Pangulu Balang dan Mossak
Kriminalitas termasuk ke dalam bagian bencana tapi dilakukan oleh manusia. Kriminalitas bisa datang dari mana dan kapan saja tanpaÂ
sepengetahuan atau dugaan kita. Kriminalitas bisa kita atasi dengan teknik bela diri yang kita miliki atau lari menghindarinya sejauhÂ
yang kita bisa. Pilihan menyelamatkan diri ada di tangan kita.
Bela diri merupakan kemampuan fisik manusia untuk dapat melindungi dirinya dengan aksi yang terukur dan tepat. Sistem saraf padaÂ
manusia mampu menghindar atau melawan bahaya yang dapat mencelakai atau melukai diri kita. Pada saat dihadapkan dengan bahayaÂ
tersebut, manusia secara refleks akan melindungi dirinya. Apa jadinya jika seni dan bela diri dikombinasikan?
Jika digabungkan seni dan bela diri maka mendefinisikan satu kesenian yang melibatkan fisik dan saraf manusia untuk melakukanÂ
tindakan mempertahankan atau membela diri. Dalam menguasai seni bela diri harus mampu mengukur emosional kita dan memilikiÂ
disiplin yang konsisten. Hal ini bertujuan agar efektivitas dan tujuan dari aksi bela diri dapat tercapai. Di Indonesia, seni bela diri sudahÂ
ada dari zaman Hindu-Buddha dan mengalami perkembangan di era sekarang. Di era sekarang sudah banyak film-film yangÂ
menampilkan Seni Bela Diri seperti Kung Fu Hustle, Karate Kid, dan The Raid yang melibatkan Aktor Iko Uwais yang jago silat dan JoeÂ
Taslim yang jago Judo. Seni bela diri di Indonesia sendiri memiliki beragam jenis dengan keunikannya masing-masing. Salah satu jenisÂ
bela diri yang paling umum dan terkenal di kalangan masyarakat Indonesia adalah seni bela diri pencak silat. Tetapi di ProvinsiÂ
Sumatera Utara ada satu seni bela diri yang  jarang diketahui banyak orang yaitu, Mossak.
Kebudayaan di Indonesia memang memiliki keanekaragaman hal tersebut bisa dilihat dari berbagai bukti sejarah perkembangan suku-
suku di Indonesia. Hal ini merupakan sebagai bukti pengetahuan secara alami, bahwa kebudayaan diturunkan oleh leluhur kepadaÂ
generasi penerusnya, hal itu dilakukan supaya konsep kebudayaan itu selalu ada pada setiap generasi. Kebudayaan sangat bergantungÂ
pada eksistensi kehidupan sosial manusia. Istilah eksistensi ini juga tergantung dari sudut pandang dan konteks yang dibahas. DalamÂ
artikel pembahasan ini, Mossak dulunya adalah seni bela diri dan kini mossak sebagai tradisi dan seni pertunjukkan  peninggalan etnisÂ
Batak Toba kepada masyarakat lokal maupun mancanegara. Sebelum melakukan seni bela diri mossak, dilangsungkan ritual terlebihÂ
dahulu baik secara pribadi maupun bersama masyarakat di suatu Huta (kampung/desa dalam bahasa Batak Toba).
Menurut Bustanuddin Agus (2007:95), ritual adalah suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan. Sebelum melakukanÂ
atau mempertunjukkan Mossak akan dijalankan melalui ramuan dan doa yang dipanjatkan kepada Ompung Mula Jadi Na Bolon (TuhanÂ
pencipta langit dan bumi dan segala isinya). Ritual seni bela diri Mossak sejalan dengan kepercayaan Batak Toba zaman dahulu, di manaÂ
Batak Toba masih menganut Parmalim/Malim sebelum masuknya Zending. Seni bela diri Mossak ini dulunya diperuntukkan padaÂ
masyarakat Batak Toba atau Pangulu Balang (prajurit yang bertugas menjaga desa/kampung) yang memiliki Black Magic (Ilmu Hitam)Â
sebagai pembelaan diri dari serangan binatang buas dan melindungi diri dari serangan kelompok lain dalam memperebutkan bahanÂ
makanan atau wilayah kekuasaan di sekitaran Pulau Samosir. Bisa dilihat dari foto hasil jepretan pribadi, Ilustrasi Patung PanguluÂ
Balang selalu mengawal sang raja baik di medan tempur maupun pesta bersama rakyatnya, Ilustrasi patung di atas Panghulu BalangÂ
mengawal raja bersama dengan Datuk (dukun), pemimpin marga-marga lainnya untuk mengundang hujan agar tidak terjadi musimÂ
kemarau berkepanjangan dan mendapat hasil panen yang baik. Panghulu Balang atau masyarakat Batak Toba yang memiliki seni belaÂ
diri Mossak disebut Parmossak. Â Tapi di era sekarang, mossak dianggap sebagai tradisi yang dipertunjukkan pada khalayak umum. DanÂ
dalam ritual mossak Batak Toba ada beberapa tahapan yang wajib dilaksanakan, yaitu:
1. Marpangir (Mandi Jeruk Purut)
Pada saat sebelum melakukan mossak, terlebih dahulu dengan membersihkan diri melalui mandian air jeruk purut. Ritual ini dilakukan agar terlepas dari marabahaya dan hal-hal yang tidak diinginkan saat berlangsungnya acara. Saat melakukan ritual marpangir, parmossak berdoa agar diberkati oleh leluhur-leluhur pendahulu dari orang Batak. Dan air dari Jeruk purut itu sendiri memiliki khasiat pada kulit manusia
2. Makan Ayam Napinadar
Selesai melakukan ritual marpangir (mandi jeruk purut), selanjutnya parmossak akan memakan ayam napinadar. Tujuan dari memakan ayam napinadar ini untuk memberi semangat, berkat dan juga meminta doa kepada Ompung Mula Jadi Na Bolon agar para parmossak diharapkan menjalankan ritual dengan baik dan dijauhkan hal-hal buruk. Pelaksanaan ritual makan ayam napinadar diikuti oleh penatua adat dan tokoh-tokoh masyarakat. Namun, semua rangkaian dalam tahapan memakan ayam napinadar ini dilaksanakan dengan adanya kesepakatan antara parmossak dengan guru mossak. Dan ayam Napinadar di era sekarang menjadi makanan khas Batak Toba. Mengenai gerakan pada seni bela diri mossak ada berbagai jurus yang diciptakan dengan menirukan gerakan binatang yang ada disekitarnya, seperti gerakan kera, ular, harimau, atau burung tetapi yang paling mencolok adalah gerakan meniru harimau. Dan berikut ini juga jurus pada seni bela diri mossak:
1. Jurus Membuka Jalan (Sibukka Harbanga)
Jurus ini digunakan untuk membuka jalan untuk para raja/menyambut para petinggi kerajaan. Jurus ini juga biasa digunakan untuk mempersiapkan lokasi pertandingan dengan adanya jurus ini sehingga para parmossak dapat selamat dari kegiatan.
2. Jurus Harimau Menutup Jalan (Situtup Jalan)
Jurus digunakan mempersilahkan raja untuk pulang dari lokasi perkampungan. Di sisi lain jurus ini diyakini oleh parmossak sebagai jurus yang dapat membersihkan hal-hal yang tidak baik dari lokasi pertandingan agar masyarakat juga bebas dan aman saat melihat pertunjukkan berlangsung.
3. Jurus Benturan Harimau
  Jurus benturan harimau ini, jurus menghantam lawan main.
4. Jurus Apukan Harimau
Jurus apukan harimau, jurus yang tidak sembarang orang bisa menguasainya karena berbahaya.
5. Jurus Terkaman Harimau
6. Jurus Harimau Menggoyang Ekor
7. Jurus Harimau Tidur
Kemudian dalam seni bela diri mossak ada bentuk simbol ramuan dan juga peralatan, terdiri dari:
1. Silinjuang/Hatunggal atau kelinjuang, diartikan sebagai perlindungan diri dari bahaya ilmu hitam.
2. Sipilit atau gandarasa, dimaknai sebagai menangkal aura negatif di sekitar lingkungan parmossak
3. Bane-bane atau kemangi, berfungsi sebagai media pengharum masyarakat Batak Toba
4. Hariara na bontar atau beringin putih, berfungsi sebagai tempat merundingkan suatu hal yang penting dan Masyarakat Batak Toba zaman dulu jika Pohon Hariara tumbuh maka akan dibangun suatu pedesaan dikarenakan tanah yang ditempati pohon tersebut subur
5. Napuran atau daun sirih, berfungsi sebagai mengganjal rasa lapar saat pertunjukkan parmossak
6. Pining (buah pinang), berfungsi sebagai sesajen kepada Ompung Mula Jadi Na Bolon
7. hapur (kapur) sirih, berfungsi sebagai media kesehatan
8. Gambir Na Bontar atau gambir putih berfungsi sebagai menyirih
 9. Pangir atau jeruk purut, berfungsi sebagai aktivitas meditasi
10. Boras atau beras, dimaknai sebagai penguat jiwa
11. Haminjon atau kemenyan, diartikan sebagai penyeru arwah dan pengiring doa
12. Pira ni manuk atau telur ayam, berfungsi sebagai sumber kehidupan dan telur mengandung protein di dalamnya
Pada bagian peralatan terdapat berbagai macam kain dan ulos, antara lain: ulos sibolang, ulos sitoli tuho, kain sampe-sampe, tali bolit, dan juga mahkota kepala atau ulos mangiring. Dari setiap kain dan ulos mempunyai makna tersendiri.
1. Ulos sibolang, ulos sibolang dalam seni bela diri mossak dianggap sebagai kesuburuan dan kekompakan
2. Ulos sitoli tuho, ulos sitoli tuho memiliki fungsi sebagai pengikat kepala atau juga selendang. Makna dari ulos ini adalah kekerabatan
3. Kain sampe-sampe, kain sampe-sampe atribut pribadi yang tidak semua orang dapat memilikinya. Kain sampe-sampe diyakini sebagai mereka yang dapat mengendalikan emosi.
 4. Tali bolit, tali bolit atau tali tridatu memiliki tiga warna yang sama dengan warna bendera Batak yaitu putih, merah dan hitam. Makna dari tali bolit sendiri, merah melambangkab kegagahan, keberanian, dan juga kekuatan. Putih melambangkan kesucian, kebaikan, dan juga kelemah lembutan. Hitam melambangkan spiritual dan keadilan
 5. Mahkota kepala berupa ulos mangiring, mahkota kepala berupa ulos mangiring  ini diartikan sebagai pemberi keselamatan. Digunakan pada kepala karena diyakini bahwa dengan adanya penutup kepala atau mahkota kepala maka parmossak kelihatannya lebih berwibawa.
Referensi:
Angeli Pakpahan dan Jekmen Sinulingga. Juni 2023. "Semiotika Tahapan Mossak Pada Etnik Batak Toba". Kompetensi Universitas Balikpapan, Vol 16(1), Hal 30-44
Bustanuddin Agus. 2007. Sosiologi Agama. Jakarta: Divisi Buku Perguruan Tinggi, Raja Grafindo Persada
Penulis: Rony Edyanto Siburian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H