maka kemudian Pemerintah bersama masyarakat membangun polis (kota) atau negara dimana kita hidup didalamnya dan dengan setiap warga negara lainnya yang majemuk. Bagaimana gereja atau orang Kristen menginterpretasikan program politik yang ditawarkan oleh partai-partai politik? Andaikata program politik itu ditafsirkan sebagai ungkapan kasih terhadap sesama, di mana keadilan dan kesejahteraan bersama diperlihatkan, maka gereja bisa memahaminya sebagai ungkapan imannya.
Maka terhadap program politik seperti ini, pantaslah gereja dan anggotanya ikut serta. Program politik tersebut, sekaligus merupakan ukuran untuk menilai apakah sipemegang kekuasaan masih bertindak atas dasar kebenaran, atau sudah menyimpang. Kalau menyimpang, maka gereja harus memberikan peringatan sesuai dengan imannya untuk kasih, keadilan dan kebenaran. Kesemuanya ini kedengaran sederhana, tetapi dalam prakteknya tidak sesederhana itu. Mengapa? Karena berpolitik adalah ´seni´ yang tidak jarang bisa ke luar dari koridor moral dan etika (Kristen dan Politik). Kita teringat kepada ungkapan: "Tidak ada kawan dan lawan yang abadi dalam berpolitik. Kawan hari ini, besok bisa menjadi lawan."
Sebagai warga negara, politik juga adalah tugas dan tanggung jawab orang Kristen. Seiring dengan amanat agung Tuhan Yesus, setiap orang percaya harus melakukan kesaksiannya menjadi garam dan terang dan pemberitaan Kabar baik (Injil). Sebagai warganegara yang baik, gereja harus menjadi teladan kepada warga negara lainnya, yaitu patuh dan tunduk kepada Pemerintah sebagaimana dikatakan oleh Tuhan Yesus, berikan apa yang untuk kaisar. “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Matius 22:21).
Orang Kristen juga harus membayar pajak kepada negara dan mematuhi undang-undang yang berlaku. Orang Kristen wajib berpartisipasi membangun negara dan bangsa, bahkan tunduk kepada Pemerintah yang berkuasa berdasarkan Firman Allah yaitu dengan tetap memberikan teguran sesuai Firman Allah apabila penguasa memerintah dengan lalim dan jahat. Disinilah orang Kristen menjalankan peranannya sebagai garam dan terang dunia.
Menghadapi Pemilu atau Pemilukada, gereja harus berwibawa dan bersikap jelas dan tegas sebagai lembaga Ilahi. Gereja sebagai lembaga, harus cermat dan cerdas dalam menilai kualitas para para kandidat pemimpin. Untuk itu Gereja harus melek politik dan peka secara rohani agar jangan terpedaya oleh janji-janji politik, apalagi kalau sampai suaranya dapat dibeli dengan kekuatan politik uang. Gereja tidak boleh dimanfaatkan oleh politisi untuk mendukung kepentingan politik tertentu.
Setiap orang Kristen juga harus dapat memainkan peranan politiknya dengan jernih, terutama mampu menilai dan memilih calon-calon pemimpin yang baik dan takut akan Tuhan, mampu melaksanakan tugas sebagai pemimpin yang cerdas dan baik bagi kepentingan seluruh masyarakat tanpa membeda-bedakan golongan. Umat Tuhan harus waspada terhadap dunia politik yang sarat dengan berbagai kepentingan dan sikap rakus dalam berebut kekuasaan.
Yang juga sangat penting lagi, orang Kristen harus percaya bahwa kedaulatan Allah adalah mengatasi segala Pemerintah dunia. Kita juga dipanggil untuk mendoakan para Penguasa yang memerintah sebagaimana diperintahkan oleh Kitab Suci kepada umatNya di pembuangan Babel dahulu. “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yeremia 29:7).
Suara kenabian :
Disamping itu, setelah pemerintahan terbentuk, proses politik terus, ada yang menjalankan pemerintahan dan ada pula yang mengawasi jalannya pemerintahan baik pengawasan oleh lembaga-lembaga yang ada maupun pengawasan oleh warga negara. Sebagai warga negara, gereja dan warga jemaat dipanggil oleh imannya untuk menyatakan kebenaran sesuai dengan Firman Allah, itulah suara kenabian. Alkitab memberikan contoh dengan gamblang suara kenabian ini.
Nabi Yeremia memberi kita suatu contoh tentang keberanian seorang hamba Allah yang dengan tulus menyampaikan kebenaran Allah yang tidak enak didengar, sekalipun kepada penguasa negara. Dengan berani Nabi Yeremia mengumumkan bahwa sang Raja dan tentara Israel akan kalah dan diserahkan ke tangan musuh. Bahkan, dengan lantang, Nabi Yeremia mengatakan bahwa Raja Zedekia sendiri akan ditangkap oleh musuh dan kemudian terbunuh dengan cara yang mengenaskan (Yeremia 21:7).