Contohnya, seorang remaja muslim yang statusya katakanlah mungkin pelajar/mahasiwa. Ia menggunakan waktu senggangnya untuk berdakwah misalnya membuat quote motivasi islami atau membuat tulisan-tulisan yang ia sharekan di akun media sosial. Bisa juga ayat Al-Quran, hadist rasulullah atau mungkin cerita berhikmah. Atau mungkin, melakukan diskusi keilmuan melakukan pengembangan diri,misalnya teribat aktif dalam kegiatan sosial atau organisasi maupun juga keagaaman. Bagi saya di titik ini, seorang remaja muslim yang bersikap seperti itu termasuk orang yang bijak dalam menggunakan yang namanya waktu.
Budaya pemanfaatan waktu yang masih semarak dan akrab ditemui di kalangan remaja muslim adalah budaya yang tidak begitu mempergunakan waktu secara bijak, harusnya kita semua sadar bahwa waktu yang Allah berikan kita didunia ini terbatas. Artinya, kita memiliki masa hidup. ‘’Life time’’. Ibaratnya seorang teknisi barang elektronik seperti televisi, pasti dalam membuat dan menciptakan televisi tersebut akan ada masa dimana diprediksi tv ini akan mengalami kerusakan atau ‘’sudah saatnya untuk menggantinya dengan yang baru’’ sama dengan manusia atau diri ini. Banyaknya waktu luang, jangan sampai membuat kita terlena. Seakan-akan hidup di dunia ini akan abadi.Â
Harusnya jika kita memiliki waktu luang yang banyak dan tidak kita orientasikan untuk hal yang positif seperti berbuat kebaikan untuk memajukan agama dan bangsa. Maka, perlu rasanya kita hayati. Lantas, saya diciptakan dan ada didunia ini sebenarnya untuk apa ? Apa tujuannku, apa cita-citaku ? Apakah aku akan berdiam diri didunia seperti ini ? Apakah aku akan senantiasa melakukan aktifitas seperti ini. Apakah aku ingin sukses ? Apakah iya, jika orang sukses itu memiliki waktu luang yang banyak ? Bagaimana sih ciri-ciri orang yang sukses itu ? dan lain sebagainya.
Penyebab Seorang Tidak Bijak Dalam Memanfaatkan Waktu
Sebenarnya jika kita telaah lebih dalam ada beberapa faktor / penyebab yang menyebabkan remaja itu tidak bijak dalam memanfaatkan waktunya.
Faktor Psikologis
Psikologis yang tidak stabil biasanya dieratkan dengan status remaja. Memang benar jika remaja di Indonesia masih kurang bijak dalam memanfaatkan waktunya. Banyak yang berpendapat bahwa ini disebabkan karena psikologisnya yang kurang matang. Sejauh yang saya ketahui, saya sependapat dengan argumen itu. Karena, seperti yang kita ketahui bersama masa remaja memang adalah masa dimana kita masih dalam tahap pertumbuhan atau perkembangan. Dimana dari aspek mental, emosi dan kecerdasan itu sendiri masih dalam tahap proses menuju kesempurnaan. Sehingga, reflek yang ditimbulkan adalah remaja akan cenderung mudah berubah-berubah perilakunya, bahkan cenderung mood-mood an, mudah bosan dlsb. Sehingga, khasnya senantiasa butuh yang namanya pelampiasan. Namun, faktanya ketidakstabilan kondisi jiwa ini tidak hanya dialami oleh remaja. Namun, juga terjadi pada orang dewasa. Karena, psikologis itu membicarakan tentang bagaimana seseorang bisa mengelola emosional dan juga spiritualnya. Biasa disebut dengan EQ dan SQ.
Tidak Mempunyai Target Yang Jelas
Menurut saya ini, juga bisa menjadi faktor yang menyebabkan seseorang tidak mengelola waktunya dengan baik atau secara bijak. Karena, hukum alamiahnya manusia itu akan tergerak manakala ada motivasi. Motivasi itu bisa berupa penghargaan bisa punichment bisa juga yang selainnya termasuk adanya target yang jelas. Pepatah mengatakan ‘’semakin tinggi cita-citamu, maka semakin sedikit waktu luangmu’’. Saya sepakat dengan pepatah ini dan jika kita pikirkan, hayati atau renungkan dengan seksama. Ini harus dimiliki oleh kita semua, khususnya mereka yang sadar bahwa dunia adalah lahan investasi untuk menuju kehidupan yang lebih indah dan kekal di masa depan. Harapan saya terkhusus untuk para remaja kita di Indonesia. Karena, remajalah yang akan meneruskan estafet kepemimpinan di Indonesia di masa yang akan datang. Yang menentukan arah dan gerak bangsa Indonesia kedepan. Mau dibuat dan dibentuk apakah bangsa ini kedepannya.
Filsafah hidupnya mengalir begitu saja
Hemat saya argumen falsafah atau prinsip hidup yang seperti ini adalah sebuah hal yang fatal jika kita jadikan pedoman hidup. Mengapa tidak ? Prinsip hidup mengalir begitu saja, wes pokoknya dijalani. Â Jika kita jadikan sebagai sebuah pedoman, maka niscaya akan mengarahkan diri kita menjadi pribadi yang pasif, pribadi yang tidak mempunyai prinsip, mudah terbawa apa kata lingkungan. Pribadi yang mental dan jiwanya bisa diobok-obok dan dicecoki dari luar. Pribadi yang lemah dan pribadi yang bagi saya akan sulit menuju hukum sunnatullah kesuksesan. Banyak sekali contoh yang kita dapatkan, termasuk argumen ini masih familiar di telinga mahasiswa zaman sekarang. Misalnya, mereka yang salah masuk jurusan, salah tempat kuliah, tidak minat dengan mata kuliah atau bidang belajarnya atau mungkin pekerjaannya dan sejenisnya.