“Jon, dari mana kamu tahu bunga kesukaanku?” Monica menyambar seikat bunga mawar merah dari tangan Joni. “Makasih.” Ujarnya pelan. Dia melihat wajah Joni yang memilik rambut belah pinggir dan baju monyet menggantung di pundaknya, tidak lupa kaca mata hitam di matanya
“Aku tahu segalanya tentangmu Mon, ayo, kita pergi, aku akan mengajakmu makan lalu kita jalan-jalan.” Ujar Joni dengan gaya kekanak-kanakan.
Monica menggigit bibir bawahnya, dia agak ragu untuk menyetujui ajakan Joni. Tapi daripada dia garing dan bengong di rumahnya. Akhirnya dia menyetujui ajakan Joni.
Joni mengajaknya makan di sebuah warung kecil yang membuat harga diri Monica seakan-akan direndahkan.
“Sori Mon, aku ga bisa ngajak kamu di restoran mahal, aku ga punya uang banyak, oh ya, habis gini jalan-jalan yuk!” Joni menghabiskan nasi gorengnya sedangkan Monica yang hanya memesan es teh itu mengangguk dengan penuh keterpaksaan
Seusai makan, Joni mengajaknya untuk berjalan-jalan mengelilingi taman kota di Surabaya. Melihat Monica telah capek berjalan, Joni segera mengajaknya menaiki sepeda yang dihiasi oleh lampu warna-warni. Joni membonceng Monica di belakangnya. Suasana taman kota yang saat itu ramai membuat sepeda yang berhiaskan lampu, yang disewa Joni itu berjalan perlahan-lahan.
Monica mengamati orang-orang yang berpasangan dengan wajah penuh keirian. Tapi, pandangannya tertumbuk kepada sosok cowok yang dikenalnya. Cowok itu tidak lain dan tidak bukan adalah Mario, pacar aslinya. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri Mario sedang tidak sendirian, dia sedang menggandeng seorang cewek! Ya! Cewek itu adalah anggota cheerleader di sekolahnya! Tanpa basa-basi lagi Monica berusaha untuk turun dari sepeda lampu Joni.
Joni yang semula mengajaknya berbicara menjadi terheran-heran dengan sikap Monica barusan. Dia segera menghentikan sepedanya dan berlari membuntuti Monica yang kini langkahnya sudah semakin cepat saja.
“Mon, tunggu!” Joni menyentuh pundak Monica dengan halus.
Monica menghentikan langkahnya sejenak dan menolehkan kepalanya, menatap Joni. Joni hanya mengernyitkan dahinya saja ketika melihat Monica menangis. Kemudian dia membiarkan Monica menjauhinya. Dia benar-benar tidak tahu apa-apa dengan sikap Monica saat ini. dia mengamati Monica yang kini berhenti di depan cowok tinggi besar, Mario, Kapten Basket di sekolahnya. Joni berjalan perlahan mendekati mereka.
“Jadi… ini kegiatanmu dari Senin sampai Jumat? Berkencan dengan cewek lain, sedangkan aku… kamu duakan…” Monica mulai menangis di depan pacarnya. “Percuma aku mencintaimu selama 3 tahun ini. kamu BAJINGAN! Mario!” Monica menampar Mario, Mario kini memasang wajah cool-nya.