Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mobil Jokowi Mogok, Polemik dan Pencarian Solusi Masalah Semen Rembang

30 Maret 2017   06:59 Diperbarui: 31 Maret 2017   00:00 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil Presiden. Sumber Tempo.Co

Pemberitaan tentang mobil Jokowi yang sempat mogok di Kalimantan cukup ramai dibicarakan. Sampai sempat menjadi polemik dengan adanya fakta SBY ternyata meminjam salah satu mobil Mercedes S600 Pullman Guard yang biasanya hanya digunakan oleh Presiden dan Wakil Presiden aktif.

Salah satu anggota DPR malah mengusulkan agar mobil presiden diganti dengan ESEMKA. Suatu usulan yang konyol.

Mobil presiden digunakan bukan hanya untuk gagah-gahahan. Presiden sebagai orang no. 1 di Indonesia sangatlah perlu dijaga keselamatannya. Jika terjadi apa-apa, karena mobil yang digunakan tidak bisa menjaga keselamatan Presiden, akan menjadi masalah besar bagi Indonesia.

Dari berita, mobil presiden sudah digunakan semenjak tahun 2007 sekitar 10 tahun penggunaan. Adalah hal yang wajar jika mulai "minta jajan". Pratikno sebagai Mensesneg sebenarnya sudah mengusulkan untuk mengganti mobil tersebut, tetapi Jokowi belum berkenan.

Solusi sederhana yang bisa menjadi jalan tengah antara keinginan dan keengganan mengganti adalah dengan melakukan Full engine rebuild atau istilah umumnya turun mesin.Tentunya dengan juga melakukan pengecekan menyeluruh terhadap fungsi lainnya dan mengganti parts yang perlu diganti. Perkiraan saya biaya untuk turun mesin ini sekitar 10%-20% dari harga mobil baru.

Jika ingin lebih baik lagi, lakukan penggantian mesin dengan mesin baru. Serta ganti semua parts yang perlu diganti. Perkiraan saya biaya yang dibutuhkan mungkin bisa mencapai sekitar 25%-40% dari harga mobil baru.

Menurut pengamatan saya, terkadang atau mungkin sering terjadi di Indonesia. Suatu masalah kecil bisa menjadi besar karena banyak berpolemik.

Bukan mencari solusi.

Sering saya baca berita, pakar yang tidak setuju dengan suatu program. Hanya menyebutkan kesalahan-kesalahan program tersebut. Tidak terlihat usaha untuk memberikan solusi alternatif.

Membaca berita tentang pabrik semen Rembang, belum terasa adanya upaya untuk mencari solusi. Hanya berpolemik.

Menurut pengamatan saya, ada dua hal utama dalam masalah pendirian pabrik semen Rembang.

Pertama, nasib warga sekitar. Yang menurut berita yang saya baca penghidupannya bisa terganggu dengan adanya kegiatan penambangan dan pabrik semen. Karena terancamnya lingkungan sekitar pabrik.

Kedua, investasi triliunan rupiah yang sudah terjadi. Mengingat pabrik semen Rembang didirikan oleh BUMN maka secara tidak langsung uang rakyat terancam hilang begitu saja. Jika pabrik yang sudah siap operasi ini dibatalkan.

Pemberitaan media utama mengenai masalah ini, lebih banyak memberitakan tentang nasib warga yang merasa terancam penghidupannya. Saya akhirnya terpaksa mencari sumber berita lainnya untuk melengkapi data.

Sampai saat ini saya masih belum bisa menilai siapa yang benar dan siapa yang salah dalam masalah ini.

Yang jelas sudah ada satu korban Yu Patmi, meninggal setelah melakukan aksi semen kaki. Suatu hal yang menyedihkan. Menurut pendapat saya seharusnya hal ini tidak perlu terjadi jika LSM pendukung warga yang menolak lebih kreatif dalam menyalurkan aspirasinya.

Jika warga pelaku aksi ini yang memaksakan agar diadakan aksi semen kaki ,LSM bisa menolak. Tetapi jika LSM yang mengusulkan, seharusnya para LSM ini yang melakukan semen kaki. Sehingga bisa membuktikan niat tulus mereka dalam memperjuangkan nasib para warga Rembang. Bukan warga yang malah berkorban.

Menurut Ganjar, dalam wawancara dengan Kompas TV. Beliau sudah mengundang WALHI untuk melakukan diskusi dengan para pakar yang mewakili pemerintah agar bisa mencari solusi yang terbaik. Tetapi WALHI tidak hadir.

Ada apa?

Jika LSM merasa bahwa diskusi yang diadakan pemerintah, akan berjalan berat sebelah. Usul saya adalah LSM mengundang pemerintah untuk diskusi terbuka yang disiarkan langsung oleh stasiun TV. Sehingga masyarakat bisa melihat permasalahan yang sebenarnya. Bukan sekedar polemik.

Saya rakyat Indonesia,yang secara tidak langsung memiliki pabrik semen Rembang. Rela kehilangan uang triliunan rupiah jika memang solusi yang terbaik adalah menutup pabrik tersebut.

Bangsa Indonesia terlalu sering berpolemik sehingga lupa untuk mencari solusi.

Diskusi terbuka dengan dukungan data adalah cara terbaik dalam mencari solusi.

Janganlah datang diskusi dengan pemikiran "pokoknya", bukan menggunakan data. Akhirnya yang terjadi adalah debat kusir yang tiada akhirnya.

Bisa menyebabkan para kusir akan menuntut royalty, karena namanya sering dipakai

Salam

Sebuah pemikiran untuk kemajuan Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun