Pertama, nasib warga sekitar. Yang menurut berita yang saya baca penghidupannya bisa terganggu dengan adanya kegiatan penambangan dan pabrik semen. Karena terancamnya lingkungan sekitar pabrik.
Kedua, investasi triliunan rupiah yang sudah terjadi. Mengingat pabrik semen Rembang didirikan oleh BUMN maka secara tidak langsung uang rakyat terancam hilang begitu saja. Jika pabrik yang sudah siap operasi ini dibatalkan.
Pemberitaan media utama mengenai masalah ini, lebih banyak memberitakan tentang nasib warga yang merasa terancam penghidupannya. Saya akhirnya terpaksa mencari sumber berita lainnya untuk melengkapi data.
Sampai saat ini saya masih belum bisa menilai siapa yang benar dan siapa yang salah dalam masalah ini.
Yang jelas sudah ada satu korban Yu Patmi, meninggal setelah melakukan aksi semen kaki. Suatu hal yang menyedihkan. Menurut pendapat saya seharusnya hal ini tidak perlu terjadi jika LSM pendukung warga yang menolak lebih kreatif dalam menyalurkan aspirasinya.
Jika warga pelaku aksi ini yang memaksakan agar diadakan aksi semen kaki ,LSM bisa menolak. Tetapi jika LSM yang mengusulkan, seharusnya para LSM ini yang melakukan semen kaki. Sehingga bisa membuktikan niat tulus mereka dalam memperjuangkan nasib para warga Rembang. Bukan warga yang malah berkorban.
Menurut Ganjar, dalam wawancara dengan Kompas TV. Beliau sudah mengundang WALHI untuk melakukan diskusi dengan para pakar yang mewakili pemerintah agar bisa mencari solusi yang terbaik. Tetapi WALHI tidak hadir.
Ada apa?
Jika LSM merasa bahwa diskusi yang diadakan pemerintah, akan berjalan berat sebelah. Usul saya adalah LSM mengundang pemerintah untuk diskusi terbuka yang disiarkan langsung oleh stasiun TV. Sehingga masyarakat bisa melihat permasalahan yang sebenarnya. Bukan sekedar polemik.
Saya rakyat Indonesia,yang secara tidak langsung memiliki pabrik semen Rembang. Rela kehilangan uang triliunan rupiah jika memang solusi yang terbaik adalah menutup pabrik tersebut.
Bangsa Indonesia terlalu sering berpolemik sehingga lupa untuk mencari solusi.