1. Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh.
Prinsip coaching dapat diterapkan di sekolah jika pihak yang akan terlibat dalam coaching memiliki pengetahuan yang memadai tentang coaching untuk supervise akademik. Selain itu, paradigma tentang supervisi sebagai langkah untuk mengecek kesiapan guru secara administrastif dan memberikan penilaian harus disingkirkan. Supervisi sejatinya adalah cara untuk meningkatkan kompetensi guru, baik secara akademik maupun sosial dan emosional. Sehingga supervisor tidak lagi hanya dating ke kelas melakukan observasi tetapi melakukan komunikasi awal dalam bentuk pra-observasi serta memastikan memberi ruang diskusi dan umpan balik pasca observasi. Dua aktivitas ini mendukung praktik mengajar yang diobservasi untuk diperbaiki atau ditingkatkan kualitasnya.
2. Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru.
Coaching untuk supervisi akademik dapat memberikan dampak positif dalam mewujudkan pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid. Prinsip pembelajaran Ki Hajar Dewantara adalah menjadikan murid sebagai fokus untuk memberikan rasa nyaman dan kemerdekaan dalam belajar. Guru sebagai penuntut pembelajaran dituntut untuk dapat menjadi pemimpin pembelajaran. Pada kondisi ini, guru diharapkan memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang memadai. Memahami dan dapat merancang pembelajaran yang berdiferensiasi untuk dapat membantu murid mencapai taraf maksimal mereka dalam belajar.
Jika keterampilan coaching sudah meningkat maka pengembangan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran akan meningkat pula. Percakapan-percakapan coaching membantu para guru berpikir lebih dalam (metakognisi) dalam menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan yang akan diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi tercapainya kualitas pembelajaran yang berpihak pada murid.
3. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)
Tantangan yang mungkin hadir adalah keinginan semua unsur di sekolah untuk memahami dan mengetahui pentingnya coaching untuk supervisi akademik. Â Anggapan bahwa supervisi akademik hanya formalitas untuk melihat perangkat pembelajaran dan bukan hal penting untuk meningkatkan kompetensi juga menjadi tantangan.
4. Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
Membagikan informasi dan materi tentang coaching kepada seluruh unsur di sekolah dan juga kepada rekan sejawat di komunitas bisa menjadi langkah maju untuk membuat semakin banyak orang yang memahami dan mengerti pentingnya supervisi akademik. Selanjutnya, dengan mempraktikkan coaching kepada rekan sejawat dan senantiasa memberikan informasi yang bersumber dari berbagai media yang dapat diakses kepada rekan dan komunitas.
Membuat keterhubungan
- Pengalaman masa lalu.
Pengalaman disupervisi oleh kepala sekolah dan pengawas dengan asumsi tujuannya hanya untuk memeriksa kelengkapan administrasi serta mencari kesalahan dan kekurangan membuat trauma kecil dan rasa cemas jika mendengarkan informasi bahwa akan ada supervisi.
- Penerapan di masa mendatang.