***
“Hidup itu seperti roda yang berputar, terkadang diatas dan tidak bisa ditolak ketika sedang berada di bawah. Karena itulah kehidupan, tidak ada yang bisa tetap pada sebuah keadaan“
Ontang berkata perlahan setelah meniup kopi panasnya. Setelah berkata itu, dia kemudian meminum kopinya dengan suaranya yang khas, itu membuatku senang. Ontang sepertinya menikmati sekali kopi buatanku itu. Dia menyimpan kopinya di samping bawah kursi yang di dudukinya. Sama sepertiku yang menyimpan kopi itu di bawah sebelah kanan karna tidak ada meja di rumah Ontang.
“Jika kamu ingin kaya, itu salah dan aku melarangnya. Apalagi dengan cara bekerja di tambang emas. Aku melarangnya karena aku mengalaminya sediri. Dulu waktu masih seumuran kamu seperti ini“
Aku hanya diam dan mendengarkan dengan serius. Ontang sepertinya sedang mengumpulkan kenangan masa lalu, dia biasanya bercerita dengan beberapa senyuman. Tapi jika raut wajahnya serius seperti ini, setahuku dia sedang ingin memberikan nasihat dengan cerita-ceritanya itu.
“Kamu belum tahu kan, kenapa tanganku seperti ini?”
Ontang berkata sambil menunjukkan tangan kananya. Di bagian punggung tangannya itu memang ada garis panjang pertanda luka dan jahitan. Panjangnya sekitar setengah jengkal tanganku. Ontang sudah tidak bisa mengepal dengan tangan kanannya itu. Aku memang sudah lama mengetahui bekas luka itu, tapi aku tidak tahu apa penyebabnya.
“Ini adalah saksi begitu kerasnya kehidupan di tambang liar”
Setelah Ontang menambahkan kata itu, kemudian dia membuka kemejanya. Ketika beberapa kancingnya terbuka, aku dikagetkan dengan garisan bekas jahitan di dadanya. Keriput dan beberapa gambar tato yang tidak jelas itu tidak bisa menutupi pandanganku, sepertinya itu gambar batik atau… entahlah, karena yang paling jelas terlihat adalah bekas jahitan yang sangat banyak. Rupanya di bagian perut juga terdapat bekas jahitan, aku semakin terkejut ketika Ontang memperlihatkan bekas luka di punggungnya.
“Aku juga heran, kenapa masih bisa hidup sampai saat ini. Kamu tahu sendiri kan, sudah dua pamanmu yang mati di tambang. Memang sudah banyak yang mati bahkan hilang tanpa bangkainya. Jadi untuk apa kamu mau bekerja di sana?”
“Tapi.. aku hanya ingin mengumpulkan modal untuk…..”