Pertemuan Soekarno dengan Syaikh Abbas terjadi pada saat -- saat genting akhir kekuasaan Belanda di Indonesia, pada saat mana pemerintah kolonial Hindia Belanda berada pada posisi panik, kebingungan dan kehilangan harapan, saat Jepang secara cepat dan mengesankan menduduki beberapa negara Asia Timur dan Asia Tenggara; mulai dari Korea, Tiongkok, Malaysia, Singapura hingga Indonesia.
Saat itu Soekarno sedang berada di pengasingan (Soekarno sendiri menyebutnya "pembuangan") oleh pemerintah Hindia Belanda di Bengkulu, ketika tiba -- tiba dua orang polisi Belanda dengan tergesa - gesa datang memberikan perintah, "Kemasi barang -- barang, anda akan dibawa pergi malam ini juga secara rahasia dan diam -- diam."
Dari Bengkulu Soekarno dibawa ke Muko -- Muko, dari sana perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menembus rimba belantara Sumatra menuju kota Padang sejauh 300 kilometer, dengan dikawal enam orang polisi Hindia Belanda bersenjata.
Polisi -- polisi ini mendapat perintah untuk membawa Soekarno dalam keadaan hidup ke kota Padang, untuk diasingkan ke Australia. Belanda khawatir Soekarno ditangkap tentara Jepang atau melarikan diri, yang akan membuat posisi Belanda di tanah jajahannya semakin sulit dan terjepit.
Soekarno memang sampai di Padang, setelah melewati perjalanan panjang dan melelahkan, akan tetapi suasa kota itu sudah sangat chaos, dipenuhi kepanikan, terjadinya penjarahan dan kekacauan. Para pedagang meninggalkan toko -- toko mereka. Dalam suasana begitu, Belanda memilih untuk menyelamatkan diri mereka sendiri dan meninggalkan Soekarno. Dalam autobiografinya yang ditulis oleh Cindy Adams, Soekarno berujar, "Ini adalah kesalahan besar mereka."
Dan Indonesia ditinggalkan Belanda tanpa penjagaan yang memadai. Belanda yang dulunya kejam dan pemberani itu, tiba -- tiba menjadi sangat pengecut dan kebingungan ketika bertemu dengan tentara Jepang. Itulah yang membuat tentara pendudukan Jepang dengan mudah segera dapat menggantikan posisi yang ditinggalkan Belanda itu untuk kemudian menjajah Indonesia tiga tahun lamanya. )*
Saat awal -- awal pendudukan Jepang itu, Soekarno sedang berada di Sumatera Barat lima bulan lamanya dari bulan Februari -- Juli 1942.
Soekarno rajin bertemu dengan sahabat -- sahabatnya dan  tokoh -- tokoh penting masa itu untuk merumuskan langkah -- langkah kongkrit yang harus diambil terhadap pendudukan Jepang. Apakah bekerja sama dengannya lebih baik, atau malah mengangkat senjata sekali lagi untuk menghadapi tentara Jepang.
Di antara tokoh yang Soekarno temui adalah Syaikh Abbas Abdullah di Padang Japang. Itu terjadi pada Juni 1942. Rupanya Soekarno yang datang bersama Inggit datang terlambat 2 jam dari jadwal yang sudah direncanakan. Maka Syaikh Abbas yang memiliki watak keras itu menegurnya, "Kalau bigini kau memimpin negara ini, rakyat akan kecewa, negara akan binasa." Menyadari kekeliruannya, Soekarnopun hanya diam dan tersenyum.
Pertemuan itu begitu berkesan dan penting. Itu karena pada saat itu, Syaikh Abbas yang dimintai pendapat oleh Bung Karno mengenai konsep dasar penyelenggaraan negara, jika Indonesia merdeka kelak, menitipkan pesan agar negara Indonesia yang akan didirikan itu mestilah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pesan penting inilah yang diyakini banyak pihak sebagai salah satu yang menginspirasi Soekarno untuk menyusun dasar -- dasar bernegara, yang nanti akan disampaikannya pada saat berpidato pada sidang BPUPKI (Badan Peneyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pertama terkait perumusan asas dasar negara Indonesia Merdeka. Itu terjadi pada tanggal 1 Juni 1945, yang kemudian dikenali sebagai hari lahirnya Pancasila.