Selain itu penting untuk memunculkan kesadaran ketika kita membangun apa pun juga bahwa risiko gempa itu ada. Baik pemerintah, swasta atau masyarakat pada umumnya sehingga bisa membangun bangunan dengan teknologi anti gempa yang baik. Bukan hanya asal membangun.
Pendidikan formal juga perlu memastikan bahwa setiap orang sadar hidup di tengah cincin api dan mengajari bagaimana sebaiknya bersikap jika terjadi bencana.
Belajar ke Negara lain
Jepang sebagai suatu negara yang sering dilanda gempa, saya pikir memiliki program yang baik untuk memitigasi risiko gempa.
Tsunami yang disebabkan oleh gempa bermagnitudo 9 melanda Jepang dan merusak sebuah pembangkit listrik nuklir Fukushima. Namun korban yang meninggal "hanya" Â sekitar 15 ribu orang karena sistem peringatan dini yang bekerja dengan baik.
Tsunami ini tingginya mencapai 39 meter (sekitar 13 lantai bangunan bertingkat) di kota Miyako. Masuk ke daratan sejauh 10 kilometer di kawasan Sendai. Livescience.com
Peringatan dini dan kesadaran akan adanya risiko bencana akan bisa mengurangi jumlah korban seperti di Jepang. Pernah saya melihat di televisi bagaimana anak-anak kecil (mungkin usia TK-SD) di Jepang diajari cara menyelamatkan diri dan dilatih secara rutin dalam menghadapi bencana.
Kesadaran ini juga diterapkan dalam pembangunan gedung-gedung. Tokyo adalah megapolitan yang banyak memiliki gedung tinggi. Namun tidak membuat orang Jepang sembarangan dalam membangunnya.
Mengutip Gizmodo sekitar 87% gedung di Tokyo sudah dibangun dengan teknologi anti gempa. Gedung-gedung ini diharuskan untuk mengikuti aturan yang ketat dalam menghadapi risiko gempa.
Seperti pembangunan Tokyo Skytree, gedung setinggi 624 meter ini dibangun dengan teknologi yang ditiru dari teknologi anti gempa pagoda kayu. Sebuah teknologi zaman old yang ternyata masih relevan untuk digunakan.
Teknologi anti gempa Tokyo Skytree bisa dilihat di video di bawah ini