasti tidak asing lagi dengan pernyataannya Rasul bahwa lakukanlah 5 perkara sebelum datangnya 5 perkara yaitu waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, Hidupmu sebelum datang kematianmu.” Jika kita telisik luar biasa benar kandungan dari hadist ini. Secara tersirat makna hadist ini adalah kita harus memanfaatkan waktu dengan betul jika kita berada dalam kondisi beruntung. 

Oleh sebab itu, menurut hemat saya jika kita merasa banyak sekali waktu luang yang masih terasa, maka kita harus rajin-rajin membaca Al-Quran dan mengingat-ingat bahwasannya nantinya jiwa ini akan ditanya Allah, seluruh perbuatan kita nantinya akan dihisab atau dicatat amal kebaikan dan keburukannya. Seperti yang tertulis dalam penggalan surat Al-Haqqah 19-37 dimana disana Allah menggambarkan kondisi manusia nantinya akan terbagi menjadi beberapa golongan dalam menerima buku amalannya.

Solusi dan Penyikapannya

Sudah pasti, setiap hal yang menjadi problematika yang tidak semestinya terjadi. Kita berikan solusi atau pemecahan masalah. Ibaratnya, ini adalah sebagai nasihat bagi kita semua yang ada di dunia. Teringat akan kandungan surat An-nash disebutkan bahwa orang-orang yang merugi adalah orang-orang yang tidak mau beramal shaleh, saling menasehati akan kebenaran, saling menasehati akan kesehatan. Beberapa langkah yang harusnya kita lakukan menurut subjektif penulis adalah

1. Melakukan Penghayatan bahwa Dunia adalah jembatan menuju kehidupan nan abadi

Sama dengan postingan saya sebelumnya, yang membahas pentingnya mengetahui arti dari sebuah kehidupan. Bagi saya seseorang yang berhasil mengetahui dan menghayati makna / arti dari keberadaan kita didunia ini. Bisa memunculkan spirit yang luarbiasa besarnya. Yang akhirnya, memunculkan sikap berhati-hati dengan kehidupan dunia. Ia senantiasa tidak mau terjebak dalam kehidupan dunia ini. Efek ketika seseorang mengetahui dan menghayati keberadaan di dunia sebagai jembatan atau satu langkah mencapai kehidupan nan abadi nantinya adalah orang itu benar-benar mengetahui dan bisa merasakan dengan sendiri bahwa seberapa singkatnya ternyata kehidupan di muka bumi. Dengan begini, akhirnya ia akan senantiasa bijak dalam memanfaatkan waktunya, terutama waktu luangnya. Bahkan refleknya bagaimana caranya waktu yang ia miliki digunakan untuk berbuat kebaikan.

2. Belajar kehidupan dari Tokoh Hebat

Bagi saya, dengan belajar kehidupan dari tokoh hebat, ini nantinya juga bisa menjadi suplemen sekaligus energi untuk akhirnya membuat diri ini termotivasi untuk meniru apa yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh hebat. Tokoh-tokoh hebat disini, bisa siapapun prinsipnya yang diambil hikmah adalah mereka yang sukses dalam melakukan management waktu, sehingga memiliki banyak karya di masyarakat yang berguna dan bisa mengatasi permasalahan dan menciptakan perubahan. Contohnya : sejarah para rasul, Nabi Muhammad, Umar bin Khatab. Atau tokoh-tokoh yang memberi inspirasi kepada dunia seperti Ghandi, Nelson Mandela, Malcom X, Tjokcroaminoto dan masih banyak lagi lainnya.

3. Mempunyai prinsip hidup ‘’orang yang merugi di akhirat adalah orang yang menyia-nyiakan kesempatan atau waktunya untuk hal yang tidak berguna’’.

Kekuatan slogan atau prinsip hidup tidak boleh ditanyai lagi. Lagi-lagi seseorang yang memiliki prinsip hidup itu saya perumpamakan seperti sebuah pohon yang tidak mudah roboh oleh angin atau tidak mudah jatuh terkena terpaan angin. Karena, ditopang oleh akar yang ada didalam tanah. Kuat atau tidaknya akar menopang pohon tersebut, sama dengan teguh atau tidaknya kita dalam memegang prinsip hidup kita. Dengan memiliki prinsip hidup begini maka reflek kita adalah kita akan senantiasa untuk mengalokasikan waktu kita untuk hal-hal yang produktif. Apapaun aktifitas kita, senantiasa kita hubungkan apakah ini akan berguna untuk membangun kehidupan masyarakat ataukah tidak. Harapannya, dalam menentukan aktifitas kehidupan ini, kita juga harus hati-hati. Jangan sampai kita merasionalisasikan aktifitas kita.

4. Melakukan Perencanaan dan Kontrol Evaluasi

Karena, kita berbicara tentang langkah bijak dalam memanfaatkan waktu. Maka, itu artinya adalah kita berkeinginan bagaimana caranya agar waktu itu bisa kita kita fungsikan untuk hal-hal yang produktif. Caranya adalah dengan mengatur atau mensetting waktu itu. Kitalah yang aktif, untuk mengendalikan dan memanfaatkan waktu. Jangan justru, kitalah yang dimanfaatkan oleh waktu. Artinya, kita terlena dengan banyaknya waktu dan waktulah yang justru menghaytutkan kehidupan kita. Selain melakukan perencanaan layaknya sd dulu kita diajari mencatat jadwal sehari-hari kita dalam seminggu. Langkah berikutnya adalah melakukan kontrol evaluasi. Evaluasi ini penting, dalam langkah untuk mengetahui seberapa efektif dan efisienkah perencanaan yang sudah kita lakukan selama ini. Manfaat yang kedua, dengan mengevaluasi kita juga bisa mengukur kapasitas kita, kualitas diri dan upgrade kualitas diri ini.

5nilah beberapa langkah yang menurut saya, bisa dilakukan oleh kita dalam rangka memanfaatkan waktu kita, untuk senantiasa produktif. Bangsa besar sudah memberikan teladan kita, bahwa waktu adalah hal yang berharga. Jepang dan AS adalah 2 negara yang sangat tinggi angka produktifitasnya. Pernah saya membaca bahkan istirahat mereka pun juga tergolong sedikit rata-rata tiap hari adalah hanya 4-5 jam. Bandingkan dengan kita yang menjadikan tidur seakan-akan menjadi sebuah hoby. Di 2 negara itu menganggur atau waktu luang adalah sesuatu yang menyesakkan atau musibah. Oleh sebab itu, mereka senantiasa menggantinya dengan hal-hal yang produktif. Seperti melakukan riset penelitan, membuat konsep/ide ataupun teori, membaca buku, jurnal dan masih banyak lainnya. Sehingga, wajar jikalau akhirnya kita menemukan fenomena mereka dimana-mana membawa buku atau laptop untuk hanya sekedar membaca. Di kereta api, di bus, ditempat umum mereka budayakan itu. Dan itu adalah keunggulan yang patut dicontoh oleh bangsa yang ingin bergerak maju, termasuk bangsa Indonesia. Jika, mereka menganggap waktu itu adalah hal yang sangat berharga bahkan sampai di ungkapkan time is money. Maka, bagi kita khususnya para remaja muslim yang masih kabur akan tujuan hidupnya. Harusnya, kita bisa tampil penuh motivasi di masyarakat. Karena falsafah kita seharusnya adalah waktu=investasi amal sholeh.

Wallahuallam bi shawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun