Mohon tunggu...
Ronald Anthony
Ronald Anthony Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Hanya seorang pembelajar yang masih terus belajar. Masih aktif berbagi cerita dan inspirasi kepada sahabat dan para mahasiswa. Serta saat ini masih aktif berceloteh ria di podcast Talk With Ronald Anthony on spotify.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saturday Morning #37 - "Part Time Job: Belajar Menikah"

6 Februari 2021   09:00 Diperbarui: 6 Februari 2021   09:01 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebetulnya edisi kali ini saya masih ingin melanjutkan bagian ketiga dari tulisan saya seblumnya growing with pressure dan toilet internet. Namun, otak saya langsung memberikan peringatan dini agar tulisan ini jangan menjadi sebuah kanal yang serius-serius, toh ini kan kolom suka-suka. Jadi jangan dipaksakan untuk selalu serius. Santai-santai saja, bisa jadi bagian ketiga dari tulisan sebelumnya saya tulis minggu depan atau mungkin bisa jadi tidak sama sekali.. Wkwkwk.

Oke, mari tinggalkan sejenak, minggu ini masih seperti minggu-minggu sebelumnya diisi dengan rutinitas yang itu-itu saja. Tapi di tengah kesibukan tersebut khusus minggu ini saya berhasil menyelesaikan sebuah drama jepang di televisi. 

Secara natural sebenarnya saya lebih senang drama Indonesia dan Korea dibandingkan drama jepang. Tetapi rasanya semakin hari drama tidak ada yang menarik,  itu-itu saja yang ditampilkan, ceritana pun kisah drma-drama begitu saja. Apalagi drama Indonesia anda tentu bisa menebak bagaimana cerita itu diputar-putar dan melulu itu saja, walaupun pada akhirnya bisa ditebak.

 Dan pada akhirnya setelah saya gundah gulana, melirik salah satu channel tv yang sebetulnya jarang saya buka "Waku-Waku Japan" namanya, dan tertarik dengan satu judul drama "Full Time Wife Escapist" atau yang lebih dikenal dengan "We Married As a Job". 

Hah? Menikah adalah pekerjaan? Yups. Film ini adalah murni kisah cinta  dan sekaligus mengishakan perjuangan seorang Yui Aragaki yang berperan sebagi Mikuri Moriyama seorang yang baru saja lulus S2 Psikologi, tetapi kesulitan dalam mencari pekerjaan. 

sumber:pixabay.com
sumber:pixabay.com

Di tengah kesulitan itu, sang ayah kemudian menawarkan pekerjaan kepada Mikuri sebagai Asisten Rumah Tangga di rumah Hiramasa Tsuzaki yang diperankan Gen Hoshino, seorang yang berusia 30 tahun cerdas dan merupakan ahli IT, namun kaku, kolot, dan masih lajang. 

Namun, alur cerita kemudian menjadi berubah semenjak ayah dan ibunya memutuskan untuk pindah ke daerah pinggiran atau pedesaan, Mikuri yang tetap berkeinginan untuk bekerja di kota memutuskan untuk melakukan pekerjaan tersebut dan disertai dengan ide gila soal kawin kontrak. Sebentar-sebentar kenapa jadi kawin kontrak? sini saya ceritakan.

Jadi sebenarnya, Mikuri yang sudah sempat bekerja sebagai asisten rumah tangga kemudian bercerita dengan Hiramasa soal mikuri yang akan berhenti bekerja karena ikut orang tuanya. Hiramasa yang senang memperkerjakan Mikuri, sedikit kecewa dan sedih hal ini karena ia sangat senang dengan hasil kerja dari Mikuri. 

Lalu, dalam sekedip Mikuri yang orangnya hidup tanpa basa basi dan terkesan agresif kemudian spontan mengajak Hiramasa menikah. Tapi ya menikah secara kontrak dalam perjanjian tertulis yang tujuannya jelas agar Mikuri bisa mendapat tempat tinggal serta dapat tetap mempunyai pekerjaan, demikian dengan Hiramasa yang juga tak perlu repot-repot mencari asisten rumah tangga lagi.

sumber  :chariszzha.com
sumber  :chariszzha.com

Hiramasa pun menyetujuinya, namun terkadan penyesalan muncul ini bisa dilihat dari tingkah hiramasa yang kaku sungguh-sungguh membuat lucu, mulai dari berpelukan, ciuman dan romansa suami istri yang pada akhirnya membuat hiramasa bingung, takut, akan tetapi mau dan gemas melihat Mikuri. 

Mikuri pun sendiri tak kalah agresif, berusaha mengajarkan hiramasa mengenai kehidupan percintaan. Kisah ini berubah dari semula kawin kontrak kemudian berubah menjadi rasa cinta diantara mereka. Walaupun, mereka berdua masih malu-malu. 

Apakah selamanya seperti itu?, Mikuri yang awalnya sangat agresif untuk mendapatkan hati hiramasa kemudian menjadi pasif dan seakan-akan lemah karena inisatif selalu mulai dari dirinya. 

Walaupun, secara di atas kertas mikuri adalah istri, tetapi nyatanya seperti pembantu rumah tangga belaka. Meskipun pada akhirnya hiramasa kemudian mengajak mikuri untuk menjalani hidup sebagai suami dan istri.

sumber :sinopsisfilm.com
sumber :sinopsisfilm.com

Kisah ini sedikit banyak membuka mata kita akan kehidupan modern anak muda Indonesia sekarang, mulai dari sosok mikuri yang pekerja keras dan merupakan lulusan universitas ternama, tetapi  sulit mencari pekerjaan sehingga pada akhirnya apapun dilakukan agar bisa bekerja, sekalipun menjadi asisten rumah tangga. 

Selain itu, seringkali juga kisah mikuri membuka tabir, bahwa jangan malu melakukan pekerjaan apapun selama halal. Ini sudah barang tentu anda lihat, pada fresh graduate sekarang, pingin kerja yang nyantai tapi gajinya tinggi. 

Budaya di Jepang adalah merupakan salah satu budaya yang terbaik di dunia salah satunya adalah budaya yang tertanam pada orang disana yang akhirnya membuat mereka selalu menghargai apapun pekerjaan yang mereka lakukan, meskipun terkadang pekerjaan tersebut dianggap rendah disini.

Nah, kembali ke urusan belajar menikah bagi anak muda.

Saya bertanya kepada anda, kalau anda mau menikah kira-kira anda mau menyiapkan apa? rumah, mobil, tabungan, pesta mewah, atau apa?... atau jangan-jangan anda bingung. Wkwkwk. Saran saya coba nonton kisah film ini. Kehidupan rumah tangga layaknya seperti 2 orang CEO yang sedang mengurus suatu organisasi perusahaan dan bukan seperti hubungan atasan dan bawahan.

Kita anak muda, seringkali hanya melihat enaknya saja dari menikah, rasanya tenteram dan sebagainya, padahal ketika anda sudah memutuskan menikah ada sisi sebelahnya yang belum anda selami. Baru ketika bertemu dengan yang sulit kata "TALAK", "CERAI" seringkali muncul. 

Maka pernah di suatu kesempatan dalam sebuah kuliah saya tanyakan cita-cita mahasiswa-mahasiswi saya dan ada yang menyampaikan cita-citanya adalah "Menikah". Agaknya jawaban itu yang bikin saya terkejut dan sekaligus heran, lebih lanjut saya tanyakan, kalau menikah, apa yang sudah kamu siapkan?. 

Lalu mahasiswi itu bingung, padahal itu pertanyaan yang sederhana sama seperti saya bertanya mau jadi apa cita-citanya kelak dan ada yang menjawab "mau jadi pilot!", lalu ketika ditanya apa yang dipersiapkan , dengan lugas dia menjawab, dengan mencari sekolah pilot, dan juga banyak mempelajari prinsip fisika dalam pesawat.

See, anda tentu sudah bisa melihat dari ilustrasi cerita diatas mana yang ada persiapan dan mana yang belum ada persiapan. Namun, pada dasarnya ada persiapan atau tidak itu sudah menjadi tanggung jawab anda masing-masing untuk mencari informasinya. Karena anda-lah sesungguhnya master atas hidup anda. Hidup anda ceritanya anda yang menuliskan.

Oh iya gara-gara ini saya jadi ingat cerita saya minggu lalu, cerita seorang teman yang kosultasi tentang seorang bapak berusia 65 tahun yang akan bercerai dengan istrinya yang berusia 50an tahun. Semua teman dan pembaca saya menyampaikan buat apa bercerai di usia seperti itu. Sudah Tua juga, dan sebagainya. 

Tapi, saya selalu mengatakan ya begitulah jalan hidup orang, kita tidak bisa menjudge bahwa ini yang benar atau ini yang salah. Yang jelas semua ada andil dalam kasus ini. Tapi ijinkan saya menyampaikan sebuah quotes bahwa kisah hidup anda sejujurnya sudah anda dan pencipta anda yang ciptakan, jadi jangan ragu melangkah dan tetap semangat, karena masa depan anda-lah yang menentukan dan bukan orang lain.

*)Ronald Anthony

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun