Aku adalah anak broken home semenjak 5 tahun yang lalu...
Aku adalah anak yang merasa takut apabila mama dan papaku memarahiku. Entah mengapa, mungkin karena aku trauma dengan masa laluku.
Aku adalah seorang anak yang merasakan kepahitan dan lika liku kehidupan dalam hidupku.
Tak akan pernah ada orang yang merasakan apa yang aku rasakan. Keluarga ku hancur sejak lima tahun yang lalu, bagiku kehancuran keluargaku membuat diriku merasa hancur juga. Aku tumbuh besar menjadi anak yang kurang kasih sayang kedua orang tua ku. Mama ku bekerja untuk menafkahi aku, Ayah ku pun sama bekerja dari pagi sampai malam sehingga aku mendapatkan kurang perhatian dari mereka.
Dan aku? siap tidak siap harus menerima orang baru dalam hidupku yang nantinya akan menjadi mama, ayah sambung dalam hidupku.
Setiap hari nya aku merasakan kesendirian, walaupun disekeliling ku banyak sekali orang yang dekat denganku. Namun mereka bukan segalanya bagiku, tak ada diantara mereka yang bisa mengerti bagaimana perasaanku. Hayalah keluarga yang bisa mengerti segalanya, tetapi keluarga ku hancur. Aku merasa sudah tidak ada semangat di dalam hidupku ini.
Ketika aku berdiam di rumah, aku merasa selalu salah di mata mamaku. Dan srtiap kali kesalahan itu terjadi, aku merasa aku tidak berguna. Aku hanya anak yang meresahkan dan menyusahkan kedua orang tua ku. Aku anak nya pembangkang kepada mama ku padahal ia capek capek mencari uang untuk aku. Dan aku tidak pernah sedikitpun melakukan hal terbaik untuk nya.
Terkadang aku bertanya tanya dengan semua ini. Kenapa keluarga ku harus hancur? . Kenapa harus aku? . Kenapa orang lain gampang sekali mendapatkan kebahagiaan?
Aku rindu keluarga yang utuh, aku rindu melihat keluarga ku yang setiap hari bisa sarapan bersama, jalan jalan bersama, bercanda tawa bersama aku rindu itu..
---
Lamunannya buyar ketika melihat seorang lelaki paruh baya memandangi Vio sambil duduk dengan membawa secangkir kopi hitam di tangan nya. Yaa dia adalah Rahmat ayah kandung Vio, ayah kandung yang sudah hambir dua tahun menghilang di kota orang untuk mencari nafkah. Dia adalah cinta pertama seorang Vio.
"Ayah?" Panggil Vio dengan pelan sambil menahan tangis nya. Ia tidak tau harud melakukan apa karena saking terkejutnya melihat ayah yang dicintai nya pulang.
"Vio, kamu apa kabar nak? Ayah rindu Vio."
Rahmat berjalan menghampiri Vio dan memeluk tubuh gadis kecil itu, tetapi gadis kecil itu tidak membalas nya dan melepaskan pelukan ayahnya sambil menangis.
Vio begitu merindukan Ayah kandungnya, semenjak perpisahan kedua orang tua nya mereka jarang bertemu dan berkomunikasi. Apalagi ditambah ayahnya menghilang tanpa kabar di kota orang.
"Ayah kemana aja? Ayah ga inget sama Vio? Vio ini masih anak ayah yah." Vio menangis tersedu sedu sambil menahan rasa sakit di hatinya.
"Vio sayang kamu jangan seperti ini nak, Ayah sangat sibuk disana untuk mendapatkan uang hingga ayah lupa kalo ayah punya putri ayah yang haru ayah lindungi. Ayah minta maaf yah nak."Â
"Udah basi yah, sekarang vio mau istirahat mungkin di lain waktu kita bisa berbicara lagi. Dan tolong ayah pergi dari rumah Vio." Pinta Vio kepada ayah nya hatinya begitu sakit.
Vio beralari kekamarnya dan ayahnya pun pulang dari rumah yang begitu banyak kenangan bagi keluarga Vio.
--
Sinar mentari menyinari semua jalan dan memperjelas pemandangan. Gadis kecil yang sedang terlelap segera bangun dan meregang kan otot otot tubuh lalu bersiap untuk pergi ke sekolah. Gadis kecil bermata bulat itu bernama Viona Rosalina, akrab di panggil Vio. Seorang gadis asli yang tinggal di kota Bandung yang penuh dengan kenangan, Vio saat ini menginjak kelas 11
Liburan sekolah selama berminggu-minggu ini sudah usai Vio pun memulai aktivitas di pagi hari yaitu menunggu angkutan umum lewat untuk mengantarkan nya ke sekolah.
"Vio, ayok kita bareng aja. Udah jam segini nanti telat lagi upacaranya." Ajak Abim, dia datang secara tiba-tiba dari arah belakang Vio , membuat Vio terkejut.
"Apa sih bim kamu ngagetin aku aja."Dengan nada protes.
"Hahaha maaf yah cantik, yuk mau gak?"Â
"Iya deh hayu lumayan gratis kan Abim ganteng"
"Iya-iya buruan naik dah" Oceh Abim.
Selama liburan sekolah mereka jarang bertemu, karena sibuk dengan urusan masing-masing.
Sesampainya di sekolah Vio dan Abim melawati gerbang yang hampir di tutup oleh Pak Budi beberapa detik lagi. Pak Budi adalah seorang satpam di sekolah Vio dan Abim. Mereka hampir saja telat untung saja Vio ikut bersama Abim, kalo engga mungkin saja mereka sudah terlambat.
Abimas Putra itu namanya ia biasa di panggil Abim atau Bima. Pria tampan bertubuh tinggi besar dan berkulit sawo matang dia merupakan idola cewek-cewek di sekolah nya di tambah lagi ia adalah seorang kapten Basket yang sudah sangat terkenal kemana-mana. Vio sudah bersahabat dengan Abim dari kecil karena rumah mereka yang berdekatan ditambah lagi meraka satu kelas.
Tidak terasa bel pulang sekolah pun berbunyiÂ
Kebetulan hari ini adalah jadwal Abim untuk latihan basket
"Io gue mau latihan basket lo ikutan yah biar lo tinggi kek gue gitu" Ucap Abim sambil menyindir Vio karena vio memiliki tubuh yang kecil dan juga pendek.
"Apaan si Bim lo nyindir gue yah? Kan Lo tau sendiri gue ga suka olahraga apalagi basket." Jawab Vio sewot.
"Hmm yaudah deh sana lo pulang gih." Tangan nya bergerak seperti sedang mengusir anak kucing.
"Ya okey bye lo jangan kangen gue yaa abim ganteng." Ujar vio sembil mengajak Rani dan Rita pulang bersama.
"Perasaan gue lo kalo di lihat lihat berantem terus yah sama abim, kaya orang yang pacaran ajaa hahaha." Ucap Rani sambil menggoda Vio.
Perlu diketahui Abim dan Vio itu seperti Tom and Jerry yang kalo bersatu selalu bertengkar.
"Apaan si Ran, Abim itu orang nya nyebelin bangett dia kalo lihat muka dia bawaan nya ingin marah marah terus."
Lama mereka berbincang akhirnya Vio sampai di rumah dengan selamat, tetapi sesampainya di rumah ia langsung merasa sedih karena di rumah nya tidak ada siapa siapa dan hanya ia sendiri. Semenjak orang tua nya bercerai rumah ini menjadi sepi ditambah lagi Vio seoarang anak tunggal sehingga ia merasakan kesepian dan kesedihan setiap kali berada di rumah.
Tak mau berlarut larut dalam kesedihan ia pun segera bergegas untuk mandi dan makan.
Malam pun tiba saat Vio sedang menangis di ruang tamu , Abim datang kerumah Vio untuk mengantarkan makanan yang dibuat oleh ibu abim untuk vio karena abim tau Vio belum makan dari tadi di sekolah.
"Vio,vio ini gue bawain makanan masakan ibu gue buat lo." "Ehhh ehh kenapa mata kamu sembap vio kamu habis nangis yah?." Tanya abim dengan nada khawatir.
"Engga ko gue gapapa, makasih banyak yah makanan nyaa yaampun ibu kamu selalu baik bangett ke aku bim."
"Yoi santai ajaa, ehh beeneran lo gapapa? kalo ada apa apa mending lo cerita ke gue vi kita kan temenan sudah lama" ujar abim
Sedikit ragu vio untuk bercerita, setelah dia berpikir apa salah nya untuk bercerita.
"Bim kemarin ayah kandung gue kesini, Lo tau kan gimana keluarga gue Bim. Ayah kandung gue kesini setelah bertahun tahun lost kontak dengan gue, sakit hati rasanya bim." Cerita vio sambil menangis
"Iya vi lu tenagin diri lo vi jangan sedih gini vi aku ga kuat lihat nya, disini ada aku vi kamu bebas mau cerita apapun ke aku, kamu jangan sedih lagi ya vii."Â
Setelah begitu vio pun merasa sedikit lebih lega karena ia bisa bercerita tentang permasalahan nyaa yang mengganjal di hatinya.
Setelah di pikir-pikir oleh vio ternyataa vio tidak sendirian dia masih punya Abim dan keluarga Abim yang selalu memberikan perhatian kepada vio seperti sudah dianggap menjadi anak nya sendiri. Jadi jangan selalu menganggap sendiri karena di sekeliling kita masih banyak orang yang menyayangi kita.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H