Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kolaborasi dan Teknologi Bisa Meningkatkan Kesejahteraan Petani

22 Mei 2019   05:30 Diperbarui: 22 Mei 2019   06:01 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani Mengolah Lahan (Kompas.com)

Usaha yang akan berkembang di masa depan, bukan hanya yang online-online. Pertanian saya percaya akan juga menjadi usaha yang menjanjikan. Karena secanggih-canggihnya teknologi orang masih akan tetap butuh makan dan bahkan juga bahan bakar yang bisa di pasok dari sektor pertanian.

Baca selengkapnya: Apakah Usaha yang Prospektif di Masa Depan?

Adalah salah jika para kaum muda tidak lagi mau terjun ke bidang pertanian. Apalagi dengan banyaknya perhatian yang diberikan oleh pemerintahan sekarang ini, khususnya Kementerian Pertanian (Kementan).

Teknologi Meningkatkan Hasil Panen

Pengembangan teknologi untuk meningkatkan hasil panen sebenarnya sudah cukup baik. Membaca tulisan Pak Felix Tani tentang Revolusi Benih membuka mata, bahwa ada keseriusan untuk membantu petani meningkatkan hasil panen.

Kementan juga terus berusaha untuk membantu petani dalam mempermudah pengolahan lahan, salah satunya dengan memberikan bantuan traktor. Selain itu pemerintah juga berusaha untuk menambah jumlah sawah irigasi dengan membangun bendungan baru dan memperbaiki saluran ke sawah.

Teknologi Pasca Panen

Semua usaha Kementan dalam meningkatkan produksi beras tidaklah sia-sia. Data Badan Pusat Statistik tahun 2018, Indonesia surplus produksi beras sebanyak 2,8 juta ton.

Namun surplus tidak cukup, karena simalakama harga produk pertanian selalu terjadi. Pengguna terutama ibu-ibu ingin harga semurah mungkin sedangkan petani ingin harga sebaik mungkin.

Pada saat terjadi panen raya, harga akan jatuh karena produk pertanian melimpah. Sedangkan teknologi pasca panen terutama untuk penyimpanan tidak atau belum menjadi fokus Indonesia. Produk pertanian yang rentan rusak terpaksa dijual dengan harga rendah agar diserap oleh pasar.

Pengering dan Silo

F. Rahardi seorang pengamat agribisnis dan juga kolumnis di Kontan. Mengatakan bahwa saat ini petani beras dan jagung membutuhkan pengering.

Dalam artikel yang ditulis Rahardi di mingguan Kontan 23-28 April 2019. Beliau mengutip perkataan Presiden Joko Widodo dalam pertemuan dengan pelaku usaha pertanian di Sragen, 3 April 2019 " Pengering itu penting sekali. Bukan hanya untuk padi tetapi juga jagung. Masak sampai sekarang hanya dijemur, tidak menggunakan pengering"

Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah sudah mulai memberi perhatian kepada teknologi pasca panen.

Rahardi mengatakan bahwa dengan metode penjemuran, kadar air gabah dan jagung hanya bisa dikurangi sampai hanya  14 persen. Sedangkan dengan pengering kadar air bisa dikurangi sampai hanya 11 persen, sehingga bisa disimpan di silo sampai 3 tahun.

Jika bisa disimpan sampai 3 tahun maka petani tak perlu lagi takut menghadapi panen raya yang membuat harga jatuh. Mereka bisa menyimpan gabah dan jagung sampai harganya menguntungkan. Mungkin juga Bulog perlu membuat silo serta menyimpan gabah dan bukan beras.

Fokus kepada teknologi pasca panen ini bisa meningkatkan kesejahteraan petani. BumDes dan dana desa bisa diberdayakan untuk membuat pengering sederhana yang menggunakan bahan bakar sekam dan jerami serta membuat silo sederhana menggunakan bambu atau kayu yang dilapisi oleh terpal plastik di dalamnya.

Koperasi perlu didirikan untuk mengelola pengering dan silo ini. Koperasi yang juga bisa memberikan pinjaman untuk kebutuhan hidup dan penanaman kembali selama gabah atau jagung belum dijual. Jaminannya adalah hasil panen yang disimpan di silo koperasi.

Koperasi yang bisa lebih meningkatkan daya tawar dan juga menambah penghasilan. Karena semua keuntungan akan dibagi kepada semua anggota koperasi (Petani).

Baca juga : Koperasi Sebagai Sarana untuk Mengurangi Kesenjangan Ekonomi

Kolaborasi

Tetapi tanpa adanya kolaborasi yang erat antar kementerian hal ini (penerapan teknologi) tidak mudah diwujudkan. Bayangkan saja ada Kementerian Koperasi, Kementerian Desa, Kementerian Pertanian, dan mungkin Kementerian Pekerjaan Umum serta Keuangan yang terlibat.

Ego sektoral harus dibuang karena tidak ada A(ku) dalam kata Tim. Agar teknologi yang bisa meningkatkan kesejahteraan petani bisa segera diterapkan.

Jika beras dan jagung sudah berhasil, mungkin bisa dimulai penerapan teknologi pasca panen untuk produk pertanian lain. Seperti cabai dan bawang merah yang harganya sering gonjang ganjing dan merugikan petani.

Selain kolaborasi dengan kementerian lain, kolaborasi dengan Bulog juga perlu dilakukan. Untuk membantu menjaga kestabilan harga produk pertanian.

Tetapi memang seperti banyak yang disampaikan oleh para pengamat, akibat dihapuskannya program rastra, Bulog kurang memiliki saluran penjualan untuk beras yang diserap dari petani. Walaupun sebenarnya rastra bukan program yang berjalan tanpa masalah. Banyak keluhan tentang kualitas beras yang sampai dikatakan tidak layak dikonsumsi manusia.

Selain dengan usulan agar e-Warung (tempat penggunaan subsidi Keluarga Harapan) agar membeli beras Bulog. Sebenarnya ada lagi yang bisa dilakukan namun perlu berkolaborasi dengan pemerintah daerah, untuk menambah saluran penyaluran.

Food Station Cipinang dan PD Dharma Jaya sekarang ini berperan sebagai pengendali harga pangan di DKI Jakarta. Sebuah peran yang mulai difokuskan di era kepemimpinan Jokowi dan BTP. Food Station mencoba mengendalikan harga produk pertanian seperti beras, cabai, bawang merah dan lainnya. Sedangkan Dharma Jaya untuk produk ternak seperti daging sapi.

Saya yakin banyak pemerintah daerah (pemda) yang juga ingin memiliki BUMD yang bisa membantu mengendalikan harga pangan dan juga melayani pembelian dengan harga murah bagi warga kurang mampu. Namun tidak semua daerah memiliki dana yang cukup untuk mendirikannya.

Bulog dengan jaringan yang sampai ke pelosok seharusnya bisa berperan. Mungkin di awal dengan menjual beras dengan harga subsidi kepada warga kurang mampu di daerah. Subsidi ini akan dibayar oleh pemerintah daerah yang berkolaborasi. Tujuannya adalah agar pemda tak perlu mengeluarkan biaya banyak untuk membeli dan menyimpan, tetapi tetap bisa berperan untuk mengatasi kesenjangan ekonomi.

**

Untuk mewujudkan tercapainya kesejahteraan petani dan harga produk pertanian yang stabil. Dibutuhkan teknologi tepat guna dan juga kolaborasi semua pihak yang terlibat.

Dengan petani yang sejahtera akan lebih mudah memajukan pertanian Indonesia.

 

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Ronald Wan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun