Mohon tunggu...
Ronny Adolof Buol
Ronny Adolof Buol Mohon Tunggu... Fotografer -

Suka membaca dan hobby motret.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kondisi Danau Limboto Semakin Memprihatinkan

9 Oktober 2011   08:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:10 1243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kondisi diatas sangat berbeda sekali saat sekarang. Saat ini daerah paling dalam  Danau Limboto hanya mencapai 1,9 meter. Luas perairannya pun hanya tersisa 1.980 ha. Aktivitas masyarakat disekitar danau telah membuat proses sendimentasi semakin parah.  Pengundulan hutan disekitarnya juga menambah beban danau yang indah ini.

Enceng Gondok, yang merupakan masalah utama di hampir semua danau di Indonesia, turut menyumbang  parahnya pedangkalan danau yang juga menjadi sumber mata air

utama. Ironisnya, tumbuhan menjalar yang proses perkembangbiakkannya yang sangat cepat ini, dulunya tidak pernah ada di Danau Limboto.

Dambuhi, 40 tahun, seorang nelayan yang sejak kecil menjadikan danau ini sebagai sumber penghasilan keluarganya menuturkan, "menurut cerita orang tua, eceng gondok ini berasal dari ikan yang dibawah dari pulau Jawa, Ikan-ikan itu telah menelan bibit eceng gondok, dan pada akhirnya bibit itu keluar dari perut ikan dan tumbuh memenuhi hampir seluruh danau." Kini sejauh mata memandang, sejauh itu pula hamparan eceng gondok terlihat.

Letak Danau Limboto berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bone Bolango, berada di ketinggian 4,5 meter dpl, menjadi muara bagi 23 anak sungai yang ada di sekitarnya, menjadikan Danau Limboto menanggung beban yang sangat berat. Terlebih lagi dengan aktivitas kehidupan masyarakat disekitarnya yang seakan tidak peduli dengan hilangnya bagian danau yang justru merupakan sumber penghidupan bagi ekosistem di sekitar danau.

Pada kunjungan saya di akhir bulan Agustus lalu, saya sempat mengabadikan sebuah ironi, dimana seorang anak sedang menimpa air dari sumur pompa yang dibuat, ditempat yang dulunya merupakan bagian dari air danau dengan kedalaman 7 meter.

Kini kondisi Danau Limboto semakin memprihatinkan. Jika tidak ada penanganan yang serius terhadap pedangkalannya, tidak mustahil danau yang indah ini akan lenyap dalam beberapa tahun kedepan.

Danau Limboto sedang mengalami proses eutrofikasi. Eutrofikasi merupakan masalah lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat (PO3-), khususnya dalam ekosistem air tawar.  Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa.

Tetapi aktivitas manusia disekitarnya yang tak terkendali secara tidak sadar mempercepat proses penuaan ini dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun saja. Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi masalah di hampir ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat fenomena algal bloom.

Salah satu yang memberikan kontribusi terhadap semakin hilangnya area Danau Limboto adalah aktivitas nelayan dengan jaring apung yang menyebar di hampir semua bagian danau. Sekali lagi menurut Dumbuhi (40) salah seorang pemilik jaring apung, "hampir setiap tahun kami mengganti bambu yang menjadi tiang penyangga jaring, tetapi setiap kali itu pula, bambu-bambu itu hanya di tenggelamkan di dasar danau, tidak diangkut ke daratan sebagai sampah." Terdapat ratusan nelayan yang mengantungkan mata pencahariannya dengan menebar jaring apung.

Kesadaran pemerintah bersama masyarakat untuk segera menyelematkan danau yang indah ini dari kepunahan sangat diperlukan. Agar bagian dari sejarah daerah Gorontalo di danau ini, tidak hanya menjadi kenangan pada sebuah daratan tanpa air.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun