Mohon tunggu...
Ronald Anthony
Ronald Anthony Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Hanya seorang pembelajar yang masih terus belajar. Masih aktif berbagi cerita dan inspirasi kepada sahabat dan para mahasiswa. Serta saat ini masih aktif berceloteh ria di podcast Talk With Ronald Anthony on spotify.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saturday Morning #14 - "Hidup Hampir Menyesal"

29 Agustus 2020   09:00 Diperbarui: 29 Agustus 2020   09:00 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Ronald Anthony

Berbicara soal waktu, adalah bicara soal yang sangat berharga namun kerap kali menjadi sesuatu pula yang diabaikan dan kadang kala diremehkan serta tidak dipedulikan. Padahal, setiap detik yang berjalan adalah sebuah kesempatan. 

Saya tadi malam menyaksikan tayangan youtube mengenai pertandingan semifinal Indonesia VS Turkey di Kejuaraan Islamic Solidarity Games 2013 dan benar saya menyadari setiap detik adalah sebuah kesempatan. 

Mengapa saya mengatakan ini? bayangkan saja Indonesia Vs Turkey yang sampai akhir bertanding skornya 0-0 kemudian harus dilanjutkan dengan adu penalti. Indonesia yang ketinggalan dan tidak diunggulkan kemudian berbanding terbalik di 3 detik terakhir manakala Kurnia Meiga sang kiper berhasil mengagalkan Penalti pemain Turkey dan membalikkan posisi Indonesia. Yaps, Indonesia melaju ke Final.

Jadi coba anda bayangkan setiap detiknya menjadi sebuah kesempatan yang berharga. Maka, kalau saya mengibaratkan, waktu seperti layaknya sebuah aliran sungai dimana aliran sungai yang sama tidak mungkin akan berbalik melainkan akan terus mengalir dan terus mengalir pergi. 

Namun, jangan serius-serius benar anda membaca, ini hanyalah sebuah pengingat saja bagi saya bahwa umur terus berjalan. Dan barangkali ini juga pengingat bagi anda bahwa dalam mengebet pacar setiap detik adalah juga berharga. Wkwkwk

Minggu ini pula sesuai dengan prediksi teman-teman saya, saya akan menulis soal Travel di Masa Pandemi. Yaps! betul sekali prediksi mereka, tapi saya enggan membahasnya secara detail karena saya pikir sudah banyak yang membahas soal Travel di Masa Pandemi ini.  

Saya akan cerita dalam catatan kali ini mengenai yang mungkin seringkali tidak terlalu dipandang oleh orang tapi bagi saya adalah sesuatu yang penting. Minggu ini, saya berkesempatan mengunjungi salah satu kota yang punya kesan bagi saya yaitu Yogyakarta. 

Dan sudah menjadi kebiasaan saya kalau naik pesawat saya selalu memilih duduk di kursi darurat. Selain karena lega, biasanya dapat perhatian lebih dari pramugari. 

Kan lumayan dapat perhatian lebih dari pramugari Wkwkwk. Mohon jangan salah fokus ya. Dan dari dua penerbangan transit saya kemarin, dua-duanya saya duduk di kursi darurat. 

travel di masa pandemi, dokpri : kevin aditya
travel di masa pandemi, dokpri : kevin aditya

Dari dua briefing penerbangan saya hari itu, saya menemukan kesamaan, bahwa penumpang kanan saya yang sama-sama duduk di kursi darurat benar-benar tidak peduli dengan briefing dari pramugari mengenai jendela darurat.

 Kalau saya sedari awal memperhatikan setiap informasi yang diberikan. Bahkan, sempat beberapa kali si pramugari berhenti karena penumpang kursi darurat di sebelah saya lebih memilih melihat handphone. 

Pengen saatnya saya teriak pada saat itu, "MAAF MAS BRO, INI KAN BRIEFING HANYA BERAPA MENIT SAJA DEMI KESELAMATAN ANDA, COBA DIPERHATIKAN SEBENTAR YA". 

Ahh, namun saya terlampau malas dan naif untuk berdebat soal itu. Padahal, saya hitung-hitung briefing tersebut hanya memakan waktu satu menit 30 detik, yang barang tentu bukan hal yang lama ya untuk sekedar memperhatikan. 

Dan, ketika ditegur oleh pramugari maka sudah dapat ditebak muka kedua penumpang tersebut manyun yang akhirnya si  pramugari juga ikut-ikutan manyun mukanya. Saya yang malah jadi sedih dan kesal tak bisa memandang senyum di muka pramugari itu lagi.

Saya sebetulnya penasaran apa yang dipikirkan oleh para pramugari atau pramugara ketika mendemokan aturan keselamatan selama di pesawat? apakah :

a. Ya udah seadanya saja, yang penting tugas udah dijalankan, para penumpang kalau mau lihat silahkan, kalau tidak ya sudahlah!

b. Saya harus mendemokan dengan baik, kan ini demi keselamatan penumpang

ataukah,

c. Suka tidak Suka, Saya harus memaksa penumpang untuk lihat saya, bagaimanapun caranya!

Dari penerbangan kemarin, kok saya melihat ke arah jawaban yang "A" ya yang lebih dominan, Saya berkesimpulan seperti itu karena saya lihat kiri dan kanan saya hanya sekitar enam penumpang saja termasuk saya yang melihat pramugari mendemonstrasikan aturan keselamatan penerbangan tersebut. 

Maka, kesan awal saya kepada pramugari tersebut dari raut wajahnya ya seperti itu menggambarkan seolah-olah mengatakan seadanya saja deh, toh tak ada yang mendengarkan saya. 

Agak miris sebetulnya bagi saya, namun disisi lain saya salut dan bangga kepada pramugari tersebut tetap tersenyum ikhlas walupun kadang penumpang ada yang tidak mempedulikan dan terkesan meremehkan. 

Padahal, apa salahnya meluangkan waktu barang semenit dan dua menit untuk memperhatikan aturan yang pasti berguna bagi anda manakala terjadi sesuatu. 

Tapi barangkali benar, untuk mengasah soal kepekaan butuh kejadian real yang benar-benar terjadi bukan sekedar ilustrasi saja. Kalau saya sih prinsipnya "selamat" masing-masing sajalah, mana sempat saya bantu anda, keburu telat. Wkwkwk 

Pengecekan EHAC DI Bandara YIA (Dokpri)
Pengecekan EHAC DI Bandara YIA (Dokpri)

Iya begitulah kita berbicara soal hidup dan waktu, teradang ketika diberikan kelebihan waktu atau tidak karena dipepet oleh kondisi, kita santai-santai saja  dan cenderung meremehkan. Barulah merasa ada yang berbeda atau perasaan menyesal manakala waktunya sudah tiba dan terlewat atau bisa jadi karena kehilangan kesempatan. 

Tapi, benar loh, saya menyaksikan fenomena acuh tak acuh di kalangan penumpang ini bukan hanya kali ini saja sudah beberapa kali, maka sempat saya berpikir kemarin, kalau seandainya ini pesawat jatuh dan mendarat darurat di air, kira-kira yang bersikap acuh dan tak acuh tadi mencari si pramugari nggak ya?. 

Apapun itu, setiap saya terbang saya selalu berpikir bahwa saya ini sudah dekat sekali dengan Tuhan di langit. Naik Pesawat seperti layaknya tamasya ke halamannya Tuhan. Seringkali dengan mendekat dengan Tuhan, biasanya baru dapat disadari anugerah waktu yang luar biasa ini. Wkwkwk

Maka, daripada itu diakhir tulisan ini saya pingin mengajak anda sekaligus menguggah anda, ayo manfaatkan waktu yang ada, setiap detik adalah berharga. Satu kali saja anda lalai atau terlewat maka bisa jadi kehilangan dan perasaan menyesal yang anda akan dapatkan. 

Maka, perhatikan setiap detail bagian dari kehidupan anda. Sudahkan anda memberikan perhatian lebih kepada setiap detail dari kehidupan anda? atau malahan jangan-jangan anda sering lalai atau khilaf? Kalau khilafnya yang nikmat si biasanya nggak ada masalah lah ya bro/ sis. Wkwkwk

Salam enak-enak

*)Ronald Anthony

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun