Koneksi Antar MateriÂ
Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Pembelajaran
Ronisalasa
CGP Angk. 7 Kabupaten Gowa
Â
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan metari yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media.
Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar
1. Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh
Pada modul 2.3 ini, saya mempelajari tentang supervisi akademik yang bertujuan sebagai upaya pengembangan kompetensi diri setiap pendidik di sekolah. Pendekatan yang digunakan adalah coaching yang memiliki tiga prinsip yaitu; kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti coaching yang harus dimiliki diantaranya; kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan berbasis coaching menggunakan alur TIRTA, akronim dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan TAnggung jawab. Dalam pelaksanaannya, terdapat tiga tahapan dalam supervisi akademik yaitu; pra observasi, observasi, dan pasca observasi yang semuanya akan membantu mencapai tujuan.
2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar
Cemas: sebelum memahami materi dalam modul ini, saya sedikit cemas karena khawatir tidak mampu dalam memahami dan mengaplikasikan nanti.
Terarik: saat mengenali materi pada eksplorasi konsep, saya mulai mendapatkan gambaran dan semakin tertarik untuk mengetahui lebih jauh.
Bahagia: Â saya diliputi rasa bahagia saat mencoba menerapkan coaching bersama rekan CGP dan mempraktikkan semua langkah-langkah sesuai alur TIRTA pada ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual.
Optimis: setelah melewati latihan dan praktik, saya merasa yakin akan dapat mengaplikasikannya di sekolah dan semoga juga dapat membaginya dengan rekan sejawat.
3. Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar?
Melalui proses latihan dan praktik, saya telah mampu berkolaborasi dan membangun kemitraan dengan rekan CGP saat melakukan praktik coaching. Saya berupaya maksimal untuk menerapkan prinsip coaching dan mengikuti alur TIRTA untuk membantu saat praktik tersebut, baik saat menjadi coach, coachee, maupun sebagai pengamat.
4. Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar?
Hal paling dasar yang perlu diperbaiki adalah upaya untuk benar-benar hadir sepenuhnya saat coaching berlangsung. Masih agak sulit untuk senantiasa fokus selama coaching karena juga harus mencatat poin-poin penting dari coachee. Selain itu, kemampuan menggali informasi dari coachee dengan menggunakan pertanyaan berbobot masih perlu ditingkatkan pula.
5. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
Setelah saya menuntaskan modul 2.3 tentang coaching untuk supervise akademik, saya merasa kompetensi sebagai guru sudah mulai berkembang khususnya untuk mempraktikkan proses coaching dengan alur TIRTA dengan menerapkan mendengarkan dengan RASA,  baik sebagai coach,  coachee,  maupun saat diminta untuk mengamati. Saat mempraktikkan coaching, saya juga sekaligus mempraktikkan materi pembelajaran KSE dari modul sebelumnya. Saya berusaha untuk tidak membangun asumsi pribadi, dengan kesadaran diri dan kesadaran sosial serta kecerdasan berelasi, saya tetap  terfokus pada coachee dan masalah yang dihadapinya.
Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP
1. Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh.
Prinsip coaching dapat diterapkan di sekolah jika pihak yang akan terlibat dalam coaching memiliki pengetahuan yang memadai tentang coaching untuk supervise akademik. Selain itu, paradigma tentang supervisi sebagai langkah untuk mengecek kesiapan guru secara administrastif dan memberikan penilaian harus disingkirkan. Supervisi sejatinya adalah cara untuk meningkatkan kompetensi guru, baik secara akademik maupun sosial dan emosional. Sehingga supervisor tidak lagi hanya dating ke kelas melakukan observasi tetapi melakukan komunikasi awal dalam bentuk pra-observasi serta memastikan memberi ruang diskusi dan umpan balik pasca observasi. Dua aktivitas ini mendukung praktik mengajar yang diobservasi untuk diperbaiki atau ditingkatkan kualitasnya.
2. Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru.
Coaching untuk supervisi akademik dapat memberikan dampak positif dalam mewujudkan pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid. Prinsip pembelajaran Ki Hajar Dewantara adalah menjadikan murid sebagai fokus untuk memberikan rasa nyaman dan kemerdekaan dalam belajar. Guru sebagai penuntut pembelajaran dituntut untuk dapat menjadi pemimpin pembelajaran. Pada kondisi ini, guru diharapkan memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang memadai. Memahami dan dapat merancang pembelajaran yang berdiferensiasi untuk dapat membantu murid mencapai taraf maksimal mereka dalam belajar.
Jika keterampilan coaching sudah meningkat maka pengembangan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran akan meningkat pula. Percakapan-percakapan coaching membantu para guru berpikir lebih dalam (metakognisi) dalam menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan yang akan diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi tercapainya kualitas pembelajaran yang berpihak pada murid.
3. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)
Tantangan yang mungkin hadir adalah keinginan semua unsur di sekolah untuk memahami dan mengetahui pentingnya coaching untuk supervisi akademik. Â Anggapan bahwa supervisi akademik hanya formalitas untuk melihat perangkat pembelajaran dan bukan hal penting untuk meningkatkan kompetensi juga menjadi tantangan.
4. Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
Membagikan informasi dan materi tentang coaching kepada seluruh unsur di sekolah dan juga kepada rekan sejawat di komunitas bisa menjadi langkah maju untuk membuat semakin banyak orang yang memahami dan mengerti pentingnya supervisi akademik. Selanjutnya, dengan mempraktikkan coaching kepada rekan sejawat dan senantiasa memberikan informasi yang bersumber dari berbagai media yang dapat diakses kepada rekan dan komunitas.
Membuat keterhubungan
- Pengalaman masa lalu.
Pengalaman disupervisi oleh kepala sekolah dan pengawas dengan asumsi tujuannya hanya untuk memeriksa kelengkapan administrasi serta mencari kesalahan dan kekurangan membuat trauma kecil dan rasa cemas jika mendengarkan informasi bahwa akan ada supervisi.
- Penerapan di masa mendatang.
Di masa depan, supervisi harus dilaksanakan secara terstruktur, terjadwal dengan baik, dan kontinu sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidik dan pendidikan secara umum yang semua itu juga akan memberikan dampak positif kepada murid.
3. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari.
Dalam peran saya sebagai coach disekolah, emosi yang dirasakan adalah termotivasi untuk lebih giat belajar mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang coaching untuk supervisi akademik dan semakin banyak melakukan praktik coaching maka akan semakin terasah kemampuan kita sebagai coach untuk hadir penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot.
Keterkaitan materi modul 2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi dan modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), jika dihubungkan dengan materi coaching maka pembelajaran berdiferensiasi di mana guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang terdiri dari kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar siswa.
Langkah untuk memetakan kebutuhan individu siswa tersebut, guru bisa berperan sebagai coach untuk melakukan proses coaching dengan siswa sebagai coachee. Hal tersebut mampu mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri siswa sehingga akan menemukan cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan individu siswa.
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) yang harus dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah untuk menumbukan kompetensi tentang kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab pada diri siswa. Proses coaching sejalan dengan PSE karena kompetensi sosial emosional tersebut dapat diterapkan oleh guru dalam proses coaching kepada siswa.
4. Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.
Kedudukan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan disekolah..bagaimana kualitas dari sekolah ditentukan dari bagaimana seorang kepala sekolah dalam mengelola atau melaksanakan tugasnya.kepala sekolah tentu sangat mengetahui bagaimana kehidupan sekolah dan apa yang dibutuhkan dari sekolah tersebut.tujuan penelitian ini untuk mengetahui kompetensi dari kepala sekolah dalam pelaksanaan supervise akademik melalui coaching.metode yang digunakan melalui observasi,dokumentasi dan kusioner serta analisi melalui data kualitatif dan kuantitatif.Hasil penelitian ditemukan adanya peningkatan kompetensi kepala sekolah dalam supervise akademik melalui coaching.dimana coaching yaitu suatu proses yang membantu seseorang dalam belajar dan terjadi perkembangan baik dari baik dirinya maupun kinerjanya.dan diharapkan pengawas sekolah juga dapat berperan serta dalam pelaksanaan coaching ini yang nantinya akan berdampak pada kualitas pembelajaran.
https://www.researchgate.net/publication/333546669_PENERAPAN_COACHING_UNTUK_MENINGKATKAN_KOMPETENSI_KEPALA_SEKOLAH_DALAM_SUPERVISI_AKADEMIK diakses 30 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H