"Iya, dalam rangka apa?" Tanya Ami lagi.
"Tentunya, bukan dalam rangka Valentine, dong. Itu kan bukan budaya kita, budaya kita ditinggal pas lagi sayang-sayangnya," aku bergurau mencoba mencairkan dingin sikap Ami.
"Gak lucu," Timpal Ami. Sudah kuduga sebelumnya, lelucon receh yang sering kulihat di akun Instagram Dagelan itu tidak akan berhasil. Namun, perlahan, bibirnya melengkung simetris. Aku cukup senang.
"Dasar manusia aneh, masih tidak berubah ternyata," ucapnya cukup santai, ditutup dengan hirupan napas panjang seraya mengembuskannya perlahan.
"Iya deh aku aneh, tapi kamu lebih aneh lagi dong," kataku.
"Hah? Aku? Aneh?" balas Ami.
"Iya, karena pernah menjalin hubungan enam tahun lamanya bersama si aneh ini," ucapku sambil tertawa.
Dia diam, Suasana kembali hening, beberapa waktu, setidaknya, cukup untuk aku mulai menyadari bahwa sepertinya aku mengucapkan kalimat yang salah.
"Ummm ... Sekarang sibuk apa? Katanya kamu sekarang jadi dosen yaa?" tanyaku, kini aku yang memulai obrolan.
"Nah, itu tahu, kok malah tanya lagi, Aneh," balas Ami. Aku sadar, ternyata selain aneh, aku juga sangat bodoh, aku menepuk jidatku, cukup keras.
"Kayaknya, kalau dilihat-lihat, hidup kamu itu lempeng amat, ya Mi. Sekolah, Kuliah lulus 3,5 tahun, langsung lanjut S2 lagi, terus dapat kerja di tempat yang keren," kataku, "Tinggal nikah aja yang belum, iya kan? Hehe," sambungku, yang dari basa-basi barusan, intinya hanyalah di pertanyaan terakhir.